BAB 16

377 21 0
                                    

Satu kebiasaan Catra yang tak berubah sejak Elle masih bersama dengannya adalah meneriakkan nama wanita itu ketika ia marah. Dulu, Elle akan merasa bersalah setiap kali Catra melakukan hal tersebut padanya. Ia pikir perbuatan lelaki itu adalah rasa cinta untuk dirinya. Sampai terakhir kali Catra melakukan hal itu lagi, ketika pria itu memaksa Elle untuk meninggalkannya sendiri. Untuk enyah dari kehidupannya yang menyedihkan itu.

Dan hari ini, ketika dirinya bukan milik Catra lagi, ketika ia adalah seorang wanita yang bersuami, pria itu masih melakukan hal yang sama. How dare he!

Elle mendesah kesal setiap kali memikirkan ia masih memiliki dua hari sampai benar-benar bebas dari Catra. Oh, ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Alden begitu mendengar ceritanya tentang Catra. Suaminya itu selalu berpikiran positif mengenai mantan kekasihnya sendiri, bahkan mengingatkannya untuk mencoba bersikap baik di hadapan Catra.

Padahal Alden tahu jika Catra pernah memperlakukan Elle dengan kasar. Tapi ia justru berkata jika Catra saat itu berada di situasi yang buruk, tentu saja ia akan merasa terpuruk dan marah pada semua orang, dan Elle sebaiknya memaklumi perilaku dan kondisi pria itu.

"Hei, Love. How are you?" Oh, suara Alden benar-benar bisa memberikan Elle kehangatan yang ia butuhkan saat ini.

"I'm not fine at all," Elle tidak peduli lagi bagaimana keadaan Alden ataupun Noah di sana. Ia tidak bisa menahan lagi.

"Elle? Ada apa? Apa kamu baik-baik saja? What's wrong?"

"It's Catra. I told you, he's not good. Aku selalu risih dengannya, karena aku tahu apa yang bisa ia perbuat." Nafas Elle terdengar memburu di akhir ucapannya.

Alden mencoba untuk menenangkan Elle, agar istrinya bisa memberinya penjelasan dengan jelas. "Alright, okay. Now, calm yourself first, Elle," Alden berkata dengan lembut.

Elle kemudian mengikuti perkataan sang suami. Mengatur deru nafasnya perlahan. "Baiklah. Sekarang beritahu padaku. Apa yang terjadi di sana?" Alden memulai percakapan mereka kembali saat merasa Elle jauh lebih tenang.

"There's few things happened between me and Catra. Ia khawatir padaku, tapi aku sudah bilang tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi ia tidak mengerti, dan aku terus menghindarinya seharian ini. Sampai tadi sore, aku mencoba untuk memberinya pengertian terakhir, untuk membiarkanku sendiri. Then, he's mad at me."

"Dia melakukan hal itu lagi. He yells at me, shouted my name. Catra bahkan menahan lenganku begitu saja. Aku tidak berkata apa-apa padanya, karena terkejut. Jadi aku langsung meninggalkannya."

Alden menghembuskan nafasnya sebentar. Pria itu memijat pelipisnya, "i'm so sorry about that, Peach. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi apa yang Catra lakukan selanjutnya? Did he say sorry, or?"

Elle menggigit bibir bawahnya pelan. "Iya, dia meminta maaf. Dia tidak berniat untuk menyakitiku, he said." Perempuan itu melanjutkan ucapannya cepat, "Oh, jangan lupakan masih tersisa dua hari untukku bersama dengannya di sini. Aku benar-benar tak ingin berhadapan lebih lama dengan pria itu."

Alden tahu istrinya itu tidak pernah suka jika harus berurusan dengan orang yang pernah menyakiti hatinya. Mungkin Elle tidak akan menunjukkan perasaan aslinya dengan emosi, ia terlalu lelah untuk melakukan hal seperti itu, tentu saja cut them off akan menjadi pilihan Elle.

"Sayang, aku tahu ini pasti sulit untukmu. Maafkan aku tidak bisa berbuat banyak. But, hei, setidaknya Catra langsung mengakui kesalahannya dan meminta maaf padamu bukan?"

Ah, Suamiku, Alden, Tak bisakah kamu bersikap logis sedikit? Tidak semua pria sebaik yang kamu pikirkan, Sayang, Elle membatin.

Alden melanjutkan pembicaraannya lagi saat istrinya tidak memberi respon, "Percayalah padaku, Catra pasti menyesali perbuatannya. Dan, dua hari adalah waktu yang sangat cepat, kau tahu? Kamu pasti akan segera pulang tanpa kamu sadari."

Best BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang