Salju kali ini seharusnya putih. Namun, mengetahui semua hal tentang Jungsook lebih dalam, malah membuat salju kali ini berwarna biru. Seperti lautan berkedalaman tinggi, warnanya terlampau pekat untuk disamarkan.
-*-
Ini sudah seminggu sejak hubunganku dan Jungsook berakhir. Semuanya terasa datar, tapi sesekali, aku tetap merasa sedih dan perih ketika kembali mengingat kenangan manis yang pernah kami rangkai bersama.
Aku memutuskan untuk kembali ke kampung halaman dan membuat kedua orang tuaku keheranan, ditambah dengan rasa antusias Jiyoo—adik perempuanku—karena sudah beberapa bulan tidak main bersama. Tidak banyak yang bisa kulakukan di sini selama belum mendapat pekerjaan, hanya membantu ayah atau ibu untuk berkebun dan membereskan rumah.
Seperti sekarang misalnya. Aku baru saja selesai mencuci piring setelah makan malam bersama satu jam lalu, kemudian aku memutuskan kembali ke kamar dan mencari lowongan pekerjaan secara daring. Namun, ketika aku membuka pintu dan netraku segera tertuju pada kardus berukuran sedang tergeletak begitu saja di atas lantai samping nakas, aku mendadak mematung.
Berusaha mengingat benda apa itu selama beberapa menit, aku akhirnya tertegun ketika menyadari bahwa itu adalah pemberian terakhir dari Jungsook sebelum ia mengantarkanku ke apartemen. Aku belum membuka kotak itu sedari awal, takut sakit hati. Namun, lama-lama justru kini aku merasa penasaran, dan memutuskan untuk membukanya.
Setelah mengunci pintu kamar agar tidak ada yang mengganggu, aku pun mengecek sesuatu di dalam boks tersebut. Ternyata isinya adalah sebuah ponsel pintar dan kamera berukuran sedang berwarna hitam. Di dalam sana juga terdapat secarik kertas yang telah dibubuhkan tulisan tangan rapi—sepertinya tulisan Jungsook.
Ponselnya hanya butuh sidik jarimu, kemudian buka aplikasi Kertas Warna di dalamnya. Perlakukan kedua barang kesayanganku ini dengan baik, ya, Jooyeon Sayang <3
-Calon Suamimu yang TertundaAku terkekeh kecil meski kedua mata terasa sedikit panas. Setelah memutuskan hubungan pun, Jungsook masih memberi debaran penuh rasa bahagia padaku melalui perbuatan kecil seperti ini. Coba katakan padaku, bagaimana caranya berhenti mencintai Jungsook?
Sesuai dengan arahan yang pria itu berikan, aku mengambil ponselnya terlebih dahulu, kemudian menyalakan dan membuka kunci layar menggunakan sistem sidik jari. Namun, sebelum menuruti perintah selanjutnya, aku malah membuka aplikasi chat di sana yang sangat menarik perhatian. Ketika kubuka, ternyata isinya adalah grup BTA dan juga ruang chat bersamaku dengan simbol pin di sisinya. Ia menyematkan ruang obrolan bersamaku? Ya Tuhan, kenapa aku baru mengetahui ini? Sebenarnya Jungsook itu bisa semanis apa pada pasangannya, sih? Belum lagi, Jungsook mengubah nama kontakku menjadi ‘Joo-nya Jey’. Jooyeon-nya Jungsook?
Aku tersenyum sendiri seperti orang gila. Iya, aku gila karena Jungsook. Namun, senyuman itu tidak bertahan lama, sebab aku memutuskan membuka aplikasi yang Jungsook beri tahu, dan mendadak jantungku berdegup dua kali lebih cepat setelah mengetahui bahwa isinya adalah diari milik Jungsook. Ia memberi nomor berurutan pada setiap kolom, dan hanya berisi sekitar tujuh catatan saja. Satu di antaranya berisi pedoman untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deux Vies - Jungkook
RomanceDeux Vies [Prancis]: Dua Kehidupan Di siang hari menuju sore, aku duduk di atas tanah tanpa alas bersama seorang perempuan cantik yang memakai jaket berwarna kelabu milikku. Aku menceritakan segala keluh kesahku padanya dari awal hingga akhir tanpa...