15

2.2K 413 61
                                    

"mau ngobrol apa Ji? Langsung aja ya" ucapnya tanpa basa basi. Lawan bicaranya masih dengan tenang menyeruput es kopinya sebelum meletakkannya kembali di atas meja.

"apa kabar kamu Gi?" tanya perempuan berambut legam itu sebelum tersenyum simpul kepada Seulgi.

Seulgi menghela nafasnya. Senyum itu, sebuah senyum yang dulu merupakan hal favoritnya. Senyum yang melengkapi kecantikan Jisoo yang paripurna. Ya itu adalah favoritnya, sebelum dia memutuskan untuk mengakhiri semua. Sebelum mereka memilih untuk berjalan di jalannya masing-masing.

Sudah tiga tahun berlalu, harusnya luka hatinya sudah mengering. Harusnya dia merasa baik-baik saja sekarang. tapi melihat sesosok perempuan yang dulu adalah dunianya duduk di depannya sekarang, rasanya lukanya yang sudah tertutup perban itu kembali terbuka.

"baik kok"

Entahlah, Seulgi sendiri tidak yakin apakah dia barusan melontarkan sebuah kebohongan atau memang harapan untuk dirinya sendiri agar tetap baik-baik saja.

Bohong jika Seulgi berkata Jisoo sudah tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadapnya. Baru saja tadi malam dia yakin akan ucapannya untuk terus melihat ke depan, sekarang hatinya sudah goyah. Sungguh Seulgi ingin merutuki dirinya sendiri.

Jisoo tersenyum sambil mengangguk-angguk. Tangannya sibuk menggenggam erat ujung snellinya, menutupi rasa sakitnya. Tentu saja sikap yang ditunjukkan Seulgi sekarang membuatnya merasa sedih. Sudah tidak ada lagi Seulgi yang selalu memberikan senyuman hangat untuknya. Seulgi yang kini ada dihadapannya layaknya seperti orang asing. Tapi Jisoo pun tidak bisa menyalahkan Seulgi atas perubahan sikapnya setelah sekian lama tidak bertemu. Satu-satunya yang bisa ia salahkan adalah dirinya sendiri, karena dirinya lah yang membuat mereka harus berpisah.


Seulgi menghela nafasnya kembali. Rasa bersalah menghampirinya. Sepertinya dia terlalu ketus kepada wanita yang ada di depannya.

"kamu sendiri gimana Ji?" tanyanya. Dan itu sukses membuat Jisoo mengangkat kepalanya dan menatap Seulgi. senyuman akhirnya sedikit demi sedikit kembali ke paras Jisoo.

"aku juga baik-baik aja kok Gi, mama kamu sama adek gimana?"

"mereka baik kok"

"bentar lagi natalan, kamu pulang kan?"

Seulgi mengangguk "maunya gitu. tapi kayaknya gak bisa, ada ujian. Jadi?"

"hmm?" jisoo sedikit kebingungan.

"katanya ada yang mau diomongin?"

"ah.. itu.. aku mau minta maaf Gi untuk yang dulu-dulu, aku tau sikapku dulu bikin kamu sakit hati banget. Andai aja dulu aku lebih berani.."

Seulgi mengangkat tangannya menghentikan Jisoo yang sedang berbicara. Dia menggelengkan kepalanya "itu semua udah berlalu Jisoo. Gak perlu lagi diungkit. Pun aku udah maafin kamu dari dulu. jadi ya udah, gak usah dibahas lagi"

"kalo gitu mau kan temenan lagi sama aku, Gi? Kita mulai lagi dari awal, sebagai temen tentunya"


Berteman?


Oh tentu saja ada pasangan yang sudah berpisah kemudian memilih untuk berteman dengan mantan pasangannya. Tapi nyatanya itu adalah hal yang sulit, setidaknya bagi Seulgi. bagaimana mungkin untuk berteman dengan orang yang menjadi sumber lukamu?

Bahkan dengan melihat Jisoo, semua kenangan menyakitkan dari memori yang tersimpan di hipokampusnya itu kembali berputar. Sungguh sebuah lelucon untuknya. Walaupun Seulgi yang mengakhiri hubungan mereka, namun notabennya Seulgi lah pihak yang ditinggalkan.

Mortui Vivos Docent [SEULRENE AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang