Entah kenapa, beberapa hari ini terasa lebih panjang dan berat bagi Alden. Bukan karena sakit batuknya yang mengganggu, tapi karena istrinya. Perempuan kesayangannya itu tidak memberi kabar padanya dalam dua hari terakhir, tidak pula mengangkat telepon darinya.
Alden merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur, sambil memeriksa ruang chat Elle di ponselnya. Ia menghela nafas gusar. Ini bukan kali pertama Elle melakukan silent treatment padanya, tapi tetap saja hal itu membuatnya merasa kesulitan. Laki-laki itu akhirnya memutuskan untuk menghubungi ibunya, ia membutuhkan ibunya di saat seperti ini.
"Ma..."
"Halo Alden. Kamu dimana, Sayang?"
"Alden sudah di hotel, Ma." Layla tahu mengenai masalah antara anak dengan menantunya itu, tapi ia memutuskan untuk berlaku seolah tidak terjadi apa-apa agar Elle merasa tenang.
"Syukurlah. Kamu sudah makan?"
Alden terbatuk, "Sudah, dengan yang lain tadi. Mama sudah makan?" Layla sudah menduga putra sulungnyanya akan jatuh sakit apalagi dengan situasi seperti ini.
"Mama juga sudah. Mama makan dengan Elle. Kamu sakit, Bear?" Alden merasa sedikit tenang begitu mendengar bahwa sang istri berada dirumah orang tuanya. Setidaknya, Elle berada didekat orang tuanya sendiri walaupun perempuan itu tidak mengabarinya sama sekali.
"Elle datang? Kapan, Ma? Hanya batuk. I'm fine." Pria itu kembali terbatuk. Alden segera membasahi tenggorokannya dengan air mineral, Ia tak mungkin membuat ibunya cemas.
Tetap saja, wanita itu khawatir saat mendengar putranya. "Elle sampai di rumah jam 4. Jangan lupa minum obatmu, Nak."
Alden tertawa pelan. Ia selalu suka bagaimana sang ibu yang mengkhawatirkannya itu tetap berusaha tenang. "Iya, Mama. Elle sedang apa, Ma?"
"She's in your room right now. Ingin bicara dengannya?" tawar Layla.
"Tidak apa-apa Ma, nanti Alden telepon langsung saja."
"Baiklah. Kamu istirahat, Alden. Besok hari terakhir?"
"Iya, Ma. lusa pagi kita pulang"
"Alright. Kamu hati-hati, jangan lupa minum obatmu, ya." Layla kembali mengingatkan putranya.
"I will, Ma. I love You."
"I love you too, Bear." Layla tertawa, lalu mematikan sambungan teleponnya.
__
Melakukan silent treatment ternyata tidak semudah itu, pikir Elle. Ia harus mengakui jika dirinya mulai merindukan sang suami. Ia ingin membalas beberapa chat yang dikirimkan Alden padanya, tapi rasa ego masih menahannya.
Akhirnya ia memutuskan untuk mencari informasi melalui media sosial, Elle yakin sudah ada kabar terbaru mengenai Alden di sana. Benar saja, tak hanya tulisan dan foto, beberapa video terbaru setiap anggota Ashwood bisa dengan mudah Elle temukan.
Perempuan itu sedih, hal yang selalu dikhawatirkannya terjadi. Alden-nya sakit, bukan sakit yang parah memang, tapi membayangkan suaminya harus menahan sakit saat bekerja dan harus mengurus dirinya sendiri membuat Elle cemas. Aktivitasnya terhenti begitu menyadari seseorang memasuki kamarnya.
Layla tersenyum sambil menatap Elle, "Tidak istirahat, Elle?" Wanita paruh baya itu duduk mendekati menantunya di tempat tidur.
"Belum, Ma. Elle agak malam tidurnya, Insomnia." Elle tertawa kecil.
Layla terkekeh. "Mama juga punya Insomnia terkadang. Alden sudah menghubungimu?"
"Belum, Ma. Mungkin jadwal mereka belum selesai." Elle segera memeriksa ponselnya kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Best Beloved
रोमांस"You are the best that I've ever had, Grizelle." Alden mencium kening perempuan di dekapannya dalam. Ia tak akan pernah bosan memberi tahu Elle betapa ia mencintai istrinya itu. Elle mengeratkan pelukannya setelah Alden selesai mengecup keningnya...