Matahari masih bersinar terik saat aku melangkahkan kaki melewati rumah tua itu. Kelas siangku dibatalkan setelah penantian panjang tanpa kejelasan sebelumnya. Kuputuskan untuk mengunjunginya sejenak karena tidak ada hal lain yang harus kulakukan di rumah. Aku mulai panik saat tidak ada yang membukakan pintu untukku walaupun aku sudah mengetuk berkali-kali.
"Song imo. Kau ada di rumah?" Kucoba membuka pintu depan sambil mengintip ke arah dalam. Pintu depan terbuka dengan suara derit pelan yang menyapa telingaku. Aku panik melihat wanita setengah baya itu terbaring tengkurap di ruang tengah. Aku setengah berlari mendekatinya sambil melempar tas ke sembarang arah.
"Aigo. Aigoo. Kau datang, nak?" Tanyanya sambil memegang bagian bawah punggungnya sambil berusaha bangun dari posisinya semula namun gagal.
"Imo, kau tak apa-apa? Apa yang terjadi?" tanyaku panik sambil berlutut di sisinya, memijit punggungnya.
"Gwenchana. Gwenchana. Wanita tua ini hanya sakit punggungnya. Mungkin karena terlalu banyak membuat kimchi kemarin." Katanya sambil menunjuk tumpukan boks berisi kimchi segar di dekat kulkas. Song imo memang tinggal sendiri sejak kedua putrinya menikah dan pindah ke luar kota. Ia menghidupi dirinya dengan bekerja sebagai housekeeper dan mengerjakan berbagai pekerjaan serabutan lainnya. Aku sangat dekat dengannya karena sejak kecil aku sering dititipkan di rumahnya sepulang sekolah karena kedua orang tuaku harus bekerja. Akhir-akhir ini aku juga sering membantu menggantikannya bekerja saat ia sakit, anggap saja sebagai balas budi setelah merawatku selama ini. Usianya yang sudah tidak muda lagi mulai membebani tubuhnya dan ia menjadi sering sakit. Aku sudah sering mengingatkannya untuk mengurangi pekerjaan yang terlalu berat tetapi ia selalu menolak karena tidak ingin membebani putrinya.
"Apa kau ada urusan setelah ini, nak?" Tanyanya setelah beberapa saat kemudian.
"Tidak ada, imo. Harusnya aku ada kelas sekarang tapi sudah dibatalkan dan sekarang jadwalku kosong. Kau ingin aku menggantikanmu bekerja?" Tanyaku sambil tersenyum.
"Hanya kalau kau tidak keberatan." Jawabnya ringan sambil tersenyum balik.
"Tentu saja aku tidak keberatan imo. Kau sudah menjagaku sekian lama. Aku hanya ingin membalas budimu." kataku lagi.
"Kalau begitu tolong ambilkan kertas dan pulpen. Akan kutuliskan alamatnya untukmu. Ada 2 apartemen yang harus dibersihkan hari ini tapi itu tidak akan terlalu sulit." katanya sembari aku mengambil kertas dan pulpen dari laci. Ia pun menuliskan alamat dan password pintu serta 2 lembar pesan untuk penjaga pintu dan penghuni apartemen.
"Harusnya di sana sedang tidak ada penghuninya karena mereka sedang bekerja. Kau hanya perlu mencuci seprei yang sudah diletakkan di keranjang cucian, menyapu dan mengepel serta membersihkan dapur dan meja makan. Jangan sekalipun masuk ke kamar. Dan jangan mengambil barang apapun di sana. Kau mengerti?" katanya sambil tersenyum jahil.
"Imo, bagaimana kau bisa menganggapku akan mencuri sesuatu?" kataku sambil cemberut.
"Kau akan tahu nanti." katanya lagi, tidak menghilangkan senyum jahilnya.
"Arraseo imo. Aku pergi dulu." kataku sambil mengambil kertas yang sudah ia tuliskan.
"Ah, nak, bawa juga satu kotak kimchi dan taruh di kulkas apartemen di lantai 11." katanya sambil menunjuk ke arah kotak kimchi.
"Ne imo. Aku akan menghubungimu nanti kalau aku ada sesuatu yang perlu ditanyakan." kataku sambil mengambil kotak kimchi dan tas kemudian kembali memakai sepatuku. Untung saja hari ini aku memakai kaos, celana panjang dan jaket denim sehingga aku tidak perlu pulang untuk berganti pakaian. Aku berjalan sambil melihat catatan yang diberikannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Y's story (Indonesia)
Fiksi PenggemarCerita oneshot Yesungxreader Peringatan: mungkin mengandung muatan dewasa, telah diusahakan agar tidak terlalu vulgar. Catatan: akan diupdate dengan cerita baru saat ada ide yang muncul., tidak ada jadwal tetap.