Trois: Ternyata Mereka ... (Jungsook's Side)

1 4 0
                                    

Perkataan Manajer Ko memang benar, tapi aku juga tetaplah seorang pria normal yang wajar jika mendekati seorang perempuan, bukan?

Perkataan Manajer Ko memang benar, tapi aku juga tetaplah seorang pria normal yang wajar jika mendekati seorang perempuan, bukan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-*-

Kakiku refleks berlari dengan kencang menjauhi mereka yang juga berlari ke arahku tak kalah cepat. Bagaimana bisa mereka tahu bahwa aku adalah Kang Jungsook?! Padahal aku memakai mas-masker?! Aku meraba bagian wajahku dan ternyata-sial! Bisa-bisanya aku malah membuka maskerku! Pantas saja mereka tahu kalau aku adalah Kang Jungsook.

Bodoh kau, Kang Jungsook!

Seharusnya-

Apa ini?! Ada seseorang menarik tanganku dan berlari seolah menuntunku untuk masuk ke suatu tempat. Tanpa bisa melawan, aku hanya ikut ke mana perempuan di depanku itu melangkah. Kami berlari cukup jauh, namun suara para penggemar di belakang sana samar-samar masih dapat kudengar.

Kami pun masuk ke dalam gang sempit yang hanya bisa dimasuki dua orang dalam posisi menyamping. Napasku memburu, keringat membanjiri wajahku karena terlalu lelah. Ketika aku melihat ke arah depan untuk mengetahui siapa yang menarikku sampai ke tempat ini, aku terkejut.

"Joo-"

"Sssttt! Jangan bicara terlalu keras, mereka bisa mendengar kita berdua," bisik Jooyeon dengan kening yang mengerut dan terus memandang ke arah samping sana-memastikan para penggemar tadi tidak mengetahui keberadaan kami, sementara tangan kanannya begitu setia membekap mulutku agar tidak banyak bicara.

"Jungsook oppa pergi ke mana?!" teriak salah satu penggemar yang tengah bergerombol itu. Aku membulatkan mata karena terkejut dan takut jika mereka akan mengetahui keberadaan kami.

"Ayo pergi ke depan sana!" Mereka pun kembali berlari dengan semangat, seperti tengah mengejar berlian berukuran besar yang sangat berharga baginya.

Setelah mereka semua berlalu, aku dapat mengembuskan napasku lega, begitupun dengan Jooyeon. Namun, ketika aku menatap ke arahnya, Jooyeon tampak meneteskan air mata.
"Jooyeon-ssi, kau kenapa?" tanyaku setelah berhasil menjauhkan tangan Jooyeon dari bibirku.

"Kya! Bagaimana bisa kau berkeliaran di sini dengan masker yang terbuka?! Apa kau cari mati?!" Jooyeon sungguh di luar dugaan. Aku kira, gadis itu akan bertanya apakah aku baik-baik saja dan sebagainya. Namun, justru ia malah memukuliku dengan tangan lemahnya sambil memarahiku juga.

"M-maaf, aku bahkan tidak menyadari jika masker yang kugunakan sudah terbuka." Ibu jariku bergerak refleks untuk menghapus air mata Jooyeon, sementara gadis itu tiba-tiba saja berhenti memukuliku dan malah menatap ke arahku dengan pandangan yang sukar diartikan. "Maaf aku malah membuatmu takut seperti ini."
Aku tidak tahu kenapa melihat Jooyeon menangis seperti sekarang mampu membuat hatiku merasa bersalah. Dia ... menangis karenaku, kan?

Jooyeon mengedipkan mata beberapa kali, ia pun menggelengkan kepala. "Tidak, bukan karenamu. Aku ... aku hanya takut jika mereka akan berdesakan dan malah membuatmu terluka atau tidak nyaman, Jungsook-ssi. Maaf, aku malah memarahimu." Perempuan berambut indah itu menundukkan kepala merasa bersalah.

Deux Vies - JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang