16

7 2 0
                                    

Cahaya lampu mengganggu penglihatan ku, remang-remang tetapi aku tidak bisa melihat sekitar dengan baik, tubuhku terasa sakit semua. Tersadar tanganku sudah terikat bahkan kakiku.

"TOLONGGG!!! TOLONG!!!" Aku berteriak sekencang mungkin, anehnya suara terus menggema dan tidak ada satupun orang.

Aku berusaha melepaskan ikatannya tetapi tidak bisa, ini begitu kencang. Aku terikat diatas kursi kayu, dengan keadaan rambutku sudah berantakan, tas ku saja entah ada dimana.

"TOLONG!!! SIAPAPUN TOLONG GUE!!" Aku terus berteriak tanpa ampun.

krek.. krekk.. Pintu terbuka.

"Karin!! Tolongin gue, tolongin gue lepasin ini semua.." Aku sedikit sumringah karena entah darimana, Karin mendekatiku perlahan.

"Karin! Lo denger gue kan? Tolongin gue." Aneh, Karin malah diam dan menatapku sengit.

"Rin? Lo kenapa?" Sesaat tatapannya berubah lebih mengerikan.

PLAK!!

Dia menamparku tanpa aba-aba.

SRET!

Dengan kilat dia menjambakku. Menarik rambutku, lalu kini kita berhadapan.

"Sakit?" Remeh Karin, Aku menatapnya heran.

"L-Lo?!"

Dia tertawa tanpa irama. Dia melepas jambakannya dengan kasar.

"Kenapa? Kaget?"

"Rinnn, lo dimana sih?" Aku mendengar seseorang diluar sana. Karin menatapku kilat lalu membuka pintu untuk kedua kalinya.

NOA?!

Noa masuk sambil sedikit berbincang dengan Karin, apa ini? Mereka sudah saling kenal?

"Oh, hai. Udah bangun? Syukur deh. Gue kira ga bangun lagi." Dengan entengnya Noa menyapaku dan merapihkan rambutku, tetapi aku berusaha menghindari sentuhannya,

"Mau dirapihin rambutnya kok ngehindar sih? Nanti kusut loh.." Ujarnya. "Mending lo nurut sama gue." Lanjutnya dengan berbisik.

"Gue gamau!! Lepasin gue sekarang juga!!" Aku benar-benar takut sekarang. Siapapun tolong aku sekarang.

"Rin! ambilin kotak biasanya ruangan sebelah." Titahnya kepada Karin. "Mau lo apain?" Tanya Karin. "Ambilin sekarang!" Sekali bentakan, Karin langsung pergi menyisakan aku dan Noa.

"Buat apa lo ngerampok rumah gue?" Memberanikan diri menanyakan hal yang terus memenuhi pikiran ku.

"Rumah lo? Itu rumah lo? Ohhh.. Lo anak pembantunya? Yang mau ngerampok siapa sih?" Aku terkesiap, karena nyatanya Noa mengira aku sebagai anak pembantu.

"Gue cuma mau cari surat-surat sih." Singkatnya, aku mengerutkan dahi heran. Dia mencari surat penting apa sampai mengobrak abrik seisi rumah. Tidak merampok? yang benar saja.

"Nih." Karin memberikan kotak hitam yang entah isinya apa.

"Pegangin dia." Aku meronta ketika Karin memegang kencang pundakku.

Dapat ku lihat jelas, Noa mulai mengeluarkan barang dan mulai mendekat. Tenaga Karin lebih kuat dari dugaanku. Aku tidak bergerak sedikitpun sekarang.

"Lo cerewet juga ternyata, Nah kalo diem kan cantik." Sempurna. Mulutku tertutup rapat.

"Rambut lo juga cantik, gue minta boleh?" Gila, semuanya sudah gila. Aku menggeleng cepat.

"Karin, katanya lo mau rambutnya. Nih gue kasih buat lo. Apa lo yang mau motong?" Noa melemparkan gunting kepada Karin. Kini Noa berdiri dibelakangku dan memegangku kuat.

My TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang