It's you (yesung POV)

271 10 1
                                    

"urineun, super juni-oeyo."

Entah sudah berapa ribu kali aku mengucapkan kalimat itu tapi belum pernah aku lelah mengulanginya lagi dan lagi. Sesuatu hal menggangguku akhir-akhir ini, hingga aku melewatkan untuk mengucapkan kalimat itu. Dia selalu masuk dalam jangkauan pengelihatanku dengan tingkahnya yang ganjil, seorang gadis muda berusia 20an yang bahkan tidak kuketahui namanya. Dia adalah seorang stylist assistant baru di sini, aku bahkan tidak tahu berapa lama dia sudah bekerja dengan kami. Aku belum pernah berhubungan secara langsung dengannya. Kebanyakan pekerjaannya  adalah membantu para senior stylist dan mengurus kostum dan aksesoris. Dia manis dan mungil, tingginya mungkin sekitar 160cm. Rambutnya yang berwarna terang sering diikat tinggi sehingga selalu bergoyang saat ia berlari. 

Hari ini hari terakhir konser super show encore di Seoul, setelah ini akan ada waktu yang cukup untuk rehat sejenak. Sejak pagi aku belum melihatnya sama sekali, mungkin ia sedang membereskan sesuatu hal di luar sana. Ah, apa yang kupikirkan ini. Aku harus kembali memusatkan perhatianku pada konser ini. Lagu demi lagu kami nyanyikan di atas panggung, serta beberapa kata manis untuk diucapkan untuk para ELF. Saat kami berlari kembali ke belakang panggung, gadis itu masuk dalam pandangan mataku. Dengan terus terang kuminta salah satu stylist untuk menyuruhnya membatuku berganti kostum. Ugh, kenapa aku senekat ini, apa yang telah dilakukannya terhadapku sehingga aku terpengaruh sebanyak ini. 

Gadis manis itu sekarang berada di sisiku, membantuku memakai kostum. Aku mencium wangi tubuhnya, anehnya itu terasa tidak asing.  Ia di hadapanku sekarang, mencoba menghindari tatapan mataku, ia melihat jauh, entah kemana. Tangannya terulur untuk merapikan kerah bajuku. Aku kembali mencium wangi yang familiar itu. Tersadar, aku mengingat wangi ini sebagai wangi parfum yang sering kugunakan sendiri. 

"kau..." perkataanku terhenti saat ia melihatku dengan terheran.
"ne?" jawabnya
"ah, tak apa, kukira itu bukan suatu yang penting sekarang." aku bergegas berlari kembali ke panggung karena lagu berikutnya akan segera dimulai.
Aku tak bisa menghilangkan rasa ingin tahu ini. Benarkah ia menggunakan parfum yang sama denganku, mengapa?

Kembali ke panggung, aku berusaha berkonsentrasi pada lagu yang kami nyanyikan. Aku harus menyanyikan ad-lib dengan nada tinggi di lagu ini. Ah, ia kembali masuk ke dalam pandanganku. Aku melihatnya menyelinap di salah satu sudut gelap di arena ini. Aku terus melanjutkan lagu sambil mengawasinya. Hmm, apa yang sedang ia lakukan? Ia seperti sedang memeluk dirinya sendiri dan menikmati nada tinggi yang kulantunkan. Ah, ia tahu aku sedang mengawasinya dan kemudian kabur kembali ke belakang panggung. Sebenarnya ini bukan pertama kali aku melihat tingkahnya yang aneh seperti itu. Aku menangkapnya beberapa kali di lain kesempatan di konser-konser sebelumnya. Anehnya, hal itu terjadi hanya saat aku melakukan part solo.

Saat ini lewat pukul 10, konser telah usai. Para member dan manager serta staf telah meninggalkan tempat ini. Aku mengatakan pada manajer untuk tidak menungguku dan menyiapkan mobil untuk kugunakan nanti. Aku menunggunya berkemas dan mengikutinya diam-diam. Ia berjalan kembali ke sudut gelap di mana aku melihatnya saat konser tadi, dan mulai bertingkah aneh. Ia mulai menyentuh tubuhnya lagi.

"Ya! Apa yang sedang kau lakukan di sana?" tanyaku dari kejauhan.
Ia nampak kaget dan menurunkan tangannya.
"Tidak, aku hanya merasakan kembali suasana konser tadi." jawabnya ragu-ragu.
Aku berjalan mendekatinya dan menunduk untuk mencium wangi tubuhnya, ia berjalan mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak denganku.
"Kau pakai parfum yang sama denganku ya?" tanyaku ingin tahu.
"Benar, aku menyukai wanginya jadi kubeli yang sama." jawabnya dengan cepat hingga terasa salah untuk dikatakan.

Aku telah berjalan menjauhinya saat rasa ingin tahuku tak dapat kubendung lagi. Aku menghentikan langkahku dan berbalik.
"Apa yang tadi kau lakukan di tengah konser?" tanyaku lagi.
"A..a..aku..tidak.." jawabnya dengan tergagap. Saat itu aku mulai memahaminya. Ia membayangkan member kami melakukan sesuatu kepadanya, sebuah skenario klise.
"Kau pasti sedang membayangkan member kami melakukan sesuatu yang tidak senonoh kan?" kupojokkan dia dengan pertanyaanku selanjutnya. Ia hanya terdiam dan menundukkan kepalanya. Mukanya menjadi merah karena malu. Anehnya aku merasa bargairah menunggu respon darinya.
"Siapa?" tanyaku lagi.
Ia mengangkat kepalanya dan nampak terkejut dengan pertanyaanku. Responnya sungguh mengasyikkan.
"Jangan bodoh, jangan mencoba berbohong kepadaku. Aku bisa membaca orang dengan tepat." kataku lagi.
"Jadi siapa member itu?" kulemparkan pertanyaan selanjutnya.
"Donghae-ssi" jawabnya.
Donghae? Bukan aku? Kurasakan raut wajahku berubah. Ah, ini tidak bisa dibiarkan pikirku.
"Donghae? Bayi besar itu?" tanyaku lagi untuk memastikan.
Rasa iri mulai muncul dalam hatiku. Hmph, dikiranya semudah itu mempermainkan seorang yesung. Kupastikan lagi tidak ada orang di sekitar kami sebelum berjalan mendekatinya.

Kuambil kedua tangannya dan kutahan di atas kepalanya dengan satu tanganku. Kuhimpit tubuhnya yang mungil dengan tubuhku.
"Apa kau membayangkan dia melakukan ini?" kubisikkan kalimat itu di telinganya.
Kudaratkan bibirku di lehernya dan mulai menciuminya sementara tanganku yang lain meremas pinggangnya. Ia mulai menggigit bibir bawahnya dan memejamkan mata. Anehnya, tidak ada tanda-tanda perlawanan darinya, malah ia nampak menikmatinya. Aku terbawa suasana saat kumasukkan tanganku ke dalam sweater yang ia gunakan dan mulai mengusap punggungnya. Sebuah desahan pendek lolos dari bibirnya, membuatku tersadar. Aku menghentikan semuanya, sedikit menjauh untuk menatapnya. Semua kembali padaku dengan cepat, bukan donghae tapi aku.
"Hahaha. Kau berbohong. Bukan donghae tapi aku kan yang kau bayangkan?" kataku sambil tersenyum penuh kemenangan.
Ia menginginkanku dan aku juga menginginkannya, aku tahu itu. Aku berjalan mendekatinya sambil berkata "Katakan sejujurnya dan akan kuberikan apa yang kau inginkan."
Ia terdiam sambil berusaha mengatur nafas dan perasaannya. Kutunggu responnya dengan sabar. Untungnya tak lama kemudian ia membisikkan sesuatu di telingaku "it's you..."

Aku tersenyum dan mendaratkan ciuman di bibirnya. Kecupan itu berbalas dan menjadi makin liar dalam waktu singkat.
"Sekarang, katakan apa yang kau inginkan." ujarku di sela-sela ciuman panas itu. Ia menatapku, senyumnya mengembang sebelum akhirnya membisikkan sesuatu di telingaku. Aku tersenyum mendengar jawabnya, kuraih tangannya dan kubawa ia ke atas panggung utama.
.
.
.
.
.
Sekarang hampir pukul 3 pagi saat kami meninggalkan tempat itu dengan penuh peluh. Aku memaksa untuk mengantarnya pulang. Aku sungguh bahagia hingga semua cerita keluar dari mulutku. Sayangnya, aku tidak tahu hari itu adalah pertemuan kami yang pertama dan terakhir. Ia tidak pernah nampak lagi sesudahnya, meninggalkan kenangan indah di antara kami berdua dan yang akan terkubur selamanya.

TAMAT


Y's story (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang