Memories

34 1 0
                                    

Kuhirup udara Seoul yang telah lama tak kutemui. Hampir 2 tahun aku meninggalkan kota ini untuk sebuah pekerjaan. Kemudian kutarik koperku menuju tempat di mana aku bisa memesan taksi. Butiran salju dingin menyentuh ujung hidungku. Ah, salju pertama sedang turun. Aku melebarkan tanganku untuk menangkap butiran salju yang jatuh.

"Permisi, apa anda akan naik?" tanya sopir taksi menyadarkanku.

"Ah, iya. Maaf, pak." kataku sambil melangkahkan kakiku memasuki taksi.

"Mau ke mana, nona?" tanya sopir taksi setengah baya itu. Aku melayangkan pandangan sejenak ke luar jendela. Salju putih terus turun mewarnai jalan dan bangunan di sekelilingnya.

"Common Ground, pak. Terima kasih." jawabku.

*Flashback*

2 tahun yang lalu

Ck. Aku mendecak dengan sebal sambil melihat kembali arlojiku untuk kesekian kalinya. Sudah lewat 30 menit dan belum juga nampak batang hidung lelaki itu. Kuraih ponsel di sakuku, belum ada kabar juga darinya. Aku mengetukkan kakiku dengan tidak sabar. Salju turun membuatku mulai menggigil kedinginan. Bodohnya aku hanya memakai pakaian tipis karena ingin terlihat cantik di hadapannya. Ah, terserahlah, aku akan mencari minuman hangat di kafe terdekat. Biarkan saja ia mencariku nanti, pikirku dalam hati.

"Jagiya, tunggu." seru seseorang dari kejauhan membuatku berhenti melangkahkan kaki meninggalkan tempat itu. Aku membalik tubuhku dan melihat pria itu sedang berlari membawa tas hitam kesayangannya. Aku memasang muka masam dan menyilangkan lenganku. Ia menghampiriku dan mengecup pipiku cepat sebelum mengatur napasnya.

"Apa..kau..menunggu..lama? Maaf.." katanya sambil tersengal.

"Kim Jongwoon ssi. Dari mana saja kau?" jawabku kesal.

"Apa kau tidak tahu aku hampir mati membeku karena menunggumu?" lanjutku lagi.

"Maaf." jawabnya singkat sambil mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

"Bagaimana kalau kita berfoto dulu. Pasti akan sangat indah di tengah salju." katanya sambil bersiap-siap mengambil gambar. Aku membuang nafas karena kesal dan berjalan meninggalkannya.

"Jagiya. Tunggu." Ia mengejarku setelah mengambil beberapa selca.

*kacha*kacha*kacha*

Untuk kesekian kalinya ia mengambil gambar makanan dan selca. Aku benar-benar sudah muak dengan semua itu. Tas besarnya bahkan berisi beberapa macam kamera. Untuk kenang-kenangan, katanya dan aku tidak dapat membantahnya lagi.

>>Y<<

Untuk kesekian kalinya aku menyesap sampanye di gelasku dan meletakkannya kembali di meja. Hari ini hari anniversary kami. Sudah sejak lama aku memesan dan membuat janji di resto Perancis yang sedang naik daun ini. Dan sekarang sudah hampir lewat satu jam dari waktu perjajian kami. Pelayan berulang kali melirik ke arah meja. Aku belum memesan karena Jongwoon tidak dapat dihubungi. Ah, terserahlah. Lebih baik aku keluar daripada mempermalukan diriku sendiri di tempat ini. Kutenggak habis sisa sampanye di gelasku dan memanggil pelayan untuk meminta tagihan. Aku merapatkan mantelku untuk bersiap keluar di lebatnya salju yang turun saat pria itu masuk ke resto. Aku memandangnya tajam, penampilannya berantakan seolah-olah ia melupakan hari spesial kami. Kemarahanku memuncak, aku mendorongnya dan segera keluar dari resto.

"Jagiya, tunggu." katanya sambil mengejarku. Ia menarik lenganku dan menahan kepergianku. Aku benar-bebar sudah muak kali ini. Ia makin sering melupakan janjinya dan membuatku menunggu. Ia bahkan sering tidak memberi kabar selama beberapa hari. Bahkan ponselnya sering dimatikan sehingga aku tidak dapat menghubunginya. Kepercayaanku padanya sudah menghilang. Kuyakin dia memiliki wanita lain di belakangku. Kuhempaskan tangannya yang memegang lenganku.

Y's story (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang