22. The first step

172 61 45
                                    

🔸Kalau rame, besok up!

Happy Reading

.

Sepekan dari kejadian hebat di Macao, orang tua Sehun masih enggan membebaskan Sehun untuk berinteraksi dengan siapapun. Rasa sakit dan takut dari bayangan itu masih terasa di benak mereka. Akhirnya, Sehun hanya berinteraksi dengan orang tua dan Suho sang kakak.

Berkali-kali teman Sehun datang mengunjungi, berkali-kali itu pula kedatangan mereka ditolak oleh Tuan dan Nyonya Oh. Teman-teman Sehun tahu apa yang Sehun dan Kyunso alami dari Suga. Kejadian itu benar-benar memberikan trauma pada orang tua mereka. Meski Sehun dan Kyungso sendiri nampak semakin membaik seiring berjalannya waktu.

Tapi tidak, dengan ingtan orang tua mereka.

....

Melihat keadaan Sehun yang terus dikurung oleh orang tuanya, Suho merasa iba. Berbagai cara telah Suho upayakan agar setidaknya, biarkan Sehun bertemu dengan teman-temannya. Tapi sayang. Orang tuanya kini benar-benar over protektif.

Sehun duduk bersandar pada head board tempat tidur, sambil mendekap dua benda kuning berbeda ukuran. Netrenya menatap tidak minat pada dua benda itu, namun jemari lentiknya tek henti memainkan pucuk kepala bonekanya.

"Buktikan! Aku tidak suka omong kosong!" Bentak Tuan Oh mengakhiri percakapannya di ruang tamu. Terdengar samar, menggema sampai ke ambang pintu kamar, di mana Suho saat ini berdiri. Suara itu sama sekali tidak menarik perhatiannya yang hanya tertuju pada Sehun sang adik.

"Ekhem..." –Suho, bereham mebuyarkan lamunan Sehun dan beranjak mendekatinya.

"Kakak, sampai kapan papah akan bersikap seperti ini?" –Sehun, mengadu dengan mimik yang menunjukan betapa bosannya ia sepanjang hari berada di dalam kamar.

"Aku rasa secepatnya" –Suho, berkata seolah memberikan harapan kebebasan pada Sehun. Walau ia tak yakin, orang tua mereka akan memberi kembali kebebasan pada Sehun seperti dulu lagi atau tidak.

"Aku sangat merindukan teman-temanku termasuk..." –Sehun, menjeda kalimatnya. Wajahnya semaki tertunduk, menatap dua boneka pemberian seseorang.

"Termasuk?" –Suho, mendekap lembut bahu sang adik dan mengeratkannya. Memberikan ketenangan dan rasa aman untuk Sehun.

"Tidak" –Sehun, menggeleng dan menyangkal rasa rindunya pada seseorang.

....

Malam semakin larut, dengan pencahayaan lampu tidur. Sehun masih enggan memenjamkan matanya. Bayangan itu masih terekam jelas. Bermula di restoran dengan Chanyeol dan berakhir menjadi tawanan seseorang yang hampir saja menjadi keluarganya. Saat ini ia, meruntuki nasib sebagai anak rumahan yang sama sekali tidak bergaul dengan siapapun, kecuali salah satu maid yang memang ditugaskan oleh Tuan Oh untuk memenuhi kebutuhan Sehun.

Prugh... Srek... srek...

Suara samar dari balkon kamar berhasil menarik perhatiannya. Sehun semakin ketakutan, keringat dingin membasahi pelipisnya. Perlahan siluet seseorang tergambar di tirai yang mengarah balkon, ia berdiri tegap dengan gerakan seolah berusaha mendobrak pintu masuk.

Tak...

Untuk beberapa saat Sehun masih mampu mengendalikan dirinya, tapi tidak saat knop pintu masuk berhasil dirusaknya. Ia berdiri dan seketika berlari menuju pintu kamar yang ternyata terkunci dari luar.

"Si-siapa? Tolong, ak-aku tidak ada urusan dengan kamu dan siapapun it-itu." –Sehun, lututnya bergetar, tubuhnya dirasa begitu lemas untuk berteriak.

Pintu yang mengarah balkon terbuka perlahan, angin malam masuk secara brutal dan meniup gorden-gorden jendela. Dilingkupi cahaya lampu tidur, wajah dari tokoh siluet itu tidak begitu nampak karena lampu redup dan topeng yang menutupi wajahnya.

LOTTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang