BAB 7

490 37 0
                                    

Lake District, Cumbria menjadi pilihan Alden sebagai tujuan liburannya dengan istri tercintanya kali ini. Elle mempercayakan pilihan tempat pada pria itu, ia yakin pilihan seorang Alden tidak akan mengecewakan. Sebuah daerah dibagian barat laut Inggris ini memiliki suasana yang erat dengan pedesaan, a bit traditional but definitely what Elle wished-for.

Pasangan suami istri itu saat ini tengah menikmati piknik kecil mereka di kawasan Buttermere. Tak banyak yang mereka bawa, Elle membeli egg-stuffed cheese muffin, milk roll, dan cornish pasty, di perjalanan tadi.

Perempuan itu sedang asik membaca buku karya Katherine Ozment, sementara Alden sibuk memainkan rambut ikal Elle di hadapannya. Sesekali pria itu dengan usil mengusap gemas wajah istrinya, Elle langsung memberi tatapan kesalnya yang selanjutnya diikuti oleh suara gelak Alden. Suaminya itu berdeham pelan, tertawa membuat rasa gatal di tenggorokannya datang lagi.

Elle melirik suaminya sebentar. "Alden?" panggilnya tenang. Pria itu tanpa meluputkan pandangannya menjawab. "What is it, Peach?" Alden tahu pasti ada hal serius yang ingin ditanyakan oleh perempuan kesayangannya itu.

"Apa kamu masih menggunakan alat menyebalkan itu?" tanya Elle seraya membalik lembaran bukunya tenang. Alden tersenyum, "masih. Tapi sudah mulai jarang." Pria itu meraih rambut coklat Elle lalu memainkannya lagi.

Perempuan itu mendesah pelan. "Kapan biasanya kamu menggunakannya?" Elle bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku.

"Hanya di saat aku sedang merasa sedih atau suntuk. Aku tidak akan menggunakan alat itu saat bersama denganmu, Elle," ucap Alden lembut.

Elle akhirnya memindahkan pandangannya ke arah pria di sampingnya. "Aku tidak bermaksud untuk melarangmu. Aku yakin kamu bisa menentukan pilihanmu sendiri. Kamu ingat kan pengaruh alat itu? Apalagi kamu seorang penyanyi, Alden. Kamu harus menjaga kesehatanmu." Sang suami menganggukkan kepalanya sambil menahan senyum.

"Yes, my love. Aku tahu. Aku juga berusaha untuk menjauhi alat itu semampuku. Tapi, aku belum sanggup untuk sepenuhnya lepas dari alat itu. Forgive me." Pria itu kembali membelai wajah Elle dengan ibu jarinya hangat.

Alden mulai mengenal alat mungil bernama juul itu sekitar 6 bulan lalu, Noah yang menyarankannya. Saat itu ia sedang merasa lelah dan sedikit stres karena jadwal Ashwood. Sahabatnya itu memang seorang perokok, tapi setidaknya juul lebih aman 'sedikit' dibandingkan jenis rokok lainnya.

Alden yang tidak akrab dengan kebiasaan mengonsumsi alkohol memiliki kesulitan tersendiri. Oleh karena itu, pria itu tidak bisa mengonsumsi alkohol, yang pada umumnya menjadi pelampiasan rasa lelah dan suntuk teman-temannya.

Elle mengecup hidung Alden sekilas. "Alright, I got it. Tapi tetap hati-hati ya. I trust you." Pria itu terkesiap sebentar lalu tersenyum. Ia selalu suka ketika Elle melakukan hal-hal manis seperti ini padanya.

Alden menidurkan kepalanya di atas salah satu lengannya, sambil memejamkan mata, pria itu menikmati angin musim gugur yang menerpanya. Elle memandang suaminya sesaat sambil tersenyum penuh arti. Saat mencoba memusatkan perhatiannya kembali pada buku bacaannya, perempuan itu teringat sesuatu.

"Aku bertemu dengan Catra lagi, Alden," ucap Elle tenang. Alden membuka matanya, lalu menatap wajah sang istri. Pria itu mencoba membaca ekspresi Elle.

"Tell me more," tanya Alden sambil mengubah posisinya menjadi duduk bersila menghadap perempuan di sampingnya.

Perempuan itu menutup buku yang sedang dibacanya. "Waktu kamu di New York kemarin, aku datang ke acara seminar di Eventim Apollo. Dia menghampiriku sebelum aku masuk ke mobil." Alden mendengarkan cerita istrinya dengan seksama. "Lalu?" tanya Alden.

"Dia menyapaku. Kita hanya menanyakan kabar masing-masing, setelah itu ia pamit. Aku yakin dia sadar dengan perasaan tak nyamanku, jadi dia berinisiatif untuk menyudahi pertemuannya." Perempuan itu terkekeh kecil.

"Bagaimana keadaanya? Is he alright?" tanya Alden. Senyum tersungging di bibir Elle, "Dia terlihat sehat, jauh lebih baik dari kondisinya terakhir kali saat aku melihatnya."

Alden mengangguk mengerti. Sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang ingin ia ucapkan, tapi Alden tidak mau merusak perasaan perempuan yang ia sayangi itu. Alden sangat mengerti seberapa besar usaha Elle sampai bisa melupakan pria yang pernah dicintainya itu. Dan saai ini Elle terlihat baik-baik saja saat menceritakan pertemuannya dengan Catra, that's all matters.

__

Elle memeriksa handbag pigeon gray-nya sekali lagi, memastikan semua barangnya ada di sana. Ia lalu mengaitkan jam tangannya dengan cepat. Perempuan itu tidak sedang terlambat, tapi ia suka untuk mempercepat gerakannya agar bisa mempunyai waktu luang yang lebih.

"Aku antar ya?" Elle yang sedang fokus memperhatikan jam tangannya, mengalihkan tatapannya ke arah pintu kamar, suaminya sudah bangun.

"Tidak perlu, Alden. Kamu istirahat saja hari ini. Besok kamu sudah mulai bekerja lagi, kan?" Alden membuat ekspresi cemberut.

Elle tetawa kecil melihat pria itu, "Bagaimana kalau kamu menjemputku? Eh, tunggu, Ya Tuhan! Tidak, tidak." Wanita itu menepuk pelan keningnya begitu mengingat jika hari ini ia akan membawa mobil mereka. Yang berarti, tidak mungkin bagi Alden untuk menjemputnya kecuali dengan transportasi publik.

"Tidak apa-apa, Sayang. Aku juga mau bilang begitu padamu. Perhaps, dinner with me?" tanya Alden.

Elle menatapnya bingung, "Aku bisa ke kantormu dengan DLR, Peach. Lalu kita makan malam bersama. Deal?" Menggunakan kendaraan umum bukan hal yang asing bagi Alden. Alden dan Elle memutuskan untuk memiliki satu mobil, yang menurut mereka adalah sebuah pilihan tepat. Pasangan suami istri itu akan secara bergantian mengendarai Ford Fiesta mereka, sekaligus bergantian pula menggunakan kendaraan umum.

"Alright, deal! Kamu hati-hati ya nanti. Ada burritos di kulkas, if you want. Baiklah, aku berangkat, ya." Perempuan itu segera meraih kunci mobil di atas meja, kemudian menghampiri Alden dan mengecup wajah pria itu.

Alden tersenyum, "Text me, Elle," ucap Alden setengah berteriak karena Elle sudah berjalan cepat di depannya. 

Best BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang