26

326 19 1
                                    

"SERBU JALANG ITU!"

Mereka memegang telur di tangan mereka dan mulai melempar. Gue menutup mata pasrah.

"HIYAAA!!!"

"RASAIN NIH!"

Gue bisa mendengar suara suara telur yang pecah tapi tidak merasakannya sama sekali, gue membuka mata dan...

Ada Jeno di hadapan gue, melindungi dengan punggunya.

"Je-Jeno?!" Seru salah satu gadis itu terkejut melihat yang mereka lempari adalah Jeno.

"Ma-af Jen gak bermaksud ngenain kamu, jaket kamu jadi kotor sini biar aku bersihin" tentunya mereka menjadi takut ketika melihat Jeno.

Jeno berbalik, "ga perlu, gue bisa sendiri" dia melepas jaketnya kemudian menarik lengan gue dan berjalan cepat.


"Jen sakit!" Jeno menggenggam tangan gue terlalu kuat. Apa dia marah?

"Jeno! Mau kemana sih?!" Tetap saja gue di hiraukan.

Jeno membawa gue ke uks yang kebetulan kosong. Dia langsung mengunci pintu dan melempar jaket di tangannya ke sembarang arah.

Dia menghantam gue pelan ke dinding, dan kedua tangannya di samping kepala gue.

Alisnya mengerut, sudah jelas dia kesal.

"Lu kenapa diem aja tadi?!" Seru Jeno dengan suara yang agak besar.

"J-jen"

"Kenapa gak lari?! Kenapa gak kabur?! Ke kelas gue kan bisa Jess! Kenapa lu mau aja di lemparin telor?!" Lanjutnya membuat gue bergetar dan tentunya takut.

Jeno enggak pernah semarah ini sebelumnya.

Dia kembali santai dan menurunkan tangannya setelah melihat mata gue yang berkaca,
"ma-maaf, gue gak bermaksud marahin lu"

Gue gak tau mau bales apa dan menunduk, masih kaget Jeno bisa begini, bahkan ini lebih marah dari pada pagi tadi.

Jeno kemudian memegang lengan gue, "sakit ya? Tadi gue pegang kekencengan ya?" Ucapnya halus lalu meniup pelan lengan gue yang merah.

Enggak lupa di gosok pelan dengan tangan dan

Chuu~

Ciuman kecil untuk mengobati luka.

"Dah sembuh! Gak sakit lagi kan?" Sifat Jeno yang seperti ini membuat gue gemes, kelakuannya seperti anak kecil.

Gue menggangguk iya sambil tersenyum tipis.

"Kita ke kantin yok Jen, udah di tunggin dari tadi" ucap gue.

"Bentar" Jeno menarik bahu gue kemudian memeluk sambil mengelus kepala gue.

Wangi, ini berasal dari Jeno?
Tumben, biasanya enggak sewangi ini.
Yaudah nikmati selagi bisa!

"Mulai sekarang gue yang akan lindungin lu, dari apapun itu walaupun harus merelakan nyawa gue, mulai sekarang sampai akhir dunia gue adalah malaikat penjaga lu"

Setelah mendengar perkataan itu gue mengeratkan pelukannya, "makasih" ucap gue singkat.

Fyi, kepala gue berada di atas dada Jeno, gue bisa mendengar detak jantungnya.

Tenang... bagaimana bisa? Apakah dia setulus itu?

"Yuk ke kantin, gue laper" ucap Jeno setelah melepas pelukan.

Lee Jeno | Forbidden relationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang