Elle mengerjapkan matanya beberapa kali begitu mendengar suara dehaman di dekatnya. Dipicingkan matanya untuk mengenali sosok yang berada di hadapannya.
"Selamat pagi, Peach. Kamu nyenyak sekali tidurnya, padahal semalam aku datang kau sudah tertidur, tapi sampai aku terbangun pagi ini kamu belum bangun juga." Alden mengusap rambut Elle sayang.
Elle langsung tersenyum senang. "Maafkan aku, Tuan. Entah kenapa tidurku nikmat sekali tadi malam." Alden terkikik. Perempuan itu bergerak menggapai tangan Alden yang ada di pelipisnya lalu mengecupnya beberapa kali.
"Bagaimana perjalananmu kemarin, Alden," tanya Elle. Perempuan itu bangkit dari posisi tidurnya dan merubahnya menjadi bersandar.
"Semuanya lancar. Aku tidak bisa tidur selama di jet. Kupikir aku akan tidur sampai siang hari ini, ternyata tidak. But everything was fine." Alden kemudian ikut mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk menghadap sang istri.
Elle mengernyit heran, ia membelai pipi pria dihadapannya. "Kau jadi sedikit kurus." Alden tertawa kecil.
Elle menatap suaminya masam. "Jangan tertawa, Alden. Kamu harus bertanggung jawab padaku. Kau berjanji tidak akan kehilangan berat badan untuk pekerjaanmu kali ini," ucapnya protes.
Alden meraih tangan perempuan itu, kemudian mengelus dan menciuminya. "Baiklah, aku bersalah, Nyonya. Bagaimana aku bisa mendapatkan hukumanku, hm?" Elle mendesah pasrah.
Perempuan itu merapikan rambut bangun tidur suaminya dengan lembut. Alden Arslan akan tetap tampan walau bangun tidur, batinnya. "Bagaimana mungkin aku menghukum pria yang sudah bekerja keras untuk istrinya, Alden." Keduanya tertawa bersama kemudian.
"Aku punya sesuatu untukmu, Elle. Wait here." Alden langsung beranjak dari tempat tidur, lalu berjalan ke arah tas jinjing tawny-nya. Pria itu kemudian segera kembali ke atas tempat tidur, membawa sebuah paper bag putih di tangannya.
Elle memberi tatapan penasaran pada Alden. "Ini untukmu, Elle. Come, open it," ujar Alden bersemangat.
Ada dua kotak cantik disana. Kotak pertama berwarna putih susu. Elle membukanya perlahan, dan ia mendapat sebuah scented candle didalamnya. Perempuan itu tersenyum bahagia saat mengendus permukaan lilin itu. Seperti judulnya, "Sea Salt Reed" lilin itu memiliki aroma segar dan sedikit asin seperti air laut. Tentu saja, Elle selalu puas dengan pilihan Alden. Suaminya itu sangat mengerti seleranya.
Alden memandangi Elle penuh tanya. "Kamu suka?" Elle mengangguk sambil tersenyum ceria.
"Baiklah, sekarang kotak selanjutnya." Alden memperhatikan sang istri tidak sabar.
Elle mengambil kotak yang lain. Box bertekstur dengan warna broken white itu dihiasi dengan pita hitam di bagian atasnya. Lagi, Elle membukanya perlahan. Sebuah parfum dari Philosophy tampak elegan di dalamnya.
Perempuan itu langsung membuka penutup botol pewangi tersebut kemudian menyemprotkan sedikit ke pergelangan tangannya. Setelah mencium aroma di lengannya, Elle kembali tersenyum senang. Tipe aroma musk yang ringan dikombinasikan dengan soap-and-water scent, her favorite.
"Harum. I love the scent." Alden tersenyum lega mendengarnya.
Elle mendekat ke arah Alden lalu mengecup wajah pria itu lembut. "Terima kasih ya, Alden. Aku suka. You did a great job." Senyum hangat tersungging dibibir Alden.
"Sama-sama, Love. Tapi, apa kamu tidak bosan dengan produk pewangi seperti ini?" tanya Alden hati-hati.
Istrinya itu selalu mengingatkan untuk tidak membelikannya barang-barang mahal seperti perhiasan, tas, sepatu, atau apapun itu. Menurut Elle daripada dibelikan barang-barang seperti itu akan lebih baik jika budget yang ada digunakan untuk pergi travel atau bahkan untuk membelikan lunch box anak panti dan para imigran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Beloved
Romance"You are the best that I've ever had, Grizelle." Alden mencium kening perempuan di dekapannya dalam. Ia tak akan pernah bosan memberi tahu Elle betapa ia mencintai istrinya itu. Elle mengeratkan pelukannya setelah Alden selesai mengecup keningnya...