“Sudah kubilang, anggap saja ini pendekatan pertama kita, Jooyeon. Aku ingin membuatmu terkesan di hari pertama ini.”
-*-
Menyadari bahwa jemari Jooyeon saling bertaut dengan jemariku, dapat menimbulkan senyuman lebar di wajah, ditambah semburat merah muda di kedua pipiku—yang pastinya akan terlihat jika aku membuka masker hitam ini. Diam-diam aku berteriak dalam hati akibat merasakan hangatnya tangan Jooyeon.
Dengan bentuk yang sedikit bulat tapi cukup lonjong, jemari Jooyeon terlihat sangat menggemaskan dan nyaman untuk kugenggam setiap saat. Rasanya tidak ingin kulepas sampai kapan pun, tapi justru Jooyeon melepasnya duluan dan malah memeluk tangan kiriku sambil berlari menuju salah satu stan makanan. “Ayo kita beli Bbopki!” Jooyeon menunjuk semangat pada permen berbentuk bulat tipis yang dijual oleh wanita berusia sekitar empat puluh tahun itu.
“Bukankah kita akan berolahraga di sini?” Bukannya aku tidak suka Bbopki, hanya saja rencana awal kami, kan, berolahraga agar tubuh semakin sehat. Lalu mengapa kini Jooyeon malah mengajakku membeli makanan seperti sekarang?
Perempuan dengan jaket berwarna kelabu kebesaran milikku itu mengerucutkan bibir. “Katanya kau mengajakku pendekatan. Jadi sebenarnya kau mengajakku melakukan apa?”
Ah, benar-benar. Jooyeon selalu memiliki cara sendiri untuk membuat lengkungan lebar di bibirku. Aku menggigit bibir bagian dalamku dengan gemas. “Tidak usah memasang wajah begitu di hadapanku, Jooyeon. Aku sedang tidak bisa menggigit pipimu sekarang.”
Jooyeon terus mengedipkan mata berkali-kali, semakin membuatku merasa gemas dan tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Aku segera mengusak rambut panjang milik Jooyeon yang pagi ini dicepol dengan gemas. “Ya sudah, kau bisa membeli apa pun yang kau mau. Aku akan membayarnya.”
“KYA! Jojo, apa yang kau lakukan pada rambutku?!” Di luar dugaan, Jooyeon justru malah berteriak tertahan karena rambutnya yang berantakan akibat ulahku. Aku pun tertawa senang ditambah mengingat panggilan baru untukku yang dibuat secara spontan oleh Jooyeon.
Setelah tertawa, aku segera membalikkan tubuh Jooyeon, hingga kini posisinya membelakangiku. “Jangan membuatku merasa gemas lagi, Jooyeon. Atau aku bisa melakukan hal yang tidak terduga lagi,” ujarku sambil masih menahan tawa. Setelah itu, aku segera menggeraikan rambut indah Jooyeon dan kembali mengikatkan rambutnya, kali ini kubuat seperti ekor kuda. “Sudah, kau sudah semakin cantik dengan hasil karya tanganku.”
Jooyeon segera mengeluarkan ponsel yang ia simpan di saku celana, kemudian membuka fitur kamera untuk melihat penampilannya sekarang. “Terima kasih,” ucap Jooyeon dan tidak lupa menambahkan senyuman cantik di bibir.
“Sama-sama. Ayo, beli Bbopki sebanyak yang kau mau!” Kini giliranku yang menarik tangannya untuk berjalan ke salah satu penjual permen berukuran besar itu. Sesampainya di sana, Jooyeon segera memesan satu buah permen—karena aku tidak mungkin membuka maskerku untuk memakan permen saja, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Deux Vies - Jungkook
RomanceDeux Vies [Prancis]: Dua Kehidupan Di siang hari menuju sore, aku duduk di atas tanah tanpa alas bersama seorang perempuan cantik yang memakai jaket berwarna kelabu milikku. Aku menceritakan segala keluh kesahku padanya dari awal hingga akhir tanpa...