스물 (마지막 장)

2.4K 245 69
                                    

Jihoon memacu kudanya agar bergerak lebih cepat menuju tempat di luar ibukota yang telah diberitahukan Yoonbin padanya.

Yoonbin? Ya, Yoonbin telah menerima surat dari dayang Park. Ia yang memberitahukan perihal rencana Daebimama di hari pelantikan Yoshi. Tentang Yoonbin, pengawal itu masih di istana. Ia sedang membantu pengawal lainnya menangkap penyusup yang mengacaukan acara pelantikan hari ini.

Niat mereka juga mencegah kematian Yoshi, tapi gagal. Kematian Yoshi tidak dapat dihindari.

Sial! Nenek tua sialan!
Batin Jihoon sembari menggertak gigi.

Kuda yang mereka tunggangi terus melaju, semakin jauh dari istana. Melaju melalui hutan dan saat itulah sebuah panah melesat tepat di samping kuda mereka. Untunglah Jihoon lihai mengendari kudanya.

"J-Jihoon...", Junkyu meringkuk di depan Jihoon.

"Kita dikejar, menunduklah.", ucap Jihoon.

"Sebenarnya ada apa?", tanya Junkyu dengan raut bingung juga panik.

"Daebimama, dia yang mengirim pembunuh bayaran untuk membatalkan pelantikan Yoshi, juga untuk membunuhmu.", terang Jihoon meski dalam keadaan tergesa karena mereka harus segera pergi ke luar dari ibukota.

"H-hah?", Junkyu sedikit menoleh ke arah Jihoon.

"Menunduk! Jangan berbalik.", teriak Jihoon. Junkyu refleks kembali menunduk di depan kurungan Jihoon

Ptas

Jleb

Sebuah anak panah mengenai punggung Jihoon. Untunglah anak panah itu tidak mengenai area vitalnya.

"Ugh..", lirih Jihoon. Tubuhnya sedikit mendorong tubuh Junkyu karena refleks.

"J-Jihoon-ah...", Junkyu merasa ada yang aneh dengan Jihoon karena tubuhnya terdorong.

"Aku tidak.. apa-apa..", ucap Jihoon, masih berusaha melajukan kudanya lebih cepat.

Sial, sakit sekali.
Umpat Jihoon, merasakan perih di punggungnya. Darahnya sedikit menetes dari sasaran tusukan anak panah di punggungnya.

"Junkyu...", lirih Jihoon.

"Y-ya..?"

"Berjanjilah untuk tetap hidup. Kau harus sampai ke perbatasan dengan selamat. Di situ ada kenalan Yoonbin, namanya Yeonkyu. Dia akan membantumu.", ucap Jihoon.

"M-maksudmu?"

Jihoon tak menjawab pertanyaan Junkyu. Ia menyerahkan tali tunggang sang kuda kepada Junkyu.

"Aku, bahagia mengenalmu, Kim Junkyu.", ucap Jihoon, mengukir senyuman tipis di wajahnya.

"J-Jihoon..."

Yang terjadi selanjutya, Jihoon melompat dari kuda, berniat menghentikan orang yang mengejar mereka.

"JIHOOOOOON...", teriak Junkyu.

Namun tidak ada gunanya karena kuda itu terus melaju. Junkyu tidak tahu bagaimana menghentikan kuda itu.

Junkyu menoleh ke belakang dengan wajah putus asa. Jihoon sempat menatap Junkyu sebentar dan hanya tersenyum. Ia mengantar kepergian Junkyu dengan perasaan gundah, tapi tak ada yang bisa dilakukannya.

Sang pangeran lalu mebalikkan punggungnya, kini bersiap untuk berhadapan langsung dengan pengejar mereka. Hanya dengan modal sebuah pisau belati yang ia simpan di balik hanboknya, ia berhadapan dengan kuda yang kini berlari kencang ke hadapannya.

Sang pemburu mengarahkan anak panah kepada Jihoon. Namun tidak ada keraguan di mata Jihoon. Ia menatap tajam, berusaha untuk fokus.

Kuda itu semakin dekat, tepat saat anak panah itu dilesakkan, Jihoon berhasil menghindarinya. Ia melenturkan badannya ke samping saat kuda itu tepat berada di depannya. Ia lalu mengambil kesempatan untuk menusuk dan membuat luka panjang perut kuda terebut dengan pisau belatinya.

[✔] Into The Unknown [Kim Junkyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang