Confession

90 5 0
                                    

Belum ada seminggu bekerja saat aku melihatnya. Aku bekerja paruh waktu di kafe dekat Jamsil arena, Seoul dan sejak pagi kafe sangat sibuk karena akan ada konser boyband nanti. Gadis itu masuk dengan penampilan yang cukup mengesankan, kemeja putih dengan pita pink besar dan rok kotak-kotak pink selutut, dilengkapi dengan sneaker dan kaos kaki selutut. Rambut pendeknya dihiasi dua jepit rambut berbentuk pita pink kecil. Kulit putih dan badan rampingnya melengkapi penampilannya, membuat semua orang menoleh untuk melihat. Walaupun muka masamnya tidak cocok dengan penampilannya, itu membuatnya terlihat lebih imut.

Ia menghampiri konter dan menyerahkan secarik kertas penuh pesanan tanpa mengucapkan sepatah kata. Aku menyapanya dengan ramah tapi tidak ada respon darinya, jadi kuberikan buzzer dan memintanya menunggu. Ia duduk di meja pojok dan mulai bermain dengan ponselnya. Buzzernya sudah berbunyi sejak tadi tapi ia belum menyadarinya, jadi kuantarkan 18 minuman pesanannya ke meja karena kafe sudah agak sepi. Ia menghela napas saat kuberi tahu bahwa akan sulit untuk membawa semuanya seorang diri. Ia menjunjuk ke arah arena saat kutanya kemana ia akan membawa minuman ini. Tempat itu sangat dekat dan aku sudah selesai dengan waktu kerjaku jadi kutawarkan untuk membantunya mengantar pesanannya. Ia hanya menjawab dengan anggukan, masih diam seribu bahasa.

Aku memintanya menunggu sebentar sehingga aku bisa mengganti seragam dan mengambil tasku. Aku berganti ke hoodie biruku secepat mungkin dan berjalan dengannya ke arena. Ia masuk melalui pintu khusus staff di gerbang belakang dan menghindari fans di gerbang depan. Aku melihat beberapa staff menyapanya saat mengikutinya ke ruang tunggu artis. Orang-orang mulai berkerumun dan berteriak saat kami datang.

"Hyung, akhirnya datang juga. Apa yang membuatmu sangat lama?" tanya seseorang dengan senyum manis sementara ia mengambil minuman.

Tunggu, apa, hyung? Kenapa ia memanggilnya hyung? Aku menjadi sangat bingung dengan situasi ini.

"Ya..hyung, apa kau terlambat karena menjemput gadis manis ini dahulu? Apa ia yeojachingu-mu? Dimana kau menemukannya?" tanya seorang yang lain sambil tersenyum lebar kepadaku, menunjukkan gusinya.

"Ya..myeolchi. Jangan bercanda. Dia hanya membantuku membawa minuman. Itu semua salah kalian pesan terlalu banyak." ia menjawab si myeolchi dengan suara berat.

Tunggu, jadi gadis ini seorang lelaki?

"Anak-anak, tolong jangan terlalu berisik. Ia sudah mulai takut." seseorang berusaha menenangkan kerumunan itu setelah melihat wajah terkejutku.

"Maaf sayang, kami hanya bersemangat melihat uri Yesung membawa seorang gadis manis." kata seorang lelaki cantik berambut hitam gelombang dengan hiasan kepala bulu-bulu putih.

"Hyungg.." kata Yesung sambil cemberut. "Aku akan mengantarnya keluar sekarang. Nikmati minuman kalian." ia menggandeng tanganku dan menuntunku menuju jalan keluar. Aku masih bisa mendengar si myeolchi meneriakan beberapa ejekan.

"Maaf untuk keributan ini dan terima kasih sudah membantuku." katanya sambil mengantarku keluar.

"Aku kalah dalam permainan gunting batu kertas, jadi aku harus membelikan pesanan mereka memakai kostum menggelikan ini." ia menjelaskan, masih terlihat sebal.

"Tidak masalah. Kau nampak cantik dengan kostum itu. Jadi kau benar-benar seorang lelaki?" tanyaku. Dia cemberut mendengarnya.

"Tentu saja aku seorang lelaki. Haruskah kubuktikan dengan bukti yang nyata?" ia memiringkan kepalanya, menggodaku.

"Ah, bukan itu maksudku." aku tergagap dan mulai tersipu

"Tunggu, kenapa kau tersipu? Ah, itu bukan maksudku juga. Maksudku, kau bisa lihat jakunku." ia mulai tersipu sambil menunjuk jakunnya.

Y's story (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang