32

290 18 0
                                    

"Masih sesak gak sayang?" Tanya bunda memasuki kamar gue.

"Udah enggak bun"

"Kalo masih sesak bilang ya? Biar kita ke dokter aja" ucap bunda sambil mengelus kepala gue.

"Iya bun"

"Yaudah, kamu mandi gih! Sebentar lagi kakak sama papa kamu pulang"

Gue mengangguk lalu bunda mencium kening gue dan pergi keluar.

Menuruti kata bunda, gue pergi mandi. Ini udah hampir jam 4, pasti mereka udah di jalan pulang.

Tapi ada sesuatu yang mengganggu pikiran gue...

Apa Jeno tau...?

.
.
.
"Jessie!"

"Akh-"

Jeno menyerangku dengan pelukan dari belakang saat gue sedang melihat keluar jendela di kamarnya.

Kenapa kamar Jeno? Karena dari kamar gue yang keliatan cuma dinding rumah sebelah.

"Jen, tangan gue jangan ikut di peluk juga dong!"

"Satu, dua"

"Hah? Apa sih Jen?"

"Tiga"

"Lu ngitungin apa Jen?"

"Empat, lima"

"Ngitung apa sih?"

"Jatah"

"Hm? Maksud-"

Ah, gue salah besar.

Jeno mencium gue, barulah teringat larangan yang gue langgar, ternyata itu yang di hitungnya.

Gue dibawanya berbaring di kasur tanpa melepas ciuman.

"Hmmh" rintih gue saat Jeno sengaja mengigit bibir bawah gue.

Perlahan dia turun ke leher gue.

"Jeeen~ udah nanti ketauan lagi" ucap gue menyuruhnya berhenti.

"Udah gue kunci kali ini" jawabnya lalu lanjut menghisap leher gue.

"Jen nanti bekas kalo kamu gituin terus" gue mencoba mendorongnya dari atas gue tapi terhenti karena satu titik yang dihisapnya membuat gue lemah.

Tok Tok Tok

Jeno berhenti dan menghela nafas kesal.

Gue duduk membenarkan baju dan menutup leher dengan rambut.

"Jen, Jessie di kamar lu?" Tanya kak Taeyong dari balik pintu.

"Iya, kenapa?"

"Suruh keluar dulu, dipanggil papa"

"Hm"

Gue berdiri dan hendak membuka pintu, tapi Jeno menahan gue dan mencium gue sekali.

"Dah sana pergi" ucapnya pelan.

Kemudian gue membuka pintu, ada kak Taeyong yang menunggu sambil bersandar di samping pintu.

Kak Taeyong mengikuti gue berjalan ke tangga.

"Abis ngapain?"

"Numpang ngeliat keluar jendela doang"

"Mesti banget di kunci kamarnya?"

Gue tertegun dan berhenti berjalan, "e-enggak kok! Gak sengaja pegang aja tadi"

"Hmm, bohongnya pinter dikit dong"

Lee Jeno | Forbidden relationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang