Ghoul : Part 30

386 64 12
                                    

Seokjin menatap saluran televisi yang menampilkan berita tentang pencarian Jungkook

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seokjin menatap saluran televisi yang menampilkan berita tentang pencarian Jungkook. Channel yang ia putar terus saja menampilkan berita tersebut tanpa iklan, bahkan siaran lain. Dan seokjin tau itu siaran televisi dari Korea Selatan.

Gawat, ini sangat gawat. Bagaimana jika orang-orang di kota ini melihat Jungkook dan melaporkannya. Ini tidak bisa di biarkan. Pasti Taehyung yang sudah melakukan ini.

Dengan tergesa, Seokjin berlari ke ruangan Jisung namun, bisa ia lihat Jungkook yang tengah berbincang dengan seseorang di depan pintu putih tersebut. Dan tak sengaja juga matanya menangkap sebuah video di ponsel orang tersebut yang menayangkan sebuah siaran pencarian Jungkook.

"Permisi, ada yang harus saya biacarain sama tuan ini, maaf ya!"
Seokjin segera membawa Jungkook masuk kedalam membuat pemuda kelinci itu menatap hyungnya bingung.

"Kenapa Hyung?" tanya Jungkook seraya menenangkan Seokjin yang terus memegangi dadanya.

"Jangan keluar dari ruangan ini Jungkookie, di luar sana bahaya buat kamu," Seokjin mengunci pintu tersebut lalu menarik Jungkook untuk duduk. Menekan remote televisi yang langsung menampilkan berita dimana ada foto jungkook sebagai seseorang yang berada di daftar pencarian di korea selatan.

Jungkook terkejut bukan main, fotonya ada di televisi. Apa maksudnya ini? Bagaimana bisa?.

"Taehyung ...," gumam Seokjin. Jungkook menoleh menatap Seokjin. Apa maksdunya dengan Taehyung? Apa mungkin Taehyung yang membuat berita pencariannya?.

"Apa kita aman ada disini, Hyung?" Jungkook menunduk. Ia kira mereka sudah aman, tapi ternyata tidak. 

"Kita harus pergi dari sini, kook."

***

Jisung menatap kotak kaca, dimana ada anaknya yang tengah tertidur pulas di dalam sana. Itu ... Buah hatinya dengan Minho. Jisung tak sadar  menitikan air matanya, anak itu adalah kenang-kenangan terindah yang Minho berikan padanya. Jisung sama sekali tak menyesali semua itu. Hanya saja, ia tak pernah menyangka jika hidup anaknya akan seperti ini. Tapi Jisung yakin, semuanya akan baik-baik saja.

Hyunjin sudah pergi Seoul kemarin malam, Jisung tak henti-hentinya merapalkan doa untuk keselamatan Hyunjin. Pemuda yang bernotabene sebagai temannya itu sudah sangat membuat Jisung ingin banyak-banyak berterima kasih. Namun, sepertinya ucapan terima kasih saja tidak cukup.

Ceklek

Pintu ruangan itu di buka, menampilkan Seokjin yang berjalan ke arah Jisung dengan wajah khawatirnya.
"Kalian harus pergi dari sini, soal anak kamu, biar Hyung yang  urus," Seokjin menarik kursi roda Jisung, membawanya keluar dari ruangan tersebut

"Tapi Hyung! Apa maksud Hyung? pergi kemana??" Jisung terus bertanya kepada Seokjin selama perjalanan menuju ruang rawatnya. Namun, pandangannya beralih pada orang-orang yang seakan berkumpul tengah membicarakan sesuatu. Dan tak sengaja indra pendengarannya mendengar nama sang paman di sebut. Lalu Jisung kembali menatap Seokjin. Raut wajah dokternya itu terlihat sangat gelisah. Sepertinya telah terjadi sesuatu.

Jisung dan Seokjin memasuki ruang tersebut, menampilkan Jungkook yang tengah membereskan pakaiannya dan  Jisung.

"Mau kemana kita ?"

"Kita harus segera pergi, Kalian ga aman ada disini ... Apalagi buat Jungkook," Seokjin membantu Jungkook membereskan pakaiannya kedalam tas. Malam ini mereka akan pindah ke kediaman Seokjin, mungkin disana lebih aman.

"Jisung ga ngerti paman, ada apa sebenernya??!" Teriak Jisung karena sama sekali tak mengerti dengan keadaan saat ini.

Jungkook menghela nafas,
"Ada berita yang mengumumkan pencarian paman, dan itu saluran dari Korea," ujarnya.

Jisung menyernyit, dari Korea? Apa mungkin itu Taehyung?. Dan apa itu berarti semua orang  di kota ini akan berusaha mencari Jungkook juga? Jisung paham sekarang kenapa Seokjin meminta mereka untuk segera pergi.

***

Jungkook memakai topi dan maskernya, mulai mendorong kursi roda Jisung keluar ruangan malam ini. Di bawah sana sudah ada Seokjin yang siap dengan mobilnya. Keadaan sepi malam ini memudahkannya menghindar dari orang-orang yang bisa saja mencurigai dirinya.

Jisung hanya menunduk takut, ada dua sampai tiga orang yang menatap mereka berdua dengan tatapan aneh. Jangan sampai pamannya di curigai. Mereka hanya tinggal menaiki lift dan turun menuju lantai bawah menghampiri Seokjin. Dan semua akan selesai.

Jungkook menekan tombol lift, dapat Jisung lihat ketukan Jari sang paman di pegangan kursi terdengar senada dengan detak jantungnya. Ada dua orang yang berdiri di belakang mereka yang juga tengah menunggu pintu lift terbuka.

Duk!

Salah satu orang berkemeja biru tak sengaja menabrak bahu Jungkook saat mereka akan masuk kedalam. Jisung hanya bisa menatap pamannya khawatir. Hingga mereka sudah sukses masuk kedalam bersama kedua orang tersebut.

Jungkook mengeratkan pengannya di pegangan kursi roda Jisung saat telinganya tak sengaja mendengar namanya di sebut. Meskipun orang-orang itu berbicara dengan bahasa Jepang, Jungkook bisa paham dengan apa yang mereka katakan.

Orang-orang itu bilang bahwa Jungkook adalah objek pencarian terbesar di korea. Jisung mengelus tangan Jungkook agar pamannya  sedikit merasa tenang,

Dentingan Lift membuat pintu itu terbuka, mereka segera keluar namun lagi-lagi orang itu menabrak bahu Jungkook dan sekarang sialnya topi Jungkook terjatuh membuat separuh wajahnya terlihat.


"Ah, Sorry ...," orang itu membawa topi Jungkook yang terjatuh lalu mengembalikannya pada si empunya dan setelahnya pergi tanpa mencurigai apapun.

"Huft, syukurlah."

Jungkook segera membawa Jisung menghampiri mobil Seokjin, membantu sang keponakan untuk masuk kedalam mobil lalu setelahnya melipat kursi roda dan memasukannya kedalam bagasi mobil. Menyusul Jisung dan duduk di samping bangku kemudi.

Mobil itu melaju membelah jalanan Tokyo. Jisung hanya menatap keluar jendela mobil dengan terus memikirkan tentang masalah mereka saat ini. Dirinya tak bisa lagi selalu mengandalkan pamannya jika sudah seperti ini. Ia harus segera sembuh.

Dan anaknya, semoga saja segera bisa di selamatkan. Semuanya ada di tangan Hyunjin, ia hanya perlu menunggu pemuda itu mendapatkan  ramuan penawar.











Sudah, biarkan otak Ruby mentok dulu:)
Vote nyaaaa~

Jangan jadi pembaca gelap meskipun kalian suka kegelapan macem abin:'

Luv u❤

[✔︎] GHOUL ||ᵐⁱⁿˢᵘⁿᵍ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang