7

2.3K 437 45
                                    

Seulgi berjalan menaiki anak tangga. Dia sudah tidak sabar untuk mengakhiri harinya di Rumah sakit. Begitu tiba di depan ruang jaga DM dia melihat sepasang sepatu yang bertengger di rak khusus sepatu tersebut. Tanpa berpikir panjang dia membuka pintu tersebut, tatapannya tertuju ke seseorang yang tengah duduk di sofa ruangan tersebut masih asik dengan smartphonenya.

"hei" sapanya ke orang tersebut.

Orang tersebut mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya, sedikit terkejut dengan kehadiran Seulgi di ruangan tersebut.

"hei" sapanya balik lengkap dengan senyumannya. Senyuman itu membuat Seulgi tersenyum kembali. "udah selesai?" tanyanya ke Seulgi.

Seulgi menganggukkan kepalanya, "lama ya?" tanyanya. dia berjalan mendekati orang itu. Tapi tiba-tiba dia menghentikan langkahnya

"Enggak kok. Kenapa Gi?" tanya orang tersebut bingung melihat Seulgi yang tiba tiba berhenti.

Seulgi mengendus-ngendus kemeja yang ia gunakan.

"aku habis rawat luka diabetic foot tadi, takut baunya nempel" jawabnya masih sibuk menempelkan hidungnya ke kain yang menutupi tubuhnya.

Orang tersebut terkekeh melihat tingkah laku Seulgi. "nggak kok, fine fine aja wanginya"

"beneran?" tanya Seulgi lagi

Orang tersebut menganggukkan kepalanya lagi.

"aku ganti dulu bentar deh, biar aman hehe" ucap Seulgi dengan cengirannya.

Seulgi kini kembali ke ruangan tersebut dengan baju yang sudah berganti. Dia mengenakan kaos hitam polos yang dipadukan dengan jaket bomber berwarna navy. Irene yang tadinya sibuk membaca materi tentiran di hapenya kini berhenti dan sibuk memandangi Seulgi.

Oh well padahal Seulgi hanya mengenakan setelan yang terlampau kasual, tapi Irene tidak pernah menyangka setelan kasual sangat terlihat pas untuk Seulgi. simpel tapi ada sesuatu yang membuat penampilan Seulgi sangat berkesan. Apa itu? Entahlah Irene pun masih belum mengetahui jawabannya.

"Kak Rene udah siap?" tanyanya pada orang yang daritadi menunggunya tersebut. Yang ditanya masih bengong sibuk memperhatikannya. "Kak?" panggilnya lagi

"eh iya? yuk" Irene pun langsung beranjak dari tempat duduknya.

----

Seulgi dan Irene tiba di sebuah kafe langganan Irene. Karena masih terlalu sore untuk makan malam, keduanya memutuskan menghabiskan waktu sore ini untuk berbincang santai di kafe yang sering Irene kunjungi.

Seulgi membuka pintu kafe dan mempersilahkan Irene untuk masuk terlebih dahulu.

"makasih" ucap Irene dengan volume kecil tapi masih bisa terdengar oleh Seulgi. Seulgi hanya menggangguk untuk membalasnya.

Mereka memilih kursi yang dekat dengan jendela. Mereka duduk saling berhadapan. Pelayan kafe menghampiri mereka. Irene memilih strawberry milkshake dan Seulgi menjatuhkan pilihannya pada es Americano tanpa gula. Setelah pelayan memastikan pesanan mereka, akhirnya pelayan tersebut meninggalkan mereka berdua.

"gak pahit Gi?" tanya Irene untuk membuka percakapan diantara mereka.

Seulgi menggeleng dan tersenyum sedikit "udah biasa. Enak loh, mau nyoba gak?"

Irene menggelengkan kepalanya. "pasti pahit. Sama gula aja masih pahit, apalagi gak pake"

Tak begitu lama, pesanan mereka datang. Irene memesan lagi sepotong cake Red velvet untuk menemani minumannya. Irene mengatakan cake di kafe itu enak-enak, dan varian red velvet adalah favoritnya. Dia sempat ingin memesankan satu lagi untuk Seulgi, namun Seulgi menolaknya.

Mortui Vivos Docent [SEULRENE AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang