Setelah berkali-kali percobaan menenangkan gue akhirnya infus itu berhasil tertancap di lengan kiri gue.
Posisi gue lagi baring setengah duduk di kasur rumah sakit sambil bengong menunduk.
"Jangan nunduk mulu nanti leher lu sakit"
Gue terkejut, ternyata Jeno yang duduk di samping kasur gue.
"Jen"
"Apaan?" Jawabnya datar.
"Gue...boleh nanya?"
Sebenernya gue ragu-ragu, tapi gue kepo sama pikiran anak ini.
"Hm, apa?"
"Lu sebenernya setuju gak sih ortu kita nikah?"
Jeno hening sebentar.
"Dari sisi keluarga gue setuju, tapi kali dari sisi perasaan gue enggak setuju"
Jawaban Jeno membuat gue bingung.
Perasaan? perasaan apa? Perasaan ke gue?!
ANJIRT SERIUS?!
"Perasaan? Gue gak ngerti deh"
"Gak perlu, intinya gue seneng kalo bokap gue seneng"
"O-oh okay"
Gue dan Jeno menunduk dalam hening.
"Btw" Jeno mengangkat suara.
Gue menoleh ke samping.
"Lu, kenapa bisa trauma sama petir dah, gue tau lu penakut tapi pasti ada alesan sampe reaksi lu begitu"
Oh, peduli juga ternyata.
Gue tersenyum tipis.
"Gue gak suka suara kenceng dan berisik, gue juga gak tau kenapa bisa trauma, mungkin karena bunda yang sering histeris setelah ayah meninggal"
Tanpa gue sadari air mata gue keluar.
"J-Jess? Lu nangis?"
"Gue udah gak inget muka ayah gue Jen, terakhir kali gue masih 3 tahun, yang gue inget cuma genggaman ayah yang hangat"
"Ayah meninggal karena mobilnya tergelincir saat sedang hujan menuju rumah"
"Waktu itu gue sama bunda lagi berbincang lewat telephone, ayah membawa banyak mainan dan makanan buat gue"
"Tapi dia kehilangan kendali karena mobilnya tersambar petir dan menabrak pembatas di pinggir jalan"
"Sayangnya, nyawanya tidak terselamatkan, itu sudah menjadi takdirnya bukan? Tidak ada yang bisa mengubah takdir tuhan"
Gue bercerita panjang, entah bagaimana sampai bisa menceritakan kematian ayah gue, setidaknya dia tahu cerita gue sekarang.
Air mata gue mengalir seiring gue bercerita tadi dengan bibir tersenyum tipis, tangan gue bergetar pelan dan kepala gue menunduk.
Gue merasakan kehangatan di punggung tangan gua,
Ternyata berasal dari tangan Jeno yang memegang tangan kanan gue, dengan wajah yang berpaling.
Gue enggak berkata-kata dan tersenyum melihatnya.
"Apa liat-liat?!"
"Makasih"
Gue menggenggam tangan Jeno, membuatnya tersentak menoleh.
"Sebentar aja, gue pinjem tangan lu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lee Jeno | Forbidden relationship
Fanfiction"Gue? Suka sama adek gue sendiri? Gila lu?!" -Jeno . . . "LEE JENO LEPASIN GUE!" ucap gue yang tertindih tubuh bongsor anak lelaki itu . . "Gue gak tahan lagi!" . . . POV from Jesslyn Non baku! Lapak BxB (sedikit) Typo di jamin banyak Hasil kegabuta...