27. Masa lalu

6.9K 1.9K 65
                                    

(Revisi setelah end)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Revisi setelah end)

Flashback.

"Bu, minggu depan di sekolah Elang ada acara kelulusan sekaligus perpisahan kelas sembilan. Semua orang tua siswa diundang hadir. Kira-kira Ayah bisa hadir nggak, ya?" tanya Elang. Ketika itu sang Ibu tengah sibuk menatap layar handphone. "Bu, kalau Ayah nggak sempet hadir, Ibu bisa 'kan nemenin Elang saat acara itu?" ucapnya sekali lagi dengan penuh harap.

"Nanti aja dilihat. Kalau Ibu ada waktu," jawab sang Ibu, lantas kembali sibuk menggeser sesuatu di layar pintarnya.

Elang hanya bisa diam lalu kembali masuk ke kamar. Sepulang sekolah tadi dia sudah sangat menaruh harapan kepada kedua orang tuanya, kalau mereka akan datang. Sebab pada acara penting itu Elang yang ditunjuk oleh kepala sekolah untuk membawakan pidato mewakili teman-temannya-kelas sembilan.

Setelah berganti pakaian dan pamit kepada ibunya yang tetap acuh tak acuh, Elang keluar lagi dengan seragam karatenya. Sudah seminggu terakhir dia tidak mengikuti latihan, karena sibuk bekerja paruh waktu pada bengkel tetangga di pertigaan tak jauh dari rumahnya.

Elang membutuhkan pekerjaan itu, agar bisa menebus ijazahnya di sekolah. Kerasnya hidup telah dinikmati laki-laki itu sejak dini. Berharap dapat jajan dari orang tua? Tidak mungkin. Pekerjaan ayahnya saja sampai sekarang Elang tidak pernah tahu. Lalu bagaimana bisa dengan mudahnya ia minta uang?

Ayahnya-Hendrick-keluar sebelum fajar mengintip, dan pulang setelah Elang tenggelam dalam mimpi. Sementara ibunya? Perempuan yang biasa disapa tetangga dengan panggilan Bu Kartika itu hanya seorang ibu rumah tangga biasa, yang setiap hari sibuk dengan ponsel di tangan. Duduk berjam-jam hingga lupa akan kewajibannya di dapur.

Begitu 'lah suasana rumah Elang. Sebuah rumah kontrakan yang dari penampakkannya sebenarnya sudah tidak layak huni. Namun, hanya rumah ini 'lah yang sesuai bagi kantong Hendrick untuk disewa.

Hari menjelang sore, matahari sebentar lagi rebah di ufuk barat. Elang kembali lagi ke rumah dengan peluh yang masih bercucuran.

"Assalamu'alaikum, Bu," ucap Elang sembaru memasuki rumah.

Posisi duduk sang Ibu ternyata belum juga bergeser. Masih duduk manis dengan handphone di tangan, di sudut ruangan beralas tikar yang sudah bolong sana-sani.

"Lang, kamu masak dulu, ya! Ibu lagi sibuk nih," pinta Bu Kartika tanpa membalas salam dari anak tunggalnya itu.

"Iya, Bu." Usai berganti pakaian, Elang langsung menuju dapur. Melaksanakan perintah tanpa membantah.

Memasak, membersihkan rumah, bahkan mencuci pakaian, semua itu seolah sudah menjadi rutinitas Elang. Selain hal-hal tersebut, pada waktu luang ia juga kerap bekerja serabutan untuk menambah biaya kebutuhan sekolahnya juga kuota sang Ibu. Bagi Elang tidak ada waktu untuk bersantai ria. Sebagai anak laki-laki bukan alasan untuk tidak bisa berkutat di dapur.

***

Hari yang ditunggu pun tiba, yakni hari H-acara kelulusan dan perpisahan. Di belakang panggung Elang sudah siap. Mengenakan kemeja batik dan celana kain berwarna hitam. Itu satu-satunya pakaian terbaik yang dimilikinya. Elang harus tampil sempurna pada acara kali ini.

Kertas yang berisi pidato telah siap. Sebagai siswa dengan nilai UN tertinggi, wajar saja jika dia yang diamanahi kepala sekolah sebagai perwakilan siswa kelas sembilan seangkatannya. Tadi malam sebelum tidur, Elang sudah menulis surat untuk sang Ayah. Disisipkannya surat itu di bawah asbak bergambar burung hantu kesayangan ayahnya. Asbak itu yang biasa menemani beliau saat merokok.

Pagi tadi sebelum berangkat sekolah, tidak lagi dilihatnya kertas itu. Dia yakin kalau surat yang ditulisnya telah dibaca. Elang sangat berharap semoga ayahnya mau menyempatkan waktu untuk hadir pada momentum yang sangat penting baginya ini. Selain kepada ayahnya, Elang juga sudah menyampaikan harapan kepada sang Ibu agar perempuan itu bisa berhadir. Ibunya hanya mengangguk. Entahlah, Elang bahkan tidak bisa berkomentar, ia hanya bisa menaruh harapan.

Acara sudah dimulai. Beberapa susunan acara sudah terlewati. Elang sesekali mendongakkan kepala ke barisan tamu undangaan, berharap kedua atau salah satu dari orang tuanya ada di sana. Sayang, itu nihil. Sebentar lagi gilirannya untuk tampil. Elang hanya bisa menelan ludah pasrah. Barangkali saja kedua orang tuanya tengah sibuk.

Elang menyampaikan pidato dengan sangat energik. Tiap ujung pada kalimat-kalimatnya pasti disambut riuh para undangan dengan tepuk tangan. Hingga pidato selesai, Elang melirik lagi, ayah dan ibunya tak jua ada.

***

"Elang, Ibu pamit ya!" ucap perempuan paruh baya ketika Elang baru saja tiba di depan rumah. Ibunya alias Kartika, telah siap dengan koper penuh berisi pakaian.

"Ibu mau ke mana?" Pertanyaan Elang terbata. Tangan kanannya memegang map berisi piagam penghargaan yang akan ia tunjukkan kepada sang Ibu, tetapi diurungkannya.

"Kamu jaga diri baik-baik, ya! Maaf Ibu cepat-cepat. Jemputan Ibu sudah datang."

Tak lama, sebuah mobil sedan keluaran terbaru berhenti tepat di depan rumah. Elang menatap sang Ibu dengan herannya. Dia sama sekali tidak mengerti pada apa yang sebenarnya terjadi.

Seorang laki-laki bule seusia ayahnya tampak turun dari mobil itu. "Are you ready, Baby?" ucapnya kepada Kartika.

"Ready. Let's go!"

Elang terpaku. Pemandangaan yang cukup menyayat, melihat ibunya dijemput laki-laki lain yang tidak ia kenali. Laki-laki bule itu meraih koper, lantas menyimpanya di bagasi.

"Ibu, pergi ya!" ucap Kartika-Ibu Elang-lalu masuk ke mobil setelah laki-laki bule tadi membukakannya pintu.

***

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT.
JANGAN BOSEN NUNGGU AUTHORNYA PUBLISH JUGA YA.
OH IYA, PASTIKAN LAGI KALAU KALIAN SUDAH MEM-FOLLOW AKUN INI.
TERIMA KASIH BUAT KALIAN YANG SUDAH IKUTIN CERITA INI SAMPAI SEJAUH INI.
KALAU KALIAN NEMU TYPO ATAU CACAT LOGIKA ATAU APA SAJA YANG MENURUT KALIAN MENGGANJAL, SILAKAN SAMPAIKAN PADA KOLOM KOMENTAR. BIAR AUTHORNYA BISA PERBAIKI.
❤❤❤

O ANTAGONISTÌS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang