Dix: Untuk Hujan yang Tidak Kunjung Usai (Jungsook's Side)

1 2 0
                                    

“Kau memiliki haknya, Kim Jooyeon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kau memiliki haknya, Kim Jooyeon. Bukankah kita berdua sudah melakukan pendekatan?”

Ketika orang lain sibuk membicarakan konsep pemotretan kali ini, aku sama sekali tidak menaruh atensi terhadapnya. Sebab, sedari tadi kedua bola mataku enggan bergulir ke arah mana pun, tetap menatap Jooyeon dengan masker hijau yang menutupi wajahnya.

Tidak peduli seberapa jauh jarakku dengan Jiwoong hyung ketika di ruang rias tadi, aku masih bisa mendengarkan percakapan mereka berdua—Jiwoong hyung dan Jooyeon—meski samar. Aku tahu bahwa kini Jooyeon tengah demam, itulah alasan mengapa kini perempuan tersebut menggunakan maskernya sedari tadi.

“Setelah Jiwoong, kau adalah giliran berikutnya.” Suara Manajer Ko tidak mampu membuatku berhenti menatap Jooyeon meski satu detik pun, karena aku mengira jika Manajer Ko tidak sedang mengajakku berbicara. Namun, satu tepukan cukup keras di pundak dapat membuatku tersentak kaget dan segera menatap pada Manajer Ko secara refleks. “Apa yang sedang kau pikirkan? Fokus! Jangan sampai mengecewakan SoulB!”

Aku hanya bisa mengangguk pada ucapan Manajer Ko. Setelah menunggu sekitar lima menit, akhirnya Jiwoong hyung selesai melakukan pemotretan, itu artinya, sekarang adalah giliranku. Bersama langkah tidak bertenaga, aku berjalan menuju ke arah depan kamera untuk mengambil gambar.

Baru saja aku akan melakukan salah satu gaya yang diberikan oleh pengarah, terdengar suara Jiwoong hyung menggelegar ke seluruh penjuru ruangan dan begitu mengejutkan. “O-oh, Jooyeon-ssi. Kau mimisan!”

Bagai disambar petir di siang hari, aku terkejut setengah mati, mendadak seluruh tubuhku membeku. Kedua kakiku segera berlari meninggalkan kamera yang siap mengambil gambarku tanpa bisa dicegah. “Apa yang terjadi padamu?” tanyaku setelah menyingkirkan Jiwoong hyung dengan cara mendorongnya dari hadapan Jooyeon.

Tubuh Jooyeon limbung seketika. Untungnya aku segera menahan tubuh lemah milik perempuan itu sebelum jatuh ke atas lantai yang dingin. Jantungku berdegup sangat kencang ketika menyadari bahwa mimisan itu tidak kunjung berhenti, bahkan darahnya hampir mengenai bajuku.

Namun, tanpa diduga, Jiwoong hyung segera mengangkat tubuh ringkih Jooyeon dari dalam dekapanku. “Kau harus melakukan pemotretannya, jangan sampai mengotori bajumu dengan darah Jooyeon.”

“Apa yang Hyung lakukan? Biar aku yang membawa Jooyeon ke rumah sakit!”

Di tengah perdebatan antara aku dan Jiwoong hyung, Manajer Ko menengahi kami dengan suara lantangnya. “Jiwoong benar, lebih baik kau melakukan pemotretannya saja! Biar kami yang urus tentang Jooyeon.” Manajer Ko mendorong tubuhku untuk kembali ke tempat di mana pemotretan dilakukan, sementara tanpa bisa kucegah lagi, Jiwoong hyung dan beberapa staf lainnya segera membawa Jooyeon keluar ruangan.

Apakah Jooyeon akan baik-baik saja? Memikirkan hal itu membuatku tidak bisa fokus sama sekali, bahkan aku sering ditegur oleh seorang pengarah pemotretan karena pandangan mataku selalu kosong dan tidak fokus.

Deux Vies - JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang