“Sakit itu tidak ada yang tahu, Hyung. Bisa saja nanti sepulang dari luar, Hyung akan sakit.”
“Jooyeon-a, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu.”
Semenjak pembicaraan serius bersama ketiga hyung berakhir, aku lebih memilih menghabiskan waktu di dalam kamar, dengan alasan aku yang ingin beristirahat untuk menyiapkan diri menghadapi kesibukan nanti. Dan di sinilah aku, duduk di atas tempat tidur dengan ponsel di telinga kiriku.
Terdengar suara gaduh di seberang sana, bisa jadi Jooyeon tengah melakukan sesuatu. “Bertanya apa?”
“Akhir-akhir ini rambutku rontok, aku tidak mau jika lama-lama kepalaku akan botak dan menjadi seperti lampu taman berjalan.” Aku menyilangkan jari telunjuk dan jari tengah ketika mengatakan hal itu pada Jooyeon—menandakan bahwa kini aku sedang berbohong.
Hening beberapa detik, kemudian suara Jooyeon kembali terdengar. “Benarkah? Kenapa?”
Ayo, cari alasan yang logis, Kang Jungsook!
“Aku tidak tahu, bisa jadi karena faktor stres, mungkin? Atau aku kurang memberikan perawatan pada rambutku sendiri, apalagi sering berganti warna rambut.” Sepertinya itu sudah menjadi alasan yang logis.
“Lalu, apa yang akan kau tanyakan padaku?” tanya Jooyeon. Kini giliranku yang terdiam, memikirkan apakah aku harus mengatakannya sekarang atau nanti saja. Akupun menarik napas dan mengembuskan perlahan sebelum menjawab pertanyaan Jooyeon.
“Maukah ... kau pergi bersamaku besok pagi ke car free day?” Suaraku terdengar begitu tidak meyakinkan, entah bagaimana ekspresi Jooyeon sekarang.
“Apa? Ya Tuhan, Jungsook-ssi, mengapa perkataanmu sungguh tidak nyambung seperti ini?” Jooyeon tertawa cukup keras hingga suara tawa itu tidak terdengar lagi saking asyiknya tertawa, dan tanpa sadar kedua sudut bibirku tertarik membentuk sebuah lengkungan. “Apa hubungannya rambut rontokmu dengan mengajakku pergi ke car free day, sih?” tanya Jooyeon masih disertai sisa tawanya.
“Tentu saja ada! Aku berkata bahwa rambutku rontok akhir-akhir ini, bisa jadi karena faktor stres, jadi aku akan mengajakmu untuk berjalan-jalan besok. Siapa tahu rasa stresku berkurang, kan? Jadi rambutku tidak akan serontok ini.” Lupakan alsan logis! Intinya aku harus bisa mengajak Jooyeon untuk pergi besok!
“Tapi kenapa harus aku yang kau ajak? Bukankah member BTA juga bisa menjadi temanmu?” Apakah tidak bisa Jooyeon mengiakan ajakanku saja dan berakhir bahagia? Perempuan sepertinya sungguh langka, bahkan ia cenderung akan menolak ajakan seorang idol tampan papan atas sepertiku.
“Besok, mereka akan sibuk karena ada pekerjaan mendesak, jadi aku tidak mungkin mengganggu mereka, kan?”
“Benarkah? Lalu, jika mereka sibuk karena ada pekerjaan mendesak, kenapa kau bisa memiliki waktu senggang seperti itu dan mengajakku pergi besok pagi?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Deux Vies - Jungkook
RomanceDeux Vies [Prancis]: Dua Kehidupan Di siang hari menuju sore, aku duduk di atas tanah tanpa alas bersama seorang perempuan cantik yang memakai jaket berwarna kelabu milikku. Aku menceritakan segala keluh kesahku padanya dari awal hingga akhir tanpa...