(Revisi setelah end)
Elang membayar angkos angkot dan berjalan menuju kos. Semalam tidurnya sangat nyenyak di apartemen keluarga maminya. Ia berencana melanjutkan tidur lagi di kos. Karena pagi tadi diganggu oleh Nadifah, sehingga mau tidak mau dia harus bangun melayani adik satu-satunya itu yang ketagihan bermain dengannya.
Setibanya di kamar, Elang merebahkan badan di atas kasur yang hanya seukuran tubuhnya lebih sedikit. Matanya melirik ke atas meja yang di sana ada diary Aruna. Tangannya mencoba meraih diary itu. Sambil tiduran ia lihat lagi foto Aruna pada halaman pertama. Elang tak lupa menyunggingkan senyum mengingat setiap ekspresi Aruna ketika diganggu olehnya.
"Wajah kok manis amat, tanggung jawab ya kalau gue kena diabetes," desisnya lalu tertawa kecil.
Tiba-tiba Elang mendadak bangun. Terlihat sedang merencanakan sesuatu. Cepat-cepat diary itu ia simpan lagi di atas meja lalu bersiap-siap untuk ke kampus. Entah apa yang ada di kepalanya sehingga mengubah rencana untuk tidur hari ini dan tidak masuk kuliah. Ia gamit tas yang disimpannya secara sembarang di sudut kamar, lantas keluar lagi dari kos.
***
Aruna menarik napas dalam-dalam dan menghempaskannya perlahan. Setelah memasuki kampus, ia berjalan cepat menaiki tangga menuju lantai dua. Keadaan kelas sudah sunyi, mengingat hari ini ada quiz untuk mata kuliah linguistik pada jam pertama. Hanya tersisa beberapa menit lagi untuk membuka buku sebelum Bu Indri masuk kelas.
"Hai, Aruna. Udah siap untuk quiz hari ini?" tanya Ira sebelum Aruna sempat duduk.
"Siap tidak siap, ya harus siap." Aruna cepat-cepat membuka bag pack-nya dan mengeluarkan secarik kertas yang berisi rangkuman mata kuliah linguistik yang telah ditulisnya.
Ira tidak lagi bertanya. Sekarang mereka kembali ke buku masing-masing untuk mempersiapkan diri. Apalagi Ira memang sama sekali belum belajar. Sejak seminggu sebelumnya pekerjaanya selalu padat dan membutuhkan tenaga fisik yang harus terkuras. Karena itu dia tidak punya banyak waktu untuk mebuka buku kecuali pagi seperti ini sebelum masuk kelas.
Setelah Bu Indri masuk, tanpa banyak bicara sesuai janjinya pekan lalu, kertas quiz pun dibagikan kepada mahasiswa tanpa sisa. Termasuk Aruna dan Ira yang sedang memanjatkan doa, semoga quiz kali ini mereka mendapatkan nilai yang bagus.
Setelah mengerjakan tiga puluh soal pilihan ganda dan dua puluh soal isian, mata kuliah jam pertama menemui titik akhir. Para mahasiswa bubar berhamburan keluar dari kelas. Aruna dan Ira masih duduk di dalam kelas. Mereka membaca lagi bukunya, mengoreksi jawaban mereka tadi benar atau salah."Ya ampun bisa-bisanya aku jawab A, padahal 'kan harusnya B," gerutu Ira. Tangan kanannya menutup mulut, sambil kepalanya menggeleng-geleng.
"Udah-udah, nggak usah disesali, quiz berikutnya pokoknya kita harus lebih baik," hibur Aruna. "Ayo, cari makan. Aku belum sempat sarapan."
"Ayo lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
O ANTAGONISTÌS (TERBIT)
Mystery / ThrillerDiterbitkan oleh Penerbit Grass Media (Tersedia di TBO & Gramedia) *** Elang, Emillio Elang Nugroho, mahasiswa semester sepuluh dengan segudang teka-tekinya. Sejak ayahnya meninggal ia selalu diteror oleh orang-orang yang sama sekali tidak ia kenal...