Pangeran dan putri, peri, kurcaci dan raksasa, dewa dan dewi, penyihir, naga dan monster. Mereka adalah bagian tak terpisahkan dari dongeng. Cerita yang kita dengan saat kecil, bertujuan untuk memeberikan pelajaran moral.
"Mereka nyata." Itulah yang selalu dikatakan nenekku saat aku masih kecil. Seiring kita bertumbuh, kita mulai melupakan bahwa cerita ajaib akan membawa kita ke tempat yang ajaib, digantikan dengan berbagai kebutuhan dan mungkin kerakusan. Kita bangun sepagi mungkin, bekerja sekeras mungkin, berjalan secepat mungkin, tenggelam dalam kehidupan kota yang berisik.
Dan di sinilah aku, duduk di ruang latihan yang hampir kosong, sekedar mencuri sedikit waktu dari kehidupan yang sibuk untuk sebuah momen bersama teman (pria) ku.
- Relationship: it's complicated -
Itu yang akan tertulis di halaman Facebook jika aku punya. Ya, sebagaimana itu tertulis, kami mempunyai hubungan yang sangat rumit. Kami tidak pernah menyatakan cinta satu sama lain, tapi kami lebih intim dari 'hanya' teman. Ia sedang berlatih tarian untuk lagu baru yang akan segera dirilis, sementara aku merekamnya untuk dilihat nanti. Ya, dia seorang idol, seorang yang merukpakan bagian dari grup king of the Hallyu. Tak lama, ia menjatuhkan dirinya ke lantai, bersandar ke dinding cermin, kemudian menarikku untuk duduk di antara kakinya dan menyandarkan kepalanya ke bahuku. Tangannya memeluk pinggangku sementara kami mereview latihan tarinya. Kami bertahan pada posisi itu untuk sementara, tubuhnya basah oleh keringat tetapi aku menyukai bagaimana ia tercium.
"Tidakkah kau capek? Ayo pulang." bisiknya di telingaku sebelum mencium bahuku dan bangkit berdiri. Suaranya lembut dan dalam, tidak mengherankan kenapa ia adalah main vocal. Kami berjalan berdampingan malam itu. Ia biasa mengantarku pulang sebelum kembali ke apartmentnya sendiri. Selagi kami melintasi taman, ia berhenti sejenak dan menarikku untuk duduk di bangku di sebelahnya.
"Ada apa Yesung-ssi?" Aku heran dengan perhentian yang mendadak. Ia hanya diam dan melihat ke kejauhan.
"Aku sangat menyukaimu. Mengapa kita tidak menjadi sebuah pasangan?" Ia bertanya tapi dengan tatapan kosong di kedua matanya, tidak melihatku. Aku menjadi bingung. Apa ini sebuah pernyataan cinta? Aku membuang nafas dalam.
"Kau tahu aku selalu menyukaimu Yesung-ssi. (jeda) Tapi hal itu tidak akan pernah terjadi." Aku mengikuti pandangannya ke suatu tempat yang jauh.
"Kita tinggal di dunia yang berbeda. (jeda) Dan aku puas dengan hubungan kita sekarang." Aku melanjutkan. Ia melihat ke arahku, kebingungan.
"Apa yang kau maksud kita hidup di dunia yang berbeda? Aku sebagai idol dan kau hanya orang biasa? Seperti itu? Aku pikir itu tidak menjadi maslah jika kita punya perasaan yang sama terhadap satu sama lain." Ia meminta penjelasan lebih. Aku menutup mataku, kembali membuang nafas.
"Bukan itu yang kumaksud, Yesung-ssi. Kita hidup di dunia yang berbeda. I am an elf dan kau adalah (jeda) kau. " Ia menjadi lebih bingung saat mendengar jawabanku.
"Kau maksud elf, seperti ELF, the fan club? Itu bukan suatu masalah. Kau tahu aku pernah mengatakan bahwa aku tidak masalah dengan menikahi fans." Ia bersandar ke bangku.
"No Yesung-ssi, bukan the fan club. I am THE ELF." Aku memberinya tatapan tegas.
"Apa sebenarnya maksudmu?" Ia kembali memberiku tatapan bingung. Aku tidak seharusnya melakukan ini. Aku akan melanggar peraturan suku, tapi aku hanya ingin dia tahu apa sebenarnya diriku. Aku menggenggam kedua tangannya dan memintanya menutup matanya. Aku mencium kedua kelopak matanya sehingga ia bisa melihat bentuk asliku saat aku melepaskan selubung pelindung yang menjaga bentuk asliku dari pengelihatan manusia. Tubuhku mulai bersinar, telingaku menjadi panjang dan runcing, sepasang sayap capung transparan muncul dari punggungku. Aku memintanya untuk membuka mata saat telah menyelesaikan perubahanku. Matanya melotot, mulutnya ternganga, terlalu terkejut melihat bentuk asliku. Aku kembali ke bentuk manusiaku sedetik kemudian dan melepaskan genggaman tanganku.
"Maaf, (jeda) dan selamat tinggal Yesung-ssi." Aku berdiri, mencium pipinya dan berjalan pulang. Aku tahu aku telah melanggar aturan suku dengan mengungkapkan bentuk asliku kepada manusia dan hukumannya tak terelakkan. Aku akan hilang dari ingatan orang tersebut selamanya. Ingatan mereka akan berubah otomatis dengan sihir peri, tapi tidak dengan ingatanku, sebagai peringatan atas pelanggaran yang kulakukan.
Aku berbaring di ranjang, menatap langit-langit, dan menangis saat ponselku berdenting.
Pulang. Pernikahan sudah ditetapkan untukmu. Hari minggu ini. Kau akan menikahi Prince Cloud dari suku langit.
Pesan itu membuatku makin sedih. Kami, para elfs, tidak punya kebebasan untuk memilih pasangan hidup kami. Kami bahkan tidak diberi kesempatan untuk melihat atau mengenal satu sama lain sebelum pernikahan. Seluruh suku akan memberikan seorang peri muda untuk dinikahkan dengan peri dari suku lain untuk memperkuat keseluruhan ras kami. Sebagai putri dari suku sungai Han, adalah tugasku juga untuk mengikuti tradisi ini.
Hari berlalu dengan cepat, dan minggu telah datang, aku menunggu dengan sabar di ruang tunggu. Hari ini, pernikahan akan diadakan di area kekuasaan pengantin pria yang adalah sebuah bukit kecil dengan pemandangan laut. Area sekitar telah dijaga dengan sihir oleh para tetua karena seluruh suku dari kedua belah pihak berkumpul dan kita tidak bisa membiarkan manusia untuk mengetahuinya. Aku mengenakan gaun biru ombre yang dibuat dengan kain ringan yang berkibar saat tertiup angin. Rambut cokatku ditata dengan messy bun dan kepangan dengan mahkota dari bunga putih. Sementara musik dimainkan, ayahku mengantarku berjalan menuju ke selasar. Jalan itu dibuat dari daun-daun yang gugur dan kelopak bunga, lentera digantungkan di pohon, jamur yang menyala tersebar di tanah dan di ujung berdiri calon suami masa depanku, menghadap ke depan, menunjukkan punggungnya. Teman dan keluarga menyelamatiku saat aku berjalan menyusuri selasar, mendekat ke arahnya. Rambut blonde-nya dibelah tangah, mengenakan kemeja oversize lengan panjang berwarna biru muda yang nampak sedikit kebesaran di tubuh rampingnya, celana hitam menutupi kaki panjangnya. Sayap putihnya seperti milik malaikat, hanya saja tidak terbuat dari bulu-bulu tetapi sesuatu yang lembut seperti awan. Punggungnya memberikan perasaan akrab seperti seseorang yang pernah kutemui sebelumnya.
Ayahku memelukku untuk terakhir kali sebelum berjalan ke sisi. Aku maju ke sisi pria itu, melirik tanganku saat ia tiba-tiba menggandengnya dengan tangannya yang kecil. Para tetua mulai merapalkan matera-mantera dan mengibaskan ranting ke atas kepala kami sebagai restu.
"Sekarang kau bisa mencium pengantin wanita." kata mereka setelah berbagai ritual dilakukan. Aku menunduk dan mengangkat sedikit gaunku sebelum memutar tubuhku untuk menghadapnya. Tangannya berpindah ke daguku dan mengangkatnya sehingga aku bisa melihat wajahnya dengan jelas kali ini. Mataku melotot saat melihat wajahnya.
"Yesung-ssi..."
"Aku sudah bilang kalau itu tidak akan menjadi masalah bukan?" Ia tersenyum lembut sebelum menarikku mendekat dan mencium bibirku.
TAMAT
![](https://img.wattpad.com/cover/214640708-288-k147060.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Y's story (Indonesia)
FanfictionCerita oneshot Yesungxreader Peringatan: mungkin mengandung muatan dewasa, telah diusahakan agar tidak terlalu vulgar. Catatan: akan diupdate dengan cerita baru saat ada ide yang muncul., tidak ada jadwal tetap.