Danny sedang bersantai dikamarnya. Pikirannya sedang tidak baik-baik saja. Hingga dia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.
"Kenapa?" tanya seseorang diseberang sambungan telepon.
"Gue batalin perjanjian sama lo." ujar Danny
"Hah? Apa-apaan! Udah kesepakatan bangsat!"
"Yaudah, batalin aja. Gue ganti uang, selesai kan? lo mau berapa?"
"Jangan pernah lo main-main sama gue ya! Atau lo bakal nyesel seumur hidup!"
"Apa pentingnya dia sih? Gue ngga kenal sama dia!"
"Gue ga peduli. Tapi, kalo sampe besok sabtu lo ngga bawain dia buat gue. Liat aja, gue rasa dia ga akan aman." lelaki itu memutuskan sambungan teleponnya.
Danny sangat frustasi, ia benar-benar tidak bisa melakukan ini. Untuk menenangkan pikirannya, ia keluar kamar dan melajukan motornya meninggalkan rumah.
Disisi lain
"Kenapa?" tanyanya,
"Kalo dia ngingkarin janjinya, rencana kita bakal gagal," jawab lelaki itu,
Tiba-tiba saja ponsel salah satu dari mereka berbunyi. "Bentar bang, angkat telepon."
Setelah beberapa lama, seseorang itu kembali duduk disebelah kakaknya.
"Kayaknya kita harus ganti rencana." ucapnya sambil menampilkan smirk, dan membisikkan rencananya ditelinga sang kakak.
"Oke."
"Untung gue punya abang kayak lo,"
"Lo nganggep gue abang?"
"Engga, ijo"
"Beneran anjir," ia gemas sendiri dengan adiknya,
"Iye, iye.. Tapi lo inget ya.. Lo bukan kakak kandung gue"
"Ga usah diperjelas. Kit hati ni," ujar lelaki itu dingin.
"Canda bang, elah. Baperan. Cepetan bilang sama Danny,"
"Iya-iya sabar."
Danny
Kalo lo ga jadi bawain dia yaudah.
Gue ga maksa.
Tapi jangan harap dia bakal
baik-baik aja.
Ini semua juga gara-gara lo
karena ga bisa nepatin janji lo!
20.30
Ternyata Danny pergi ke markas, ada David disana. Sedang duduk disofa.
"David?" panggil Danny,
"Ngapain kesini?" tanya David,
"Ga boleh?" David hanya diam.
Suasana yang menggambarkan kedua orang ini sekarang adalah canggung.
"Gue minta maaf." kalimat yang keluar dari mulut Danny, membuat David sedikit terkejut.
"Buat apa?"
"Gue bodoh banget, kenapa gue nerima tantangan Noa waktu itu," ujar Danny lirih,
Sekarang David paham, apa yang dibicarakan Danny.
"Mau gimana lagi, udah terlanjur Dan–
David berusaha terlihat santai,– gue ingetin. Vasya ngga tau apa-apa. Jangan sangkut pautin dia. Lu ga tau seberapa menderitanya Vasya" lanjutnya,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Treasure
Teen FictionAwalnya berjalan dengan baik-baik saja. Hingga akhirnya semua berubah. Karena, suatu pengkhianatan. Dia kecewa. Dia Marah. Dia tak berdaya. Bahaya mengancamnya saat ini. Copyright © 2021 by selvanitiana