31

2.3K 373 53
                                    

Setelah mencuci mukanya dan berganti baju, kini Seulgi sudah siap dengan scrub jaga biru tuanya.

Ia menatap pantulan dirinya di kaca sembari membenarkan rambutnya yang kini ia ikat ekor kuda.

"Okay.. cantik udah, wangi juga udah." gumamnya dengan puas.

"Ya ampun Kang Seulgi, kok bisa sih lo menawan banget gini? Pantes aja Irene takluk sama lo, pesona lo luar biasa banget sih."

Ya pernyataan itu datangnya dari Seulgi. Ia tengah memuji dirinya sendiri.

"Cih! Orgil. Gak waras" terdengar suara dari arah belakangnya yang diikuti dengan terbukanya pintu bilik toilet menampakkan gadis jangkung berponi.

"Sirik aja lu Lis!"

Gadis jangkung itu kini berdiri di sebelah Seulgi, mengambil sebuah botol yang berisikan bedak tabur dari dalam pouch yang ia bawa.

"Nih." ucapnya menyodorkan botol itu kepada Seulgi

Alisnya Seulgi terangkat.

Tidak banyak berbicara, Lisa langsung mengangkat bajunya ke atas, berbalik memunggungi Seulgi dan menyodorkan punggungnya.

"Buruan, sebelum ada yang dateng. Gue malu." seru Lisa.

Ternyata Lisa meminta bantuannya untuk membubuhkan bedak tersebut ke punggungnya. Seulgi menuruti permintaan temannya. Setelah selesai ia kembali menurunkan baju temannya.

"Ntar kena keringet malah lengket gak sih?" tanya Seulgi.

"Gapapa deh, gatel banget soalnya." jawab Lisa.

"Makanya mandi, nyet!" Seru Seulgi.

"Ya ntar, pas break makan malem aja sekalian."

"Gue liat udah mendingan banget itu plaknya. Udah gak terlalu tebel juga, masih merah aja"

Lisa hanya mengangguk, membenarkan rambut hitam pendeknya dengan sisir.

"Yang lain gimana? masih banyak, gak?"

Lisa tidak menjawab, tapi langsung menurunkan sisi kanan celananya untuk memperlihatkan pahanya sekilas lalu kembali menariknya kembali ke atas.

"Lumayan. Masih ngerokok gak lo?"

Lisa menggeleng untuk menjawab pertanyaan temannya.

"Good deh."

"Tapi kadang ngevape hehe"

Sebuah pukulan mendarat di bahu si gadis jangkung itu. "Bedanya apa, anjing?!" seru Seulgi.

Lisa sudah tahu ia akan diomeli lagi oleh Seulgi dan Seungwan apabila masih terus terusan bandel dan masih melakukan kebiasaan merokoknya. Namun ia tetap memilih jujur. Jujur itu nomor satu, begitu prinsipnya Lisa. Hanya saja hal itu tidak berlaku ketika sedang terpepet hehe.

"Kurang-kurangin anjir! atau gue cepuin lo ke Seungwan, mau lo?" ancam Seulgi padanya.

"Yeuu, gak asih nih cepuan! Iya iya gue tuh udah ngurangin banget. Paling sebulan juga itu cuma 3-4 kali."

"Gak ada ya 3-4 kali, harus kurang dari 2." tegas Seulgi padanya.

"Lah cuma boleh sekali sebulan, dong?"

"Nah pinter. Turutin kata gue atau lo gue aduin ke Seungwan biar telinga lo panas tiap hari diomelin."

Lisa mendengus sebal, tapi bagaimana lagi? ia memilih untuk menuruti perkataan si sipit ini daripada harus mendengar Seungwan yang akan mengomelinya setiap hari. Bukan tanpa alasan, jika Seungwan sudah mengomel, panjangnya seperti gerbong kereta api yang tidak ada habis-habisnya.

Mortui Vivos Docent [SEULRENE AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang