"Hai, Sophie. Brunch?" tanya Elle sambil menarik kursi di sampingnya dan tersenyum manis pada gadis cantik yang berjalan menghampirinya. Sophie menguap sebentar lalu tertawa malu.
"Maaf ya, Elle. Semalam aku pulang terlambat, jadi belum sempat menemuimu. Oh, how I miss you, Sister." Adik perempuan Alden itu memeluk Elle dengan cepat. Elle mengusap pelan punggung Sophie sambil tertawa. "Tidak apa, Sophie. I miss you too, Dear. Kamu mau makan apa?"
Sophie meraih selembar roti di dekatnya asal, lalu memakannya begitu saja. Elle terkikik melihatnya, saat melakukan hal-hal seperti ini Sophie mengingatkannya pada Alden. "Ini saja, sudah cukup." Sophie tertawa kecil.
"Hari ini kamu ada kelas, Sophie?" Tanya Elle, kemudian menggigit kembali roti selainya.
"Tidak ada, sepertinya aku sedang ingin di rumah hari ini." Sophie Arslan adalah seorang mahasiswa, gadis itu mengambil jurusan ilmu komunikasi. Elle selalu kagum dengannya, gadis yang selalu berani berbicara dan menyampaikan opininya.
__
Layla bersyukur sejak kedatangan Elle suasana rumahnya menjadi lebih hidup. Entah kenapa, walaupun ia memiliki tiga orang anak, suasana rumahnya tidak selalu secerah ini.
Alden, Sophie, dan Leo, ketiga anaknya itu bisa dikatakan memiliki hubungan saudara yang kurang kuat. Terutama antara sulung dengan bungsu, Alden tentu saja selalu bersikap sebagai seorang kakak yang baik, tapi Leo selalu berusaha menghindarinya.
Leo memang anak laki-laki yang pendiam, dan sedikit tertutup. Jangankan dengan Alden, dengan orang tuanya sendiri saja ia cenderung menutup diri. Layla mampu memahami kondisi anak-anaknya, yang terpenting mereka tetap saling menghargai dan menjaga satu sama lain.
Layla mengintip sebentar ke arah kamar Alden, sesuai tebakannya putri
satu-satunya itu pasti sudah asik menghabiskan waktu dengan sang menantu.
Wanita itu tersenyum sebentar melihat kedua anak perempuannya yang sedang menikmati momen mereka bersama.
__
Elle menutup buku bacaannya pelan, kemudian menerawang sesaat. "Tell me something about your older brother, Sophie" Gadis dihadapan Elle yang sedang asik memainkan rambutnya tersebut langsung menatap ke arahnya kaget.
Sophie berpikir sebentar. "Sejujurnya aku tidak tahu banyak tentang Alden dibanding kamu, Elle. Aku yakin ceritaku akan membosankan untukmu." Kakak iparnya itu tersenyum lalu ikut berbaring di sampingnya.
"Tidak akan, I promise. Pasti ada hal yang belum kuketahui tentang kakakmu, Sophie," ujar Elle memastikan. Sophie menghela nafasnya sebentar seraya mencari ide cerita.
Sambil memandang ke arah langit-langit kamar sang kakak, Sophie mulai bercerita. "Alden ya. Dulu sebelum pindah ke London, he was acting all goofy and naughty. Kamu percaya tidak, Elle?" Sophie menoleh kearah Elle yang berbaring disampingnya.
Elle menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa membayangkan pria selembut Alden menjadi sosok yang nakal, Sophie." Sophie tergelak.
"Kau harus tahu, Elle. Kenakalan Alden itu tak ada habisnya dulu. Kalau aku sedang menonton dia akan terus berjalan di depanku dengan sengaja, memainkan rambutku, atau memanggil namaku dengan suara yang sama sekali tak nyaman untuk didengar" Elle tergelak mendengar perkataan Sophie.
"Alden memang berani padaku, Elle. But not with Leo. Padahal, Leo itu lebih enak untuk diusili daripada aku. Leo akan diam kalau diganggu, semarah apapun anak itu akan langsung mengunci diri dikamarnya. Sedangkan aku, there must be some loud yell from my mouth." Elle kembali tertawa mendengar ucapan Sophie.
Sophie membalikkan tubuhnya menghadap Elle. "But, after grandma gone, Alden berubah. Dia menjadi pendiam, mirip dengan Leo. Setahun setelah nenek pergi, Alden bahkan menjadi lebih tertutup daripada Leo, Elle. Aku sedikit khawatir, apalagi mama dan papa" Elle lalu ikut membalikkan tubuhnya menghadap sang adik, memandanginya dengan serius.
"Tapi untung saja ada Ashwood, setidaknya Alden punya tempat untuk mengurangi rasa sedihnya. Selain itu, Alden juga harus pindah ke London untuk berkuliah," jelas Sophie.
Elle tersenyum, ia paham betul bagaimana pentingnya Ashwood dan tentu saja para anggotanya bagi Alden. "Bagaimana setelah Alden pindah ke London?" Kedua perempuan yang saling berhadapan itu tampak asik dengan topik perbincangan mereka.
"Pertama kali aku bertemu dengan Alden lagi, adalah saat libur akhir tahun. Waktu itu Ashwood sudah mulai populer, jadi bukannya libur Alden justru sibuk bekerja. Tapi aku sadar kalau Alden sudah menjadi laki-laki dewasa" Elle tergelak lagi.
"Maafkan aku, tapi kamu terdengar sangat lucu, Sophie." Sophie akhirnya ikut merasa geli begitu menyadari perkataannya.
"Ya Tuhan. Maafkan aku kalau itu terdengar aneh, Elle. But, I'm serious. Pertama kali aku melihat Alden adalah saat dia datang. Aku, mama, dan papa menjemputnya di bandara. Aku sampai tidak sadar kalau dia kakakku sendiri. Tidak hanya penampilannya yang berubah tapi juga caranya berjalan bahkan cara dia berbicara juga berubah," jelas Sophie menggebu-gebu.
"Jadi lebih tampan ya?" Elle memberi tatapan menggoda pada adik iparnya itu. "For heavens's sake, Elle. Alden memang sudah tampan dari kecil. Tapi karena dia nakal, ketampanannya itu tertutupi" Keduanya lalu tertawa geli.
"Daripada tampan, Alden menjadi sosok yang bijak sebenernya. Jika sebelumnya dia cuek sekarang dia lebih peka dengan keadaan sekitarnya. Somehow, itu membuatku bangga padanya." Elle menatap Sophie sambil tersenyum tulus. Ia mengagumi cara berpikir adik perempuan suaminya tersebut.
"Alden juga bangga denganmu, Sophie. Dia tidak pernah ketinggalan dengan videomu ketika mengisi acara. Dia akan berkata padaku, 'she's definetly my sister!" Elle mencoba menirukan gerakan Alden saat memandang ponsel kemudian menunjuk ke arah Sophie dengan semangat.
Sophie tertawa sebentar. "Really? Aku pikir, Alden sudah tidak mempedulikan hal-hal yang berurusan denganku lagi."
Elle mengerutkan alisnya protes. "Of course not, Sophie. Baik kamu dan Leo, Alden selalu memperhatikan kalian." Kini Elle merubah posisinya menjadi duduk bersila.
"Leo? Bagaimana Alden memperhatikan Leo?" tanya Sophie bingung.
Elle meraih sebuah bantal coklat disekitarnya, lalu mendekap bantal tersebut. "Leo sampai sekarang masih kaku dengan Alden. Kalau ia mengirimkan pesan untuk Alden, pasti isi pesan itu sangat kaku. That always made him sad, tapi ia mencoba mengerti perasaan adiknya. Jadi, sekaku apapun pesan Leo untuknya, Alden akan mencoba untuk meresponnya dengan hangat," Elle menjelaskan perlahan.
Sophie tersenyum penuh arti. Di dalam hatinya ia selalu yakin jika Alden adalah seorang kakak yang baik. Walaupun Alden tidak terlalu banyak hadir di hidupnya ataupun Leo beberapa tahun terakhir ini, ia percaya jika pria itu punya caranya sendiri dalam memperhatikan saudara-saudaranya.
"Leo memang seperti itu, Elle. Jangankan dengan Alden, denganku, Papa, atau bahkan Mama saja, dia juga tertutup. Kami berusaha mengerti, selama itu membuat bisa Leo nyaman." Sophie kini mulai teringat dengan sang bungsu. Elle pun tersenyum mengerti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Best Beloved
Romance"You are the best that I've ever had, Grizelle." Alden mencium kening perempuan di dekapannya dalam. Ia tak akan pernah bosan memberi tahu Elle betapa ia mencintai istrinya itu. Elle mengeratkan pelukannya setelah Alden selesai mengecup keningnya...