Chapter 14

24 7 0
                                    

Ada cerita kah hari ini?

Jangan insecure! Manusia tidak ada yang sempurna;)

******

Seperti hari hari biasa. Lino, Gabriel, Kelvin juga Andre, mereka sedang duduk di sisi lapangan sekolah. Mereka duduk melingkar, yang di tengah nya terdapat makanan ringan dari Lino. Katanya dia kemarin abis dapet shodaqoh.

"Gue mau ngomong" Celetukan Lino berhasil membuat fokus mereka yang tadinya ke makanan jadi teralihkan.

"Apa?"

Lino menghembuskan nafasnya kasar. "Kalau kita mati, gue berharap kita mati barengan. Kalau ngga pun, gue berharap kita bisa di satukan kembali di kehidupan selanjutnya"

Mereka mengerutkan kening nya.

"Lo jangan ngomong gitu lah, seakan-akan lo bakalan mati secepatnya" Gabrel menggerutu.

"Semua orang bakalan mati Gabriell, gue juga berharap gue bakalan bisa bareng kalian terus sampai ajal kita menjemput. Tapi kan apa salah nya gue berharap gue bisa mati bareng kalian. Seperti yang tadi gue omongin. Kalau pun gak, di kehidupan selanjutnya gue berharap kita masih kaya gini"

Mereka terpaku mendengar perkataan Lino, yang langka.

Kelvin tersenyum. "Lin, sebenarnya lo itu takut kan. Lo takut kalo kita yang duluan meninggal, kita ninggalin lo. Jika tuhan menghendaki gue atau Gabriel, Andre meninggal duluan dari lo. Itu gak akan mengubah persahabatan kita. Seperti kata lo, gue juga berharap di kehidupan selanjutnya kita masih kaya gini"

"Kalau pun lo yang duluan meninggal, itu gak akan mengubah segalanya. Hanya saja, mungkin nanti lo gak akan ada di sekitar kita. Kecuali kalo lo gentayangan" Andre menambahi.

Gabriel tersenyum melihat ketiga sahabat nya sedang waras. Kemudian dia merangkul Andre yang dekat dengan nya. "Gue boleh egois gak ya" Matanya terlihat sedang menerawang.

Perkataan Gabriel mengalihkan atensi ketiga sahabatnya.

"Gue berharap, kalo kita bisa dipisahkan hanya dengan kematian. Mungkin perkataan gue berlebihan, mungkin permintaan gue berlebihan. Tapi gue berharap banget. Kalo kita nanti mati barengan" Sedetik setelah mengatakan itu Gabriel mendapatkan geplakan dari masing-masing tangan ketiga sahabat nya.

"Aduh! Anjir malah di geplak" Dia mengusap-usap jidat nya.

"Salah sendiri ngomong kaya gitu"

"Ya tapi kan kalo salah satu dari kita meninggal duluan, gue gak tau gimana jadinya hidup gue. Kalo barengan kan enak" Jelas Gabriel.

Lino menatap Gabriel, lalu dia tersenyum. "Gue juga berharap gitu"

"Gue juga" Kelvin menambahi.

"Gue ikutan deh" Tambah Andre juga.

Mereka kompak tertawa. Entah apa yang mereka ketawakan. Intinya, persahabatan mereka tidak bisa di pisahkan oleh apapun, kecuali kematian. Mungkin.

*****

"Berani kamu hah sama saya?!"

Plak

Dia menampar seorang remaja yang sedang bersimpuh.

"Kamu tau?! Kamu itu cuman beban! Saya menyesal telah merawat kamu!"
Dia menendang tulang kering remaja itu.

"Shhh. K-kenapa Papa m-membiarkan aku lahir?" Lirih remaja itu.

Orang yang di panggil Papa, dia menyeringai. "Karena untuk di jadikan bahan siksaan"

Jantung remaja itu seperti di tusuk. Dia di lahirkan bukan untuk di sayang. Tapi untuk di siksa, seharusnya dia sadar.

Gabriel (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang