Musim gugur itu indah, tapi aku tidak suka jika cinta kita ikut gugur hanya karena sedikit tertiup angin kecil.
-*-
Rasanya ada yang berbeda ketika tidak mendapati notifikasi pesan dari Jooyeon di ponselku. Aku mendadak lupa bahwa kini aku sedang marah padanya, karena Jooyeon menganggap hubungan kami tidak mendekat. Atau Jooyeon memang benar-benar tidak menyukaiku?
Dan kepalaku semakin pusing saja saat mengingat ajakan Liza tadi sore setelah acara usai. Ada banyak pertanyaan yang ingin kuajukan padanya, salah satunya adalah, mengapa ia mengajakku di antara begitu banyak pria tampan di Korea Selatan yang pantas bersanding dengan perempuan itu? Namun, kuurungkan niat itu, karena sudah terlanjur lelah dan malas berdebat.
Ada perasaan menyesal yang hinggap di hati. Lagi pula, untuk apa aku merajuk seperti ini? Yang ada nanti Jooyeon malah semakin menjauhiku. Aku uring-uringan sendiri semenjak dua hari lalu. Sehingga para hyung terus menatapku dengan aneh, bahkan sesekali menertawakanku. Apa yang lucu? Entahlah. Ketika di lokasi syuting pun, sesekali aku mencuri pandang pada Jooyeon yang tampak begitu serius menatap ke arah ponsel. Ada perasaan ingin lari ke arahnya, kemudian memeluk perempuan cantik itu sangat erat, sampai Jooyeon merasa sesak napas saking eratnya.
Meski terlarut dalam lamunan, kupingku tetap mendengar pembicaraan di antara para member BTA meski mataku terus menatap ke arah ponsel. “Untuk comeback nanti, apa akan ada yang mengubah warna rambut?” tanya Seokbin hyung sambil memakan camilan di atas meja.
“Tentu. Setidaknya satu atau dua orang yang mengubah warna rambut. Konsepnya bagaimana?” Taehwa hyung menyahut, sementara aku masih belum mengeluarkan suara sedari tadi.
Ada hening selama beberapa detik sebelum akhirnya suara Jiwoong hyung terdengar. “Bagaimana jika terlihat nakal dan baik di satu waktu?”
“Perpaduan iblis dan malaikat maksudmu?” Hoshik hyung tertawa kecil, menunjukkan deretan gigi rapi miliknya. Aku segera mengunci layar ponsel karena mulai tertarik dengan pembicaraan kali ini.
“Iya. Judul lagunya, kan, One Wing. Satu sayap. Bagaimana jika nanti salah satu di antara kita memakai sebelah sayap malaikat, dan sebelah sayap iblis?” ujar Jiwoong hyung lagi, tetapi kali ini tidak disambut tawa renyah Hoshik hyung. Kami tampak berpikir mengenai saran Jiwoong hyung.
Karena merasa penasaran, aku pun mengajukan pertanyaan, “Kenapa begitu? Judulnya hanya menunjukkan kita memiliki satu sayap, Hyung.”
Senyuman terpatri di wajah hyung berusia dua puluh enam tahun itu, lebih tepatnya adalah senyuman misterius, sebab tatapan Jiwoong hyung sungguh aneh. “Anggap saja ini sebuah teori. Manusia itu perpaduan antara malaikat dan iblis, tidak sempurna. Selalu melakukan kesalahan, tapi terkadang tidak lupa melakukan kebaikan. Bukan begitu? Lalu, bisa dianggap jika setengah sayap-sayap itu adalah simbol dari perilaku manusia sendiri.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Deux Vies - Jungkook
RomanceDeux Vies [Prancis]: Dua Kehidupan Di siang hari menuju sore, aku duduk di atas tanah tanpa alas bersama seorang perempuan cantik yang memakai jaket berwarna kelabu milikku. Aku menceritakan segala keluh kesahku padanya dari awal hingga akhir tanpa...