Onze: Harus Menjauh (Jooyeon's Side)

2 3 0
                                    

Sedari awal, aku harusnya tidak mengiakan ajakan Jungsook saat itu.

Aku tidak mengetahui jika Jungsook adalah pria keras kepala. Sudah berulang kali aku menyuruhnya untuk pulang saja, karena keadaanku kini mulai membaik. Namun, dengan berulang kali pula ia menolak dan terus menggenggam tanganku, ia benar-benar tidak mau pulang.

Jadi, aku biarkan saja ia di sini semaunya. Hujan di luar juga belum mereda, meski sekarang intesitasnya tidak setinggi tadi. Namun, untungnya suasana ruangan ini menghangat ketika Jungsook memutuskan untuk menyalakan teve dan memilih salah satu saluran yang sedang menampilkan penampilan BTA di atas panggung. “Wah, ada aku di sana!” Jungsook terlihat kegirangan saat melihat presensi dirinya di sana, tengah menggerakkan tubuh dengan lincah dan bernyanyi bersama suara merdu yang memanjakan telinga.

“Kau sudah sering masuk teve, kenapa terlihat begitu kegirangan sekali?” tanyaku sambil terus menatap lurus pada teve berukuran sedang yang menempel di dinding. Setahuku, rumah sakit ini memiliki fasilitas yang sangat lengkap, bahkan hampir setiap ruangannya diberi satu teve agar pasien tidak merasa kebosanan. Aku tidak tahu seberapa kaya seorang Bang Sehyuk, hingga beliau dapat mewujudkan sebuah rumah sakit elit tanpa ada sedikit pun kecacatan ini.

“Aku senang karena bisa menyaksikannya bersamamu. Biasanya bersama para hyung,” jawab Jungsook tanpa menenggelamkan senyum serupa pelangi di wajah. “Lihat! Aku sangat tampan di sana, kan?”

“Semua pria itu tampan, Jungsook.”

“Tidak, aku yang lebih tampan di matamu, titik!” Jungsook tetap mengarahkan kedua netra indah itu pada teve, dan kedua tangannya pun tetap setia bergerak mengikuti irama musik. “Andai saja saat itu yang menata rambutku adalah dirimu, sudah pasti aku akan terlihat lebih tampan.”

Kebetulan, penampilan BTA itu adalah tayangan ulang beberapa bulan lalu, jadi aku pun belum bekerja untuk mereka. “Kenapa begitu? Kau tampan, kok, di sana.” Kedua alisku hampir menyatu karena tidak setuju dengan ungkapan Jungsook. Padahal, pemilihan gaya rambut dan juga warna rambutnya sangat cocok dengan kulit Jungsook.

“Nah, secara tidak langsung, kau mengakui bahwa aku memang tampan.” Jungsook semakin melebarkan senyuman, kemudian ia menoleh ke arahku sembari menaik-turunkan alis tebalnya. Dia menggodaku?

Sontak saja aku tertawa melihat wajah Jungsook. “Aku, kan, sudah bilang bahwa semua pria itu tampan. Memangnya kau bukan pria?” Aku sungguh tidak habis pikir dengan tingkah random Jungsook malam ini.

“Tidak mau! Pokoknya aku yang lebih tampan dari siapa pun di matamu!”

“Ya sudah, terserahmu saja, Jungsook-ssi.”

Jungsook mendadak diam, tetapi aku masih asyik tertawa gemas. “Sampai kapan kau akan memanggilku ‘Jungsook-ssi’, sih? Kukira kita sudah semakin dekat.” Ketika ucapan Jungsook dapat masuk ke dalam telingaku dengan benar, aku berhenti tertawa dan menatap Jungsook disertai senyuman tipis.

Deux Vies - JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang