13.

9 1 0
                                    

"Sial."

Satria menyeka darah yang berada di sudut bibirnya. Ternyata sangat banyak sekali para bodyguard yang berjaga di berbagai ruangan bahkan setiap sudut pun ada. Rupanya mereka ditempatkan di bagian dalam gedung untuk mengelabuhi musuh mereka.

Awalnya agak sedikit tenang ketika tidak ada yang berjaga namun semakin Satria dan timnya masuk ke dalam, disana sudah banyak sekali bodyguard.

"Tampang doang yang gede, tapi mainnya keroyokan. Laki bukan bang!!"

Setelah mengucapkan kalimat ejekan, Satria langsung diserang dengan membabi buta. Timnya yang juga sedikit kewalahan tidak memungkinkan mereka kalah sebab Satria dan timnya mahir dalam bermain seperti ini.

Usai membereskan semuanya kini mereka melanjutkan perjalanan menuju beberapa ruangan lagi yang diduga sebagai tempat persembunyian yang entah keberapa.

Satria melihat didepannya terpampang rapi beberapa bodyguard yang membawa senjata tajam berupa pistol. Ia menghela nafas berat, sungguh kali ini dirinya dan yang lainnya akan bermain dengan senjata itu. Sedikit ngeri.

"Pak, orangnya pada bisu semua ya? Masa dari tadi gak ada yang bersuara saat kita berantem." Tanya Satria kepada Kepala Polisi yang turut membatu misi mereka.

"Mereka memang seperti itu. Jika tidak diperintahkan oleh bosnya sendiri maka ia seperti robot berjalan."

Satria mengangguk-angguk mengerti. Ia kira mereka mempunyai kelainan atau bisa disebut bisu. Ternyata dugaannya salah.

"Langsung sajalah pak! Udah gak tahan nih."

Kelakuan Satria sangat tidak sopan. Berbicara kepada Kepala Polisi saja seperti itu. Untung saja beliau tidak keberatan karena tahu watak dari Satria memang seperti ini.

Terjadi keributan yang dilakukan oleh senjata Satria dan musuhnya. Saling adu peluru. Beruntung Satria dan timnya memakai jaket anti peluru.

Keadaan sangatlah kacau, darah mulai berceceran dimana-mana. Beberapa dari tim juga terkena plesetan pistol dari bodyguard tadi. Segera tim kesehatan langsung memberikan pertolongan pertama agar tidak parah dan bisa melanjutkan perjalanan mereka.

✍✍✍✍✍

Mereka yang berada di lantai paling teratas mendengarkan suara senjata bersahutan. Walaupun letaknya jauh namun gedung ini jika menimbulkan suara yang cukup berisik dan keras maka akan menggema.

Jo menyeringai lebar, sepertinya inilah waktunya untuk mulai. Atau mungkin setelah mereka yang berada di bawah selesai baru ia akan memulainya.

"Dengar, mereka sudah memulainya. Apakah sekarang giliran kita yang akan mulai?" Jo berjalan perlahan menuju Dira, ia memutari tubuh Dira yang waspada. Setelah Jo berada di depan Dira dengan lancang ia memegang kepala Dira yang tertutupi oleh jilbab.

Arka menggeram marah. Berani-beraninya dia menyentuh gadisnya. Awas saja jika dia bertindak lebih maka saat itu juga Arka akan membinasakan Jo.

"Jauhkan tangan laknatmu dariku." Dira segera menepis tangan Jo yang akan mengelus kepalanya. Tatapannya berubah dingin dan auranya yang sangat menyeramkan.

"Santai saja nona. Sedikit  memastikan apakah kau ini perempuan sungguhan atau tidak."

"Hentikan dramamu itu Jo." Jonathan mengalihkan atensinya ke Arka, dapat ia lihat musuhnya ini sangat tidak terima jika ia menyentuh gadis yang didepannya ini.

VALENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang