My dear

224 8 0
                                    

Suatu hari di Mei 2015

Hari ini bukan hari yang baik untukku. Aku terlambat bangun dan tidak dapat menemukan tugas yang seharusnya dikumpulkan hari ini. Aku terancam untuk melepaskan kelas dan mengulanginya lagi tahun depan.

Sepulang kuliah, aku bekerja di sebuah restauran ayam goreng yang cukup terkenal di kota ini. Pengunjung membludak sementara kami kekurangan orang. Ruangan penuh dengan orang yang mulai tidak sabar menunggu pesanannya. Beberapa mulai mengomel bahkan memaki kami. Kami terpaksa untuk bekerja lembur dan membuatku melewatkan bis terakhir ke rumah.

Aku menyeret kakiku sepanjang perjalanan pulang. Seakan tidak cukup, cuaca mulai melawanku. Hujan deras tiba-tiba turun dan membuatku basah kuyup meskipun aku sudah berlari secepatnya. Sesampainya di rumah,aku segera membersihkan diriku dan mengganti pakaian.

Aku sangat merindukannya. Kekasihku sedang melaksanakan tugas militer sehingga aku tidak bisa bebas menghubunginya. Saat hari buruk seperti ini biasanya ia akan memelukku, mendengarkan keluh kesahku, mengusap rambutku dengan lembut, bahkan bertingkah imut untuk membuatku tertawa.

Mendadak ponselku berdering. Heran, siapa yang meneleponku di tengah malam seperti ini. Kulihat nama yang tertulis di layar ponselku. Segera kuraih ponsel dan mengangkat panggilan darinya.
"Halo, darl, apa kau sedang merindukanku?" tanya suara di seberang telepon.
"Jong woon oppa...tentu saja aku sangat merindukanmu." jawabku terus terang.
"Dengarkan darl, aku tidak bisa lama di telepon. Aku membuat lagu baru hari ini. Aku ingin kau mendengarkan dan berikan pendapatmu ya?" katanya buru-buru. Aku terdiam, sedikit kesal karena perkataanya.
"Darl, kau mendengarku kan?" tanyanya lagi.
"Ne..nyanyikan sajalah." jawabku ketus.

*BGM: my dear - yesung*

Apa harimu sulit? Kau bisa mengeluh kepadaku.
Apakah sesuatu membuatmu menangis?
Tak apa. Lihat saja aku.
Mulai dari sekarang, pikirkan tiga hal-hal yang indah.
Udara hangat, cuaca yang cerah, dan ku menunggumu.
Ku sudah bilang, kau hanya bisa lihat cahaya saat gelap
Di mana bintang ada, aku kan selalu menunggumu.
Pejamkan mata lalu terbanglah, ku akan memelukmu.
Naiki sinar bulan di jendela. Akankah kau datang padaku?
Di mana bintang ada, aku kan selalu menunggumu.
Pejamkan mata lalu terbanglah, ku akan memelukmu.
Saat laguku telah berakhir, surya kan menyilaukan.

Tak terasa air mata meleleh di pipiku. Belum sempat mengusapnya, terdengar ketukan di pintu. Siapa lagi yang malam-malam begini mengetuk pintu seorang gadis, pikirku. Aku beranjak dari tempatku dan mengintip lewat jendela. Terkejut, aku segera membuka pintu. Di hadapanku Jong woon oppa tersenyum dan merentangkan tangannya lebar-lebar. Aku segera berlari ke dalam pelukannya. Ia memelukku erat, membawaku masuk dan menutup pintu di belakangnya.

Aku terisak dalam pelukannya, tidak dapat menahan rasa rindu yang meluap. Aku menghirup wangi tubuhnya, merindukan suara lembut, pelukan hangat dan usapan tangan kecilnya di rambutku. Sebanyak ini aku merindukkannya dan ia ada di hadapanku sekarang.

Dengan sabar ia menungguku meluapkan rasa rinduku.
"Kau tak apa darl? Sesuatu terjadi padamu hari ini?" tanyanya dengan lembut. Aku menggelengkan kepalaku dalam pelukannya.
"Tidak apa oppa, aku hanya merindukanmu." jawabku.
Hanya setelah aku tenang kembali, ia melepaskan pelukannya, mengecup keningku dan beranjak ke dapur untuk mengambil minum. Aku mengikutinya dan memeluk pinggangnya dari belakang. Setelah meneguk air di gelas, ia memberikannya kepadaku. "Minumlah dulu kemudian ceritakan semuanya padaku." katanya lembut sambil menatapku.

Diiringi rintik hujan, kuceritakan segala keluh kesahku padanya. Ia mendengarkan sambil menggenggam tanganku erat. Tidak ada kata yang ia ucapkan tapi itu cukup untukku, aku hanya ingin seorang mendengarkan. Setelah selesai bercerita, kusenderkan kepalaku di lengannya.
"Semuanya akan baik saja darl, cukup pandang aku saja." katanya. Anehnya aku merasa tenang hanya dengan mendengar suaranya.

Kuangkat kepalaku, kupandangi mata coklatnya dalam-dalam. Kulingkarkan lenganku di lehernya dan kupindahkan tubuhku ke atas pangkuannya. Kucium bibirnya dan ia membalas ciumanku dengan lembut,sementara tangannya memeluk pinggangku. Satu ciuman berbalas ciuman yang lain, meningkatkan gairah kami. Ia menarikku lebih dekat, memelukku lebih erat, dan menciumku dengan lebih bernafsu. Ia merebahkanku ke sofa, menindih tubuhku dan melanjutkan ciumannya ke leherku. Tiba-tiba ia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai. Kami tertegun dan mulai tertawa. Tak lama, ia bangkit dari lantai dan menarik tanganku, membawaku ke kamar tidur dan melanjutkan kegiatan kami yang tertunda.
.
.
.
.
.
Pagi hari, suara kicau burung membangunkanku. Aku membuka mata dan melihatnya berbaring di sisiku sambil memandangiku. Ia tersenyum lembut kemudian mengecup keningku.
" Selamat pagi darl" katanya sambil merapikan rambutku. Aku beringsut mendekat dan memeluk pinggangnya.
"sarangheyo oppa." kataku sambil kukecup bibirnya. Ia tersenyum nakal sambil memindahkan tubuhnya ke atasku.
"Apa kau siap untuk sesi berikutnya?" tanyanya sambil bercanda.
"eung..." jawabku sambil menganggukan kepala.
"neomu kiyeowo.." matanya berkilat karena senang mendengar jawabku.

TAMAT

Y's story (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang