Quatorze: Biru Kelabu (Jooyeon's Side)

12 3 5
                                    

“Jungsook-ssi, mencintai itu mudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungsook-ssi, mencintai itu mudah. Yang sulit adalah menjalaninya. Apa kau masih tidak tahu berapa banyak perbedaan yang kita miliki?”

-*-

Ketika Jungsook pamit untuk keluar ruangan dan bertemu dengan Liza, yang kulakukan saat itu hanya diam membisu seperti patung sambil melihat satu per satu pekerja di belakang layar selesai mengerjakan tugasnya. Sementara aku masih terus menggerakkan kesepuluh jemari karena mulai merasa jemu menunggu Jungsook kembali.

Namun, ketika pria itu sudah kembali dari urusan mendesaknya, ia tidak mengatakan apa pun yang dapat membuatku merasa tidak sia-sia duduk manis menunggu kembali kehadirannya. Aku sangat ingin bertanya mengenai apa yang terjadi hingga ia tampak gelisah, tetapi harus kuurungkan karena saat itu keadaannya masih ramai.

“Tidak ada yang ingin kau katakan padaku?” Terang saja aku kini bisa leluasa bertanya demikian pada Jungsook, karena kini kami sudah keluar dan pergi jauh dari hiruk-pikuk perkotaan Seoul yang tidak akan pernah terasa mati satu detik pun.

“Tidak ada yang ingin kau katakan padaku?” Terang saja aku kini bisa leluasa bertanya demikian pada Jungsook, karena kini kami sudah keluar dan pergi jauh dari hiruk-pikuk perkotaan Seoul yang tidak akan pernah terasa mati satu detik pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata bulat jernih miliknya menatapku lekat, memancarkan aura bingung dan penuh keraguan. “Kau terlihat gelisah,” ujarku saat melihat kerutan di kening lebar milik Jungsook.

Terdengar embusan napas keluar dari mulut Jungsook, kemudian ia mengusap wajahnya sedikit kasar. Hal itu semakin memperkuat dugaanku bahwa ini semua ada hubungannya dengan Liza yang sempat mengunjungi Jungsook tadi siang. Karena sebelum ia menemui perempuan berparas cantik itu, Jungsook masih setia menunjukkan senyuman lebarnya di hadapanku. “Apa tentang Liza?” tanyaku sekali lagi karena tidak tahan dengan semua kebisuan ini.

“Iya.” Singkat. Bahkan tidak bernada.
Jika tadi yang terlihat gelisah adalah Jungsook, maka perasaan itu kini malah hinggap pada diriku. Namun, aku berusaha keras untuk menahan semua perasaan mengganjal dalam diri demi mendahulukan akal sehatku. Bagaimana pun juga, aku harus mendengar penjelasan Jungsook, kan?

“Kenapa?”

Jungsook mengalihkan pandangan ke arah lain, hingga kini yang dapat kulihat hanyalah sebagian wajah tampannya—tampak bersinar ketika diterpa cahaya terang dari rembulan di atas langit, meski presensi benda itu sedikit terhalang oleh awan malam berwarna hitam mendekati kelabu.

Deux Vies - JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang