3.

34 4 0
                                    


Satria

Tugas lo di majuin
jadi malam ini.
(Read)

Oke.
(Read)

Gue jemput!
Otw
(Read)

Seperti biasanya Dira menggunakan topi dan hoodie hitam, celana jeans biru serta hijab berwarna navy tak lupa sepatu sneakers putih kesayangannya.

1 pesan dari 1 chat

Satria

Gue di depan.
(Read)

Segera Dira keluar tak lupa mengunci pintu kamarnya lalu memasuki mobil Satria.

"Gilaa gede banget nih gedung."

Dira menatap kagum gedung didepannya setelah turun dari mobil.

"Gece masuk. Udah ditungguin." Dira mengangguk lalu mengikuti langkah Satria masuk ke dalam gedung.

Jika orang lain yang memasuki gedung ini pertama kali mungkin akan terasa mencekam. Lain halnya dengan Dira, ia merasa tidak takut dengan apapun kecuali Allah.

Toh, manusia adalah makhluk yang paling sempurna.

Didepan pintu masuk sebuah ruangan yang diketahui ruang pemilik gedung ini terdapat beberapa Bodyguard.

Setelah dipersilahkan masuk. Mereka duduk di sofa yang disediakan di ruangan tersebut.

Seorang pria duduk di single sofa. Tatapannya yang tajam dengan wajah datar dan dinginnya.

Pria tersebut menatap intens Dira. Dira sadar ada yang menatapnya balik dengan wajah tak kalah datarnya.

"Ekhem, Ar gue udah ngomong sama Vlora dan dia setuju soal uang lo tanya langsung sama orangnya."

Vlora lebih dulu memutuskan tatapannya dari pria itu ke Satria.

Arkano William. Seorang pria seumuran dengan Satria ialah Pengusaha muda yang sukses dan terkenal. Sikapnya yang datar, dingin, disiplin dan keras kepala.

"Berapa maumu?" Tanya Arka

"2 juta saja."

"Oke saya akan transfer ke rekeningmu. Saya sudah transfer lebih. Gunakan saja untuk keperluanmu jangan ditolak."

Vlora mengangguk "Terima kasih."

"Kau mulai tugasmu sekarang. Syaratnya sama dengan Satria."

"Sat tolong antarkan dia ke ruangan di lantai paling atas. Disana sudah ada sekretaris saya. Nanti saya akan menyusul."

Satria dan Vlora bergegas menuju ruangan tempatnya melaksanakan tugas.

Untung saja besok weekend jadi Dira bisa bangun siang. Karena ia yakin tugas ini membutuhkan waktu yang lama tapi tak apa demi uang.

✍✍✍✍

Pukul 09:00 Dira terbangun dari tidurnya. Usai shalat subuh tadi Dira kembali tidur karena terlalu lelah.

Tadi malam tugasnya baru selesai pukul satu dini hari.

Untung kawasan kost sini sedikit bebas jadi Dira tidak perlu khawatir.

Maksudnya Dira bukan perempuan baik baik. Dira baik kok banget malah. Tapi jika di pikir pikir, pekerjaannya saja memerlukan waktu lumayan lama tidak salah bukan.

Dira juga tau batasan mengenai semua itu. Tadi malam saja masih ada remaja seusianya yang keluyuran gak jelas.

Sungguh miris.

Menghambur hamburkan uang demi kesenangan sendiri. Iya kalau uang hasil sendiri tak apa, lah ini kalau hasil jerih payah orang tuanya kan kasihan cuma buat hal yang gak berguna.

Sekarang saatnya ia memasak nasi goreng untuk sarapannya lalu pergi ke ATM untuk transfer sebagian uangnya ke Ibunya.

Ibunya tidak meminta uang darinya tetapi Dira tetap kekeh membantu meringankan beban ibunya dan untuk bantu bantu biaya sekolah adiknya yang masih SMP.

Usai dari ATM ia kembali ke kost nya tak lupa membeli beberapa camilan di minimarket dekat kostnya.

"Totalnya seratus dua puluh ribu mbak." Ucap sang kasir.

"Ini. Terimakasih mbak." Dira memberikan uang pasnya dan mengambil belanjaannya.

Sedari tadi Dira merasakan ada yang mengikuti nya. Saat menoleh tidak ada siapa siapa. Dira mengangkat bahu acuh, lanjut berjalan sembari menikmati padatnya Ibu Kota.

Ceklek

"Assalamualaikum."

Tidak ada yang membalas. Karena ya, Dira hanya sendiri di sini.

Langsung ia mengerjakan tugas sesekali melantunkan lagu-lagu yang di putarnya lewat speaker bluetooth.

Hari Minggu seharusnya Dira buat rehat eh malah ada tugas. Untung ia murid yang pintar.

✍✍✍✍

Hari Senin saatnya melaksanakan upacara tapi untuk Senin ini terpaksa di liburkan dulu. Dan jangan lupakan jika 4 jam pelajaran kosong yang artinya sampai istirahat pertama.

"Nad kantin yok?" Ajak Wika

"Mager."

"Eh Wik lo kok mau sih temenan sama dia. Dia kan cuma anak beasiswa. Haha" Celetuk teman sekelas Dira yang bernama Vivi.

"Mulut lo minta gue geprek ya. Terserah gue lah mau temenan sama siapa. Dira itu tulus gak neko neko. Gak kaya yang lain cuma buat pansos." Wika menyindir temannya itu kemudian menyeret lengan Dira menuju kantin.

"Sebel banget deh. Adaaa aja yang kaya gitu."

"Sabar kali Wik."

"Mau pesen apa lo Nad?"

"Air mineral aja lah."

"Oke tunggu bentar yee." Wika memesan pesanan Dira dan dirinya setelah selesai ia memakan sesekali bertanya kepada Dira.

"Gimana latihan lo? Lancar?"

"Lancar." Sahut Dira

"Gimana latihannya?" Wika menelan makanannya lalu melanjutkan omongannya. "Susah gak?"

"Biasa aja."

Wika mengangguk angguk "Betah betah ya soalnya yang cewek pada banyak yang mengundurkan diri karena terlalu keras kecuali kak Rani. Emang dasarnya pada lembek tuh cewek. Bisanya cuma nyinyirin hidup orang aja." Tukas Wika

"Gak jauh beda kaya lo." Dira menatap datar Wika sang empunya pun cengengesan.

⚛⚛⚛⚛

To be continued.

Maaf jika typo!

07 November 2020

VALENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang