Elle dengan panik langsung memutar arah dan menyetir menuju Malones Irish Bar ketika menerima panggilan dari seorang bartender di sana. Catra yang menghabiskan malamnya selama satu setengah jam itu muntah, dan keadaannya cukup mencemaskan sehingga membuat bartender itu menolong pria mabuk itu.
"Thank you for your help, Sir," Elle berkata sambil berjalan mengikuti bartender yang telah menghubunginya itu.
"My pleasure, Mam. Mr. Hanani menyebutkan nama anda saat aku bertanya apa ada orang yang bisa aku hubungi untuk menjemputnya di sini." Pria yang Elle duga berada di usia pertengahannya itu terlihat ramah, untung saja ia dengan baik bersedia menolong Catra dan tidak mengusir laki-laki itu.
Pandangan Elle langsung menemukan Catra yang tengah tertidur di atas sebuah lawson style sofa, sepertinya ia tertidur. Elle mengucapkan terima kasih sekali lagi pada pria paruh baya di sampingnya sebelum mendekati Catra. Bartender itu mengangguk dan tersenyum ramah, kemudian meninggalkan dua orang tersebut.
Hanya ada sebuah kursi worley round ottoman yang berada di sisi kepala Catra, ruangan itu cukup kecil. Elle mendudukan dirinya di kursi merah itu, baru saja ia akan membangunkan Catra tapi pria itu menyadari kehadirannya. Catra menyipitkan matanya, mencoba mengingat kembali keberadaannya terakhir. Ia menatap Elle, berusaha mengenali wanita berkacamata di hadapannya. Kesadarannya belum kembali sepenuhnya.
"Feeling better?" Elle bertanya pelan. Ia sedikit khawatir dengan keadaan Catra saat mendengar apa yang terjadi. Mengingat riwayat penyakit GERD yang dimilikinya, sangat ceroboh bagi Catra untuk mengonsumsi alkohol apalagi dalam jumlah yang tak wajar.
"I think so. Maafkan aku, sepertinya aku menyebutkan namamu saat seorang bartender menolongku tadi." Catra berusaha bangkit dari posisi tidurnya, dan duduk menghadap Elle. Kepalanya terasa pening.
Elle melihat wajah Catra yang pucat, pria itu memijati pelipisnya. "Don't mention it. Aku juga masih di jalan tadi. Apa kita perlu membawamu ke klinik?"
"Tidak perlu, aku baik-baik saja."
"Baiklah."
Elle memberi waktu untuk Catra, pria itu sepertinya masih merasa tidak baik. Ia juga merasa tak enak jika harus langsung menyuruh pria itu pulang.
"Elle, apa aku membuatmu canggung saat ini?" Catra bertanya tanpa memandang wanita yang duduk di dekatnya tersebut, ia masih sibuk mengurangi rasa pusingnya.
Elle menghembuskan nafasnya sebentar, "Not at all. Yang terpenting aku bisa membantumu sekarang." Sekesal apapun, Elle tetap seorang manusia yang mempunyai empati. Tidak mungkin ia bersikap kekanakan di saat genting seperti ini.
Catra tersenyum miring, "Apa yang kamu pikirkan tentangku, Elle? tell me."
Elle sedikit bingung dengan pertanyaan Catra. Tapi mengingat pria itu dalam kendali alkohol, tak ada salahnya untuk menanggapi pembicaraannya.
"Well, you're a man I cherished once. Tapi daripada itu, Catra Hanani adalah senior sekaligus teman terbaik yang pernah mengisi hidupku," Elle berkata dengan tenang. Ia berharap jawabannya cukup membantu.
Hening beberapa saat. Catra kini menundukkan kepalanya, Elle sedikit khawatir pria itu akan muntah kembali.
"Aku kira kamu akan menungguku Elle. Menunggu pria menyedihkan yang sudah menyakitimu ini, sangat konyol, bukan?" Catra berkata dengan serak.
Elle menatap sendu ke arah lelaki yang tengah menunduk tersebut, Catra sedang berkata jujur padanya. "Alasanku kembali ke London adalah untuk menemuimu, untuk kembali padamu tepatnya," Catra meneruskan pembicaraannya, Elle sengaja diam untuk memberikannya waktu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Best Beloved
Romance"You are the best that I've ever had, Grizelle." Alden mencium kening perempuan di dekapannya dalam. Ia tak akan pernah bosan memberi tahu Elle betapa ia mencintai istrinya itu. Elle mengeratkan pelukannya setelah Alden selesai mengecup keningnya...