Beautiful Night

54 1 0
                                    

"Dasar bodoh, kenapa masih saja nekat mengajukan proyek yang sudah jelas akan gagal."

"Tenang saja, proyek itu pasti akan sukses jika kau yang mengerjakannya."

"Dasar karyawan tidak berguna. Apa kau ingin menghancurkan perusahaan ini, hah?"

"Dia karyawan paling berdedikasi di perusahaan ini."

"Mengapa laporannya belum selesai? Bisa kerja yang bener ga sih?"

"Tolong bantu aku kerjakan laporan ini yah. Aku ada janji kencan dengan pacarku."

"Yahh. Sunbae memang paling hebat."

"Dasar sunbae tidak berguna."

Huff. Aku membuang nafas dalam sambil membereskan cetakan laporan terakhir yang harus kukerjakan. Matahari sudah lama hilang dari cakrawala dan bulan mulai menaiki singgasananya.

Drrt~ Drrrt~ Drrrt~

"Apa kau sudah selesai dengan pekerjaanmu? Tak perlu terburu-buru, aku akan menunggumu dengan sabar di sini."

Huff~ Huff~ Huff~

Nafasku tersengal setelah berlari ke tempat pertemuan kami. Dari jauh aku bisa melihat wajah bahagia lelaki itu.

"A.."

Kuurungkan niatku untuk menyapanya setelah menyaksikan kejadian yang terjadi berikutnya. Seorang wanita cantik menyapa lelaki itu, kekasihku, dengan intim. Aku mendekati mereka dengan emosi yang bergemuruh di dada.

"Kita putus. Jangan menggangguku lagi."

Tidak ada rasa sedih ataupun setetes air mata untuknya.  Aku sudah mendapat kepastian akan kecurigaanku selama beberapa bulan terakhir. Dia memang bukan lelaki yang baik.

"Apa kau mau menemaniku keluar malam ini?"

"Apa? Kau sibuk dengan kekasihmu?"

"Wah, teman macam apa kau ini, mengabaikan sahabat yang membutuhkan pertolongan."

"Ya. Ya. Ya. Aku memang punya terlalu banyak waktu luang malam ini! Terserahlah, kau jangan menyesal nanti!" Aku berteriak pada ponsel di genggamanku.

Bruukkk!

Seseorang menabrakku hingga aku jatuh terduduk. Ponsel di genggamanku terlempar dan hak sepatuku patah. Benar-benar tidak ada hal yang berjalan dengan baik hari ini.

"Aisshh~ Apa kau tidak punya mata?" Aku berteriak meluapkan kekesalanku pada orang asing yang berdiri di hadapanku. Seorang lelaki berperawakan tinggi dan kurus, memakai kaos hitam bergambar dan celana jins yang robek di kedua sisinya. Sebuah tas besar berwarna hitam dengan motif polka yang tidak cocok dengan penampilannya tergantung di bahunya.

"Maaf. Saya sedang buru-buru." katanya sambil mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri. Sebuah senyum manis menghiasi wajahnya.  Wajahnya oke juga, pikirku setelah mengamatinya beberapa saat.

"Apa kau membutuhkan sesuatu yang lain?" tanyanya lagi dengan sopan.

"Tidak, terima kasih. Pergilah saja, bukankah anda sedang buru-buru." jawabku sedikit ketus.

"Baiklah kalau begitu. Dan maaf sekali lagi. Semoga anda memiliki malam yang indah." katanya sebelum berjalan menjauhiku dan menghilang masuk ke salah satu gedung terdekat.

"Malam yang indah? Tidak ada satupun yang indah dari malam ini." kataku setelah ia pergi. Aku mengamati gedung tempat pria tadi menghilang. Sebuah bar dengan hiburan live musik yang baru buka beberapa hari yang lalu. Sebuah neon sign terpasang di atas pintu masuk bertuliskan "Beautiful Night" dengan warna merah menyala.

"Apa dia pemilik tempat ini hingga menggunakannya sebagai slogan dalam sapaannya." cibirku dalam hati. Mataku terpaku pada banner di dekat pintu masuk gedung itu.

Ladies night. All drink is 50% off.

"Yah, tidak ada ruginya." pikirku saat mencoba masuk ke dalam gedung. Musik mengalun dengan lembut. Suasana di dalamnya tergolong tenang dengan pencahayaan yang sedikit redup namun hangat. Meja bar dengan deretan kursi mengisi satu sisi ruangan. Sebuah panggung kecil dengan satu standing mic mengisi sisi lainnya. Beberapa pasang meja dan sofa tersebar di penjuru ruangan. Belum banyak orang dalam ruangan itu, mungkin karena malam masih terlalu dini untuk bersenang-senang. Aku berjalan menuju meja bar dan memesan segelas bir dingin. Aku meneguk dengan cepat sembari mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dan mengasihani diriku sendiri.

Seorang penyanyi bersiap-siap di panggung untuk memulai acara. Pria itu mengenakan setelan jas berwarna coklat, rambutnya ditata dengan rapi sedangkan sebuah kacamata berbingkai tipis berwarna perak menghiasi wajahnya. Wajahnya nampak akrab tetapi aku tidak dapat mengingatnya.

"Untuk anda, nona." kata bartender sambil menyodorkan segelas koktail berwarna senja di hadapanku.

"Maaf, tapi saya tidak memesannya." kataku sopan.

"Ini servis dari bos kami. Bos meminta maaf atas kecelakaan yang terjadi." jelas bartender itu.

"Apa saya mengenal bos anda?" tanyaku heran.

"Beliau sekarang ada di panggung. Saya permisi dulu, nona." katanya seraya berjalan menjauh. Aku mengalihkan pandangan ke panggung di mana penyanyi pria itu sekarang duduk di sebuah kursi tinggi dengan mic di tangan. Dia tersenyum manis saat pandangan kami beradu.

"Ah. Ternyata dia pria yang menabrakku tadi." kataku dalam hati. Musik bertempo sedang mulai mengalun dengan lembut. Suara baritonnya mulai mengisi ruangan.

Kamkamhaejin bam oneulttara gibuni joa~
Neoege mundeuk jeonhwareul georeo~
Suhwagi neomeo deullineun neoui moksorie~
Woah, woah~
Yaksok eomneun geo ara~
Jigeum derireo galge~
Oneulttara neomu bogo sipeo~
Jogeumman gidaryeojwo~

Neonsain bulbitdeul sai~
Meolliseodo han beone neol chajasseo~
Jamsi sumeul jom goreugo~
Jigeum neoege dallyeogalge~

Beautiful night~
Ireoke barami joeun i bame~
Onjongil neowa geotgo sipeo~
Beautiful night~
Oh ireoke tto barami joeun i bame~
Onjongil neowa hamkkehago sipeun geol~

Senyuman mulai menghiasi wajahku. Ternyata malam ini tidak seburuk yang kupikirkan.

Well, it's a beautiful night.

TAMAT

Y's story (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang