16.

9 1 0
                                    

Lama adik kakak itu berkeliling mencari kebutuhannya, akhirnya mereka berdua sudah berada didalam taksi.

Sesampainya di kontrakan, Mahen menanyakan perihal belanjaan yang dibawanya ini sangat berat dan banyak.

"Mbak, kenapa banyak banget belanjanya? Pasti ini mahal banget mbak Nad." Tanya Mahen sambil menaruh kantong belanja di meja dapur.

Dira tersenyum tipis lalu menggeleng. "Nggak kok, uang mbak cukup buat kebutuhan kita sehari-hari. Mbak akan pastikan kamu tercukupi semuanya."

"Em yaudah mbak, aku mau mandi dulu. Udah gerah." Dira mengangguk lalu melanjutkan menata kebutuhannya.

Malamnya Dira mengajak Mahen untuk ikut ke rumah Satria. Entahlah, jika Dira keluar pasti akan mengajak Mahen. Karena bagaimanapun juga Dira masih was-was meninggalkan adiknya di kontrakan sendirian walaupun Adiknya itu sudah bisa menjaga diri.

Sebelumnya Dira sudah memberikan kabar kepada Satria bahwa ia malam ini akan menuju rumahnya.

"Kakakkk!!! Miss you so bad."

Rizka berlarian menuju Dira dengan merentangkan tangannya. Dira terkekeh lalu membalas pelukan dari gadis itu.

"Me too."

Keduanya melepaskan pelukannya ketika Satria mengajak mereka untuk duduk terlebih dahulu.

"Eh, ini adiknya kak Dira ya?"

Ganteng bangettt!!! Batin Rizka berteriak.

"Iya, gimana? Ganteng nggak?"

Tanpa sadar Rizka mengangguk antusias, membuat orang yang berada disana terkekeh geli. Rizka yang menyadarinya tersenyum malu.

"Dek, kamu kekamar dulu ya. Kakak mau bicara sama kak Dira dulu." Pinta Satria dibalas dengan anggukan lalu Rizka segera pamit menuju kamarnya.

"Ngapain lo kesini malem-malem? Tumben banget."

Dira mendengus, bukannya disuguhi minum atau camilan eh malah disuguhi pertanyaan. Padahal kan tadi Dira sudah mengabari kedatangannya untuk apa.

"Mau bicarain kerjaan gue."

Satria mengangkat sebelah alisnya bingung. "Kan lo masih cuti."

"Iya, tapi sekarang gue udah bisa kerja lagi kan? Bosen cuti mulu."

"Oh gitu. Bisa sih, mau mulai kapan? Biar gue atur waktunya."

"Secepatnya aja Sat. Rencananya gue juga mau buka usaha kecil-kecilan."

Mahen sedari tadi hanya diam menyimak, ia juga sudah tahu perihal Dira yang akan membuka usaha.

"Usaha apa?" Satria mengernyitkan dahinya.

"Toko baju. kaya baju untuk anak muda gitu lah. Tapi masih rencana sih, doain aja supaya berhasil."

"Bagus tuh Dir, gue dukung lo. Kalau lo mau, besok bisa gue jadwalin kerjaan lo. Tapi kalau lo maunya lusa ya gak papa."

"Besok bisa kok gue. Mahen juga harus ke sekolah. Masih ada beberapa urusan katanya. Jadi lebih tenang gue."

"Eh Mahen juga satu sekolah sama Dira?" Tanya Satria pada Mahen.

"Iya kak." Balas Mahen tersenyum canggung.

"Rizka juga kan?" Tanya Dira.

"Iya, katanya biar bisa ketemu lo tiap hari. Emang tu bocah, ampun dah. Lagian lo pake pelet ya sampe adek gue bisa nempel banget sama lo?"

Dira memutar bola matanya malas. Yakali dirinya yang baik ini pakai pelet. Say no to perpeletan!!

"Ngaco lo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VALENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang