(Revisi setelah end)
Aruna merapikan buku catatan lantas memasukkannya ke dalam backpack. Mata kuliah jam pertama baru saja selesai. "Ira, gimana? Udah dihubungi belum?"
"Katanya setelah ngisi sambutan di salah satu kegiatan HMJ dia langsung ketemu kita di tempat tadi."
"Atau gimana kita ketemuannya di kantin aja? Aku laper, nih. Belum sarapan."
"Oh, gitu. Bentar. Aku chat dia. Biar kita tunggu di kantin aja."
***
Tidak lama berselang setelah Aruna dan Ira sampai di kantin dan memesan makanan, Janu datang. Mengenakan kaos putih yang dilapisi jas almamater toska Satya Pusaka.
"Maaf ya udah lama menunggu. Langsung aja kalau gitu." Janu menarik salah satu kursi dan duduk di depan Aruna dan Ira.
"Nggak pesen makan atau minum dulu?" tanya Ira.
Janu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Udah, nggak usah."
"Maaf, Kak. Tuh 'kan Ra, jadi ngerepotin orang gini," sela Aruna.
"Nggak kok. Gue seneng bisa bantu kalian. Jadi gimana? Coba Aruna ceritain gimana kronologisnya sampai diary itu hilang."
Aruna memperbaiki posisi duduknya. "Jadi gini, Kak. Aku 'kan cepat-cepat ke kampus karena telat bangun. Seingat aku diary itu aku pegang ketika di angkot. Soalnya sempet nulis sesuatu di diary itu."
"Gitu ya, bentar." Janu kelihatan berpikir sejenak. Setelah itu dia membuka handpone. "Punya nggak foto diary-nya?"
"Yah, nggak ada Kak. Nggak pernah kepikiran buat foto diary itu."
"Bentar, deh. Kayaknya ada foto kamu yang sambil megang diary itu." Ira kemudian sibuk men-scroll galeri HP-nya, mencari foto yang dimaksud. "Astaga!"
"Kenapa?"
"Fotonya kehapus."
"Udah-udah, nggak apa-apa. Gini aja deh kalau gitu. Coba deh deskripsikan seperti apa diary itu!"
"Warnanya biru muda, Kak. Ada hiasan gembok kecil berbentuk hati warna merah. Di dalamnya nggak ada sih sesuatu yang berharga. Tapi bagi aku diary itu yang berharga. Banyak momen yang aku abadikan di sana," ucap Aruna. Tanpa sadar air matanya tercurah. "Maaf Kak, aku cengeng kalau masalah beginian." Cepat-cepat diusapnya.
"Oke kalau gitu. Bentar, gue hubungin pihak transportasi umum Jakarta. Sapa tau ada karyawannya yang melapor menemukan barang." Janu berdiri, kemudian sedikit menjauh untuk menelepon. Tidak lama, ia kembali lagi. "Sejauh ini belum ada info penemuan barang. Tapi tenang aja, nomer gue udah disimpan oleh mereka. Nanti dikabari jika ada penemuan dengan ciri-ciri yang disebut Aruna tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
O ANTAGONISTÌS (TERBIT)
Misterio / SuspensoDiterbitkan oleh Penerbit Grass Media (Tersedia di TBO & Gramedia) *** Elang, Emillio Elang Nugroho, mahasiswa semester sepuluh dengan segudang teka-tekinya. Sejak ayahnya meninggal ia selalu diteror oleh orang-orang yang sama sekali tidak ia kenal...