1.9K 347 17
                                    

Kini tampak seorang gadis sedang duduk dengan wajah gelisah dan khawatirnya. Ia tidak berhenti mentautkan alisnya, menatap cemas pada sosok di hadapannya saat ini.

"Chaeyoung-ah, aku tidak apa-apa. Aku yakin bisa melahirkan anak ini meskipun aku harus memberikan nyawaku.", ucap sosok itu.

"Tapi anakmu juga akan berada dalam bahaya, Jisoo-ya."

Jisoo hanya tersenyum kecil sembari memegangi perutnya yang tampak jauh lebih besar dari 8 bulan yang lalu ketika awal ia hamil.

Chaeyoung hanya mampu menatap sendu pada Jisoo. Ia hanya berniat memperingatkan Jisoo karena mengetahui rencana dari permaisuri. Ia sangat khawatir.

"Chaeyoung-ah, boleh aku minta tolong?", ucap Jisoo lagi.

"Ya? Apa itu?"

Jisoo mengeluarkan kantong kecil, hasil jahitannya sendiri lalu meletakkannya di atas meja di depannya. Ia menyerahkan kantongan kecil itu pada Chaeyoung.

Chaeyoung mengambil kantong kecil itu dan melihatnya. Terdapat inisial 'ㅈㄱ' disana.

"Jika anakku perempuan, aku akan menamainya Jaekyung. Jika laki-laki, akan kunamai Junkyu."

"Jadi ini inisial nama anakmu?", tanya Chaeyoung.

Jisoo mengangguk sebagai jawaban.

"Aku membuat kantong jimat ini untuk anakku. Namun seperti yang kau lihat, aku tidak terlalu kuat sekarang. Semakin besar usia kehamilanku, semakin lelah kurasakan. Aku ingin minta tolong padamu untuk ke kuil dan memohon doa serta jimat untuk anakku."

Chaeyoung mengangguk paham.

"Baiklah, aku akan berdoa di kuil.", ujar Chaeyoung.

"Lalu, jika aku pergi nanti, kumohon jaga anakku.", pinta Jisoo.

Chaeyeong kini menahan tangisnya. Ia tahu tidak ada yang bisa diperbuatnya. Bukti dari kutukan itu terlihat jelas saat ini. Bahkan ia tidak yakin anak Jisoo bisa bertahan atau tidak.

Yang bisa Chaeyoung lakukan saat ini hanya memohon pada dewa.

~

"Jisoo-ya..."

Junmyeon terdiam menatap Jisoo yang terkulai lemah saat ini. Semakin hari kondisinya semakin menurun. Belum lagi ia sedang hamil besar saat ini.

Junmyeon khawatir pada Jisoo dan juga anak dalam kandungannya.

Bibir Jisoo tersenyum tipis. Ia meraih tangan Junmyeon untuk menggengamnya.

"Aku baik-baik saja. Jangan memasang wajah khawatir seperti itu.", ucap Jisoo sebelum ia merintih kesakitan karena kontraksi yang dialaminya saat ini.

"Akh..."

"J-Jisoo..."

"K-kurasa, sudah waktunya aku untuk melahirkan.", gumamnya.

"Sebentar... akan kupanggilkan tabib di kota."

Junmyeon segera berdiri setelah Jisoo menganggukkan kepala pelan.

"Bertahanlah Jisoo-ya. Aku akan segera kembali.", ucapnya lalu keluar dari rumah kecil milik mereka.

Sebenarnya Junmyeon enggan untuk pergi dan meninggalkan Jisoo seorang diri. Tapi ia harus melakukannya. Wanita tersayangnya itu harus melakukan persalinan. Junmyeon berlari agar ia bisa segera tiba di kota dan kembali tepat waktu sebelum waktu Jisoo bersalin tiba.

[✔] Into The Unknown [Kim Junkyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang