Starlight

73 5 0
                                        

Aku berhenti berjalan sejenak dan mencoba mengatur nafasku. Sudah lebih dari 30 menit aku berjalan menyusuri gunung ini. Aku menyukai gunung ini, gunung kecil di belakang rumahku. Tidak cukup tinggi untuk disebut sebagai sebuah gunung, tapi jauh lebih besar daripada bukit biasa. Untuk mencapai puncaknya dibutuhkan waktu sekitar 45 menit berjalan di jalur yang sudah disediakan. Walaupun jalur untuk naik sudah tersedia, masih tidak mudah untuk mendakinya tanpa kehabisan nafas.

Setiap kali aku membutuhkan ketenangan pikiran, aku akan mendakinya di malam hari dan memandangi bintang di puncaknya. Usaha untuk berjalan 45 menit tidaklah sia-sia saat kau mencapai puncaknya. Di puncak gunung, kau bisa melihat ribuan bintang mewarnai langit malam. Sama seperti malam-malam sebelumnya, malam ini aku mendaki gunung ini bahkan dalam balutan gaun berbunga, jaket denim dan sneaker kesayanganku. Dengan berbagai masalah yang menimpaku akhir-akhir ini, aku benar-benar membutuhkan sedikit jeda. Dan di sinilah aku sekarang, duduk di bangku panjang yang disediakan di puncaknya. Tidak banyak orang mendaki di malam hari seperti ini, jadi hanya aku dan kesendirian menemaniku melihat lautan bintang di langit malam.

Angin dingin membelai wajahku perlahan saat semak di belakangku mulai bergemerisik keras. Aku mengalihkan perhatianku dari bintang-bintang ke arah suara itu datang. Ranting dan daun mulai bergerak dan berderak keras. Selama aku mengenal tempat ini, belum ada laporan tentang adanya binatang liar jadi aku hanya berharap ini bukannya orang dengan maksud jahat. Mataku tidak melepaskan pandangan sementara tanganku mulai menggapai ranting terdekat untuk digunakan sebagai senjata. Saat ini tanganku sudah terjulur ke depan, siaga dengan ranting, untuk menyerang siapapun atau apapun yang muncul dari balik semak.

Seorang pria muncul dari balik semak dengan terengah-engah. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas, terkejut melihatku akan menyerangnya dengan ranting di tangan.

"kumohon jangan menyerangku, aku tidak bermaksud jahat." katanya lembut sambil menata nafasnya. Aku menurunkan tanganku dan meletakkan ranting di sisiku sebelum kembali duduk di bangku. Pria itu mengenakan celana training bergaris merah di tepiannya, kaos putih polos dan jaket parka berwarna navy dengan tudung. Rambut hitamnya yang basah karena keringat disisirnya dengan jari ke belakang, menunjukkan dahinya. Pria itu cukup tinggi dan tampan walau penampilannya sedikit berantakan. Ia berjalan mendekat dan berdiri di samping bangku untuk sejenak.

"boleh aku ikut duduk di sini?" katanya dengan suara serak yang dalam. Aku memandangnya dan mengangguk pelan sebelum bersandar ke bangku dan kembali memandangi lautan bintang. Ia duduk di sampingku, mencoba menjaga jarak di bangku yang sempit itu. Ia melihatku sejenak sebelum mengikuti untuk bersandar dan mengamati lautan bintang di atas kepala kami. Suasana hening untuk beberapa saat, hanya suara angin menggesek dedaunan yang menyapa telinga kami.

"pernahkah kau berpikir beberapa orang di muka bumi ini mungkin melihat bintang yang sama dan mungkin adalah seorang yang mengisi takdirmu?" tanyanya berbisik memecah keheningan. Aku diam sejenak mencerna perkataannya.

"aku tidak percaya takdir atau nasib, tapi aku yakin ada kemungkinan walau kecil bahwa bintang akan mempertemukan mereka." jawabku pelan. Hening lagi.

"bukankah mengagumkan bahwa kelip bintang dihasilkan mungkin beribu tahun yang lalu berhasil sampai di bumi dan menghiasi langit kita sekarang." bisiknya lagi memecah keheningan.

"aku percaya bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Sekarang diamlah dan biarkan aku menikmati langit." jawabku sebal.

"maaf." sahutnya berbisik. Aku kembali menikmati langit dan kerlip bintang dalam diam hampir setengah jam kemudian.

"bukankah ini sudah terlalu larut untuk seorang gadis menikmati malam sendirian di tempat seperti ini? Tidakkah kau harusnya pulang sekarang?" tanyanya lagi memecah perhatianku dari lautan bintang. Aku menegakkan tubuhku dan memandangnya sebal.

Y's story (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang