6

2.4K 431 34
                                    

Seulgi saat ini berada di dalam poli bedah. Dia berdiri di samping konsulennya yang saat ini sedang duduk. Perawat memanggil pasien baru untuk masuk ke ruangan.

Masuk seorang laki-laki berumur sekitar empat puluh tahun dan seorang perempuan yang sepertinya adalah keluarganya.

Dokter menyapa pasien dan walinya itu dengan ramah.

"Selamat pagi Pak Jung"

"Selamat pagi dokter" balas laki-laki itu dan walinya.

"Ada keluhan apa pak?" Tanya sang dokter.

"Umm begini dokter. buah zakar sebelah kanan saya kok membesar ya dok" jawab pasien itu dengan malu malu.

"Sejak kapan pak membesarnya?"

"Sudah beberapa hari ini dokter. Awalnya itu bisa ngecil sendiri, tapi beberapa hari ini ya udah besar gak bisa ngecil lagi"

"Itu ngecilnya ngecil sendiri pak?"

"Iya dok, kalo saya bawa tidur itu terus saya bangun tau tau udah kecil sendiri"

"Buang air besarnya gimana pak?"

"Lancar dokter, tadi pagi saya baru aja BAB"

"Oke. Ada rasa sakit gak di sekitar situnya?"

"Enggak dok, gak sakit sama sekali"

"Pertanyaan terakhir pak, biasanya bapak sehari hari kerja apa?"

"Saya sehari hari jadi kuli angkut di pasar dokter"

Dokter itu pun mengangguk-angguk dan berpaling ke arah anak didiknya yang tak lain tak bukan adalah Seulgi yang masih berdiri.

"Apa dek kira kira?" Tanya dokter itu ke Seulgi

"Hmm hernia inguinalis dokter" jawab Seulgi.

Alis dokter tersebut terangkat.

"Inguinalis?"

"Bukan dokter, maksud saya hernia scrotalis" jawab Seulgi dengan agak sedikit takut, dia menelan ludahnya.

Akhirnya dokternya mengangguk.

"Scrotalis yang apa?"

Seulgi menelan ludahnya lagi sebelum menjawab pertanyaan dokternya.

"Hernia scrotalis akreta dokter"

"Nah gitu yang lengkap. DDnya apa?" Tanya dokter itu lagi. (DD: difference diagnosis aka diagnosis banding)

"Bisa hidrokel dokter, varikokel, epididimitis"

"Terus? Yang kronis apa lagi?"

Seulgi memutar otaknya, memaksa pikirannnya untuk bekerja lebih keras. Seulgi masih bungkam. Konsulennya sudah tidak sabar menunggu jawabannya.

"Awalnya T, ujungnya R. Hayo apa?"

"Uhmm tumor?" Jawab Seulgi dengan ragu-ragu.

"Tumor apa? Tumor kan banyak dek"

"Tumor testis dokter"

"Nah gitu dong"

Dokter tersebut mengalihkan perhatiannya kembali ke pasiennya. Dia melemparkan senyumannya ke pasiennya.

"Pak ini saya periksa dulu ya, tapi boleh ga mahasiswa saya ikut liat?"

Pasien tersebut masih terdiam, masih terlihat ragu.

"Jikalau bapak tidak berkenan gapapa. Saya tidak memaksakan. Tujuan dia ikut supaya dia bisa belajar. Kan saya gak selamanya jadi dokter. Nanti ketika saya pensiun, dia dan teman-temannya ini yang bakal gantiin saya. Untuk jadi dokter yang handal, harus perlu belajar dan melihat. Bukan begitu?"

Mortui Vivos Docent [SEULRENE AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang