BAB 18

598 28 0
                                    

Alden tersentak ketika merasakan sentuhan di wajahnya, Elle-nya tersenyum lemah. Dengan cepat ia bangkit dari posisi duduknya, dan memeriksa keadaan sang istri.

"Elle? Oh, Lord. Apa kamu baik-baik saja?" Alden berkata dengan panik sambil mencari manik istrinya.

Elle masih sedikit pusing, tapi sebisa mungkin ia tahan karena Alden pasti akan semakin panik. "Hei, I'm fine. Maafkan aku sudah membuatmu panik, how silly of me. Aku tidak menyetir dengan benar."

Alden memberi tatapan protes pada wanita di hadapannya tersebut, "Are you serious? Tidak ada yang salah di sini. Kamu mengalami kecelakaan, yang tidak pernah kamu harapkan. Also, as my wife you have every right to be my priority." Lelaki itu meraih dagu istrinya, mencoba untuk mencari manik coklat Elle memastikan bahwa perempuan itu mengerti dengan perkataannya.

Elle terkikik melihat suaminya, Alden terlihat sangat panik untuk seorang pria yang jarang emosi itu. Alden menautkan alisnya heran, "Apa yang kamu tertawakan, Peach?"

"Wajah panikmu sangat lucu, Suamiku," Elle menyentil hidung Alden jahil. Kedua pasangan suami istri itu tertawa bersama, lalu saling menatap satu sama lain.

Elle dengan cepat menenggelamkan wajahnya ke pelukan suaminya, "oh, how I miss you, Arslan." Perempuan itu merasa sedikit sedih begitu mencium aroma woody yang familiar untuknya, membuatnya teringat bahwa ia sudah melewati hari-hari yang berat tanpa kehangatan Alden.

Alden menciumi kepala Elle beberapa kali, "What is it, Love?" Oh, pria itu tahu benar apa yang terjadi ketika sang istri bersikap seperti ini. Elle tidak memberi respon apapun selama beberapa saat, akhirnya Alden melepaskan pelukannya perlahan untuk memandang wajah istrinya. "Is it Catra?"

Elle menunduk, "Catra, dia mabuk sampai ia muntah di bar. Seorang bartender menghubungiku untuk menjemputnya pulang. Awalnya tidak terjadi sesuatu yang aneh, aku bahkan mengkhawatirkannya. Lalu, entah bagaimana dia tiba-tiba menarikku dan hampir mencium bibirku dengan paksa."

"Tapi aku langsung mendorongnya, dan aku tidak memikirkan apapun selain meninggalkan tempat itu. Mungkin aku terlalu emosi, dan, ya... This happened." Elle mengangkat kepalanya untuk melihat reaksi Alden. Suaminya terdiam.

Rahang Alden mengeras, pria itu merutuki dirinya sendiri. Bagaimana ia selalu mencoba untuk percaya dengan Catra, bahkan memastikan Elle jika Catra tidak akan melakukan hal-hal yang tidak melewati batas. Alden selalu berusaha menempatkan dirinya di posisi Catra, sebagai seorang lelaki yang sakit dan merasa malu dengan keadaannya sendiri sehingga menjauhkan wanita yang ia cintai dari kehidupannya. But he was wrong all this time.

Elle masih menunggu respon suaminya, baru saja ia akan menangkup wajah Alden yang terlihat serius tapi pria itu langsung menarik Elle ke dalam dekapannya. Elle bisa membedakan setiap rengkuhan yang Alden berikan padanya, dan kali ini pelukan suaminya tersebut cukup erat.

"Maafkan aku... Maafkan suamimu yang bodoh ini, Grizelle," ucap Alden masih dalam posisi yang sama. Lelaki itu mempererat rengkuhannya begitu mengingat kemungkinan buruk yang bisa menimpa istrinya itu. Harusnya ia sudah bisa menyadari sesuatu yang aneh Ketika istinya mengeluh tentang Catra kemarin.

Suara Alden terdengar bergetar saat mengatakan maaf pada Elle, entah karena menahan amarah atau sedih. Elle mengusap punggung sang suami lembut, "Kenapa minta maaf, Sayang?"

"Aku terus saja meyakinkanmu untuk tidak berpikiran buruk tentang Catra. Ya Tuhan, bagaimana aku bisa bersikap seperti itu?" Pria itu masih meneruskan pembicaraan dengan istrinya tanpa merubah posisi mereka.

Elle yang merasa kesulitan melanjutkan percakapan dengan Alden itu melepaskan dirinya dari dekapan sang suami pelan. "None of these are your fault," Sepasang suami istri itu saling berpandangan.

"Lagipula, menurutku apa yang kamu katakan ada benarnya. Walaupun kadang aku penasaran, bagaimana jika suamiku bersikap cemburu atau posesif?" Elle tersenyum miring.

Alden tersenyum sebentar. Pria itu masih menatap kedua manik coklat Elle, "What do you want me to do, Love?" Alden meraih tangan istrinya, mengusap tangan dingin itu hangat.

Elle menaikkan alisnya kaget, kemudian membuat ekspresi seakan memikirkan ide terbaik yang bisa ia berikan. "Karena kamu jarang marah seperti sekarang, aku ingin kamu menyelesaikan masalah ini dengan Catra, as a gentleman," jawabnya meyakinkan.

Alden mengangguk cepat, tanpa diminta pun lelaki itu sudah memikirkan beberapa cara untuk menyelasaikan masalah antara istri dengan mantan kekasihnya tersebut. Kening Alden mengerut untuk yang kesekian kalinya begitu mendengar suara tawa Elle.

"Aku hanya bercanda, Alden," Elle berkata sambil menahan tawanya. "Joking?" tanya Alden bingung.

"Iya. Just let him be. Aku tidak mau memperpanjang masalah yang sudah terjadi. Sepertinya doronganku sudah cukup memberinya peringatan. I've never been rude, right?" Alden tersenyum sedih. Pria yang kantung matanya terlihat menghitam itu mengecup tangan sang istri beberapa kali. Oh, Elle akan selalu menjadi yang terbaik untuknya.

"Forgive me. Aku terlalu mudah percaya dan berempati. Mungkin aku harus belajar untuk lebih... Waspada?" Elle tergelak lagi mendengar ucapan Alden. Walaupun terkadang ia menginginkan suaminya untuk bertindak lebih egois, tapi ia selalu sadar hal itu sama sekali bukan Alden Arslan, suaminya. Ia mencintai pria itu seutuhnya, dan itu menjadi alasannya untuk memilih Alden di hidupnya.

"Tapi kalau dipikir lagi, aku lebih suka dengan Alden sekarang. Sama seperti kamu yang kadang menginginkan aku untuk lebih terbuka, ada saatnya aku penasaran jika suamiku bersikap sedikit egois."

"Tapi, sepertinya itu bukan ide yang bagus, karena akan jadi aneh," sambung Elle, wanita itu juga memastikan dirinya sendiri. Alden mengangguk mengerti. Ia sependapat dengan sang istri, dan menurutnya Elle sudah menyelesaikan masalahnya sendiri.

Alden masih belum bisa banyak berbicara. Oh, tentu saja, dengan kondisi yang kurang tidur beberapa hari terakhir ia mendapat kabar yang membuatnya panik dan tak bisa tenang. Saat ini ia merasa sangat bersyukur karena Tuhan masih menyayangi istrinya dan memberi kesempatan untuknya kembali dengan Elle.

"You are the best that I've ever had, Grizelle." Alden mencium kening perempuan di dekapannya dalam. Ia tak akan pernah bosan memberi tahu Elle betapa ia mencintai istrinya itu.

Elle mengeratkan pelukannya setelah Alden selesai mengecup keningnya. "And, so I am, Arslan." 

Best BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang