Hoii
Are you ready?!Istigfar dulu gaiss!
*****
Sekolah hari ini di pulangkan lebih awal karena guru ada rapat, Gabriel pulang jalan kaki. Pasti kalian mikir kenapa dia gak numpang aja sama temen-temen nya. Jawabanya karena dia lagi gak mau di anter sama siapa pun. Dia ingin sendiri, dia ingin menikmati kesunyian. Kalo bareng sama sahabatnya di jamin Gabriel tidak akan mendapatkan kesunyian. Pria itu menendang nendang angin dengan kasar. Melihat kesana kemari dan tertawa, ehh gak deng. Dia melirik sekitarnya. Disana banyak orang orang yang berjalan, bermain, berlari. Walaupun ini bukan weekend tapi mereka masih bisa meluangkan waktunya untuk keluarga.
Keluarga?. Memikirkan itu Gabriel tersenyum kecut.
Tak sengaja dia melihat sekumpulan ibu ibu yang sedang menggosip dengan semangat pantang mundur. Kadang-kadang ibu ibu itu tertawa dengan keras yang mengundang tatapan dari sekitar. Tapi mereka mah bodo amat asal gibah nya lancar. Emang ya ibu ibu milenial. Andai aja nyokap dia masih ada, mungkin Mama nya gak akan Menggosip layak nya ibu ibu itu. Jangan berharap nyokap Gabriel akan ikut serta dalam kegiatan gibah itu. Dari Gabriel TK dia sibuk dengan dunia nya sendiri. Tanpa tau ada seorang anak yang membutuhkan kasih sayang nya. Tanpa tau ada anak anak yang di siksa oleh seseorang.
Mengingat itu dia tersenyum kecut lagi. Dia tidak pernah mendapatkan pelukan seorang ibu, dia tidak pernah merasakan hangat nya pelukan seorang ayah. Mungkin bukan dia, tapi juga kakak nya Gavin. Tapi sekarang, kakak nya Gavin di sayang oleh Papa. Kenapa aku tidak?. Mereka malah bekerjasama menyiksa dia. Setelah itu, Gabriel mengingat kejadian tadi pagi. Dimana tangan dia di injak oleh kaki Papa nya. Malam nya, setelah dia membereskan piring sisa makanan, dia melihat Papa nya berjalan ke arah dapur. Rupanya dia mengambil air minum. Papa nya melihat tangan Gabriel yang diperban. Bukan pertanyaan yang Gabriel dapatkan, bukan juga permintaan maaf. Tapi tendangan ke tulang keringnya. Setelah itu, Gabriel melihat ke muka Papa nya. Dan dia, dia tidak melihat ada rasa penyesalan, yang ada hanya rasa puas.
Setelah berjalan sejauh jarak dia dan doi. Ehh bercanda. Gabriel sampai dirumah dengan selamat sehat dan sentosa.
Dia membuka pintu utama dengan pelan. Walaupun pelan pintu itu masih menimbulkan decitan. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling nya. Huftt. Rupanya Ayah dan Kakak nya sedang menontong televisi. Eiss lebih tepat nya televisi yang menonton mereka. Karena, Kakak dan Ayah nya sibuk dengan dunia masing-masing. Karena dari pintu utama ke ruang keluarga dekat, dia bisa melihat aktivitas orang yang ada disana.
"Kapan gue bisa duduk disana bareng mereka" Gumam Gabriel sambil melangkah menuju kamar nya.
*****
Sesudah melakukan rutinitas nya Gabriel melangakah memasuki kamar nya. "Kalo gue bisa milih, gue pengen dilahirin di keluarga yang sederhana. Walapun kekurangan setidaknya gue gak kekurangan kasih sayang"
Dia berjalan menuju kamar mandi yang terletak di bagian dapur. Karena di kamar nya tidak ada kamar mandi seperti Kakak dan Papa nya. Setelah mengambil handuk dan baju ganti dia bergegas membuka pintu kamar nya.
Tapi tiba-tiba pintu nya dibuka dari luar dengan keras hingga menghasilkan bunyi keras.
Brakk
"Seharusnya kamu tidak dilahirkan. Seharusnya kamu dilenyapkan dari dulu. Seharusnya kamu tidak ada di dunia ini sehingga membuat saya kesusahan!"
Ujar Papa Gabriel yang berteriak di akhir kalimat nya. Sambil melangkah mendekati Gabriel dia mengulangi perkataan itu terus menerus dengan suara yang lirih dan tajam.
Dan...
Grepp
Dia mencekik leher Gabriel erat, sehingga sang empunya merintih. Dia tak menghiraukan rintihan kesakitan itu. Dia mencekiknya dengan sangat kuat seolah-olah tidak ada waktu lain.
"Argh. P-pah s-sesak" Ucap Gabriel sambil memukuli tangan Papanya walaupun dia harus menahan sakit karena kejadian tadi pagi.
Bukan nya melonggar, cekikan itu malah semakin kuat. Papa nya bergumam kata kata yang masih bisa didengar oleh Gabriel.
"Kamu harus mati. Kamu hanya hama disini"
Dalam hitungan detik Gabriel pasti akan kehilangan nyawa nya. Muka nya sudah pucat.
Tapi tuhan masih menyelamatkan nya. Tiba-tiba cekikan itu terlepas dari leher nya. Dia lemas, kaki nya tak mampu untuk menopang dia berdiri. Dia terjatuh seraya mengambil nafas banyak banyak.
"Saya masih berbaik hati" Papa nya menujuk muka Gabriel. "Karena saya masih butuh kamu untuk saya siksa, saya masih butuh kamu untuk saya jadikan pelampiasan kekesalan"
Setelah berbicara, dia pergi dari kamar Gabriel. Tak lupa dia menendang kaki Gabriel.
"Tenang Gabriel" Dia menghembuskan nafas pelan. "Suatu saat dia bakalan dapet karma"
Lumayan juga ya tendangan nya. Pikir Gabriel sambil mencoba berdiri dengan bantuan sisi kasur nya.
Dia berjalan menuju lemarinya. Mengandalkan satu tangan nya, dia mencari sesuatu. Setelah mendapatkannya dia berjalan menuju kasur nya. Sebelum itu ia sudah mengambil alat tulis nya.
Rabu, 02 Desember 2020.
Hay!
Setelah tangan Gabriel di patahin, sekarang leher Gabriel di cekik. Gabriel bingung mau bilang ke siapa. Sahabat Gabriel punya kesibukan masing-masing. Dunia mereka bukan hanya untuk Gabriel. Kak Gavin?, dia entah kemana.Oh iya baru inget! Kemaren kak Gavin bolehin Gabriel keluar rumah. Kan biasanya Gabriel cuma boleh keluar rumah saat sekolah doang.
Gabriel bingung, disini, di rumah ini, Gabriel peran nya sebagai siapa. Kadang kala, Gabriel dijadikan pembantu, terus udah itu dijadikan alat pelampiasan kekesalan. Apa semua anak mempunyai peran sama kaya Gabriel?
Mungkin gak ya.
Gabriel cuma mau di anggap. Gabriel cuma mau di perhatiin. Gabriel gak minta Papa buat merlakuin Gabriel sama dengan kak Gavin. Cukup berikan perhatian Papa. Kalo di anggap Gabriel pikir kalian bakalan malu. So, kalian perhatiin aja Gabriel.
Tanya Gabriel udah makan apa belom. Bicara sama Gabriel dengan nada lembut. Jangan nge bentak bentak Gabriel.
Tangan Gabriel capek nulis terus hehe udah dulu ya!
Oh ya! Satu lagi Gabriel sayang kak Gavin dan Papa;)
Tertanda
Gabriel.Setelah menulis itu, dia menyimpan kembali buku diary nya kedalam lemari. Dia tidak punya Handphone, jadi dia membeli buku itu.
Terserah kalian mau mikir apa tentang Gabriel. Mau norak, mau kampungan, bodoamat. Yang penting Gabriel lega bisa cerita soal permasalahan nya.
Heiiiii welkom bekk gaiss
Sedikit ya? Lagii buntu inii otak nyaaa;(
Banyak narasi nya ya? Hihii mon maap kalo baca nya jadi mumett soal nya di chap sebelum nya banyak dialog nya, sedikit narasi nya. So, mungkin saya mulai sekarang akan menyeimbangkan narasi dan dialog nya.
Kalo tidak lupa hehe.
And, jngn lupa vote dan coment!
Hargai karya seseorang okeeeTbc.......

KAMU SEDANG MEMBACA
Gabriel (On Going)
HumorSaya minta sebelum baca follow dulu. "Menurut gue, sekolah lebih nyaman dari pada rumah". - Gabriel Zevran William. ***** Menceritakan tentang hidup seorang laki-laki yang sedikit...? Di dalam hidupnya, dia beruntung karena di beri sahabat yang s...