"Gak ada waktu lagi. Hari ini kita harus bertindak!" Ujar Travis menggebu.
"Kita ganti semua rencana." Danny mengangguk.
"Kita masih ada kelas anjir, bolos gitu?" Pertanyaan Justin membuat mereka terdiam.
Mereka tak mungkin bolos bersama-sama, guru-guru akan curiga. Apalagi Justin, Sam, John, Kyle, Kevin, Jayden adalah ciri-ciri manusia yang sangat ambis.
"Gue gamau ninggalin kelas bang.." Rengek John,
"Angkat tangan buat yang mau bolos sekarang sama gue!" Titah Danny membuat sebagian dari mereka berpikir keras.
"Gue gabisa bang, sorry..." Danny mengangguk paham dengan keputusan Justin. "Kita juga gabisa.." John dan Sam sepakat tidak meninggalkan sekolah.
"Gue!" Dengan yakin Travis mengangkat tangannya. "Gue ikut!" Diikuti David dan juga Jun, "Gue juga ikut!"
"Travis, David, Jun, dan Gue yang pertama keluar dari sekolah. Kevin sama Arthur gue mau kalian yang kontrol keadaan nanti. Jayden sama Cio kalian cari tau tentang temennya Noa yang kemarin. John, Sam, sama Justin kalian nyusul sama yang lain sehabis pulang sekolah. Kyle lo mau gimana?" Jelas Danny dibalas anggukan anak buahnya.
"Gue gabisa bolos bang, Nanti juga ada rapat Osis. Gak bisa gue tinggalin." Jawab Kyle lirih.
"Penting banget organisasi lo?" Mungkin pertanyaan David ini dapat memperkeruh keadaan.
"Gue masuk kelas duluan. Nanti gue telepon kalian." Tak menjawab pertanyaan David, Kyle malah pergi meninggalkan teman-temannya.
"Kyle kenapa?" Cio heran. "Daritadi pagi gak jelas anaknya.." Ujar Kevin.
"Fokus sama tujuan kita, mungkin dia marah sama kita perihal semalem. Kalian yang mau balik ke kelas silahkan." Danny mengalihkan pembicaraan.
"Bang, nanti hati-hati ya. Tenang, kita bakal nyusul kalian.." John, Sam, dan Justin kembali ke kelas. Cio dan Jayden yang pergi ke lab komputer. Arthur dan Kevin pun pergi ke belakang sekolah untuk memastikan tidak ada siapa-siapa.
Setelah memastikan semuanya aman Arthur dan Kevin berjalan kembali ke kelas. "Gue mau ke toilet dulu vin," Kevin hanya mengangguk. Didalam toilet Arthur mendengar samar-samar perbincangan dibilik sebelah.
"Gue percayain semua ke lo. Please bantuin gue.." Mohon seseorang lelaki ini. Arthur tak asing dengan suaranya.
"Cariin alamatnya sekarang. Habis ini temuin gue didepan sekolah." Pinta lelaki ini dengan memohon, Karena urusannya selesai, Arthur mencoba menguping dengan perlahan mendekati bilik itu.
BRAKKK!
Tanpa hati-hati ia tak sengaja menabrak ember penuh air disampingnya. "Mampus!" lirihnya, namun ia malah tak langsung mencari tempat persembunyian.
"Ntar gue telepon lagi, Disini ga aman." Tau lelaki ini memutuskan sambungan telepon. Arthur baru sadar dan masuk ke bilik terdekat. Mendengar suara pintu tertutup, Arthur meghembuskan napas lega. "Bangsat basah semua.." Gerutunya, lalu ia segera kembali ke kelas.
"Thur, lo ngapain anjir. Sampe cincing-cincing sepatu mana basah semua." Kevin hanya tertawa puas.
"Diem lo, Kyle mana?" Singkat Arthur sambil memastikan bahwa dugaannya salah.
"Gue juga kagak tau lah." Kevin mengendikkan bahu sambil menyesap minuman favoritnya.
Disisi lain
"Vis, kita gak salah arah kan?" Jun yang menyetir mobil kebingungan dengan arahan dari Travis. "Kagak bang, ini persis sama yang dikirim bang Jayden." Yakin Travis. "Bukannya ini komplek perumahan lama Kyle?" Baru sadar sekarang, mereka dibawa maps kerumah Noa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Treasure
Teen FictionAwalnya berjalan dengan baik-baik saja. Hingga akhirnya semua berubah. Karena, suatu pengkhianatan. Dia kecewa. Dia Marah. Dia tak berdaya. Bahaya mengancamnya saat ini. Copyright © 2021 by selvanitiana