Kami bertengkar hebat.
Aku dan Ten bertengkar hebat untuk pertama kalinya.
Dia bahkan menarikku dengan paksa saat aku sedang sarapan bersama Doyoung di kantin fakultas. Doyoung yang sama terkejutnya sempat menahan tanganku sehingga sempat terjadi adegan tarik menarik yang tentu saja menarik perhatian seisi kantin. Aku yang tidak ingin menjadi pusat perhatian, memberi kode melalui tatapan pada Doyoung untuk melepaskan cengkramannya.
Doyoung yang biasanya tenang, pagi tadi terlihat sangat kesal. Juga tidak ada bedanya dengan Ten, dari raut wajahnya aku tahu dia sedang marah. Dan aku yakin ini karena aku yang memblokir nomornya dan berhasil menghindarinya selama hampir dua minggu.
Tidak perlu menunggu waktu lama untuk mendengar teriakan frustasi dari Ten. Bahkan sebelum pintu benar-benar tertutup, aku bisa mendengar teriakannya sembari menatapku marah. Dia bertanya kenapa aku menghindarinya, kenapa aku menjauhinya dan kenapa aku memblokirnya. Yang tentu saja tidak ku jawab, aku lebih memilih menutup mulutku rapat dari pada harus jujur dengan perasaan yang sudah bertahun ku pendam.
Melihatku hanya diam, Ten meremas kuat rambutnya. Aku bisa melihat matanya yang mulai berkaca, jujur saja aku tidak kuat. Rasanya aku ingin memeluknya saat ini. Tapi, jika aku melakukan itu sama saja usaha yang ku lakukan selama ini akan berakhir sia-sia. Aku hanya menanggapi teriakan Ten dengan tenang, mengatakan hal-hal omong kosong seperti aku yang sibuk karena terlibat suatu project.
Apa Ten percaya? tentu saja tidak. Dia buka manusia bodoh yang gampang untuk dibodohi. Dia lebih pintar dari yang terlihat. Merasa tidak ada lagi yang bisa ku katakan, aku berniat pergi dari sana. Tetapi belum sempat aku mencapai pintu, pergelangan tanganku kembali ditarik dengan kasar olehnya. Jika biasanya aku akan menatap matanya dengan penuh kasih sayang, kali ini aku menatapnya dengan marah.
Aku lelah, sungguh lelah. Aku hanya ingin berhenti sebelum terluka karena kecewa.
Ten terus mengatakan kalau aku menggantinya dengan Doyoung, mengatakan kalau karena Doyoung aku menjauh dan karena Doyoung pula aku berubah. Aku yang sudah tersulut emosinya kembali berteriak membalas semua tuduhannya dengan membawa turut serta Jennie ke dalamnya. Kami seperti orang gila yang saling berteriak melampiaskan emosi.
Lagi pula kami ini hanya teman, kenapa dia harus merasa terbebani dengan aku yang dekat dengan Doyoung? Bukannya sudah ada Jennie yang kini selalu bersamanya?
Untuk kali ini aku ingin egois, aku ingin menjaga sisa hatiku sebelum hancur dan tak berbentuk. Dengan air mata yang membasahi pipiku, aku melangkah keluar mengabaikan Ten yang masih terus berteriak memanggil namaku.
📷📷📷
SkylaR🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
Picture of You
Fanfiction"Every picture tells a story..." Another story of Ten and Lisa Alternative Universe Happy Reading! ©️SkylaR🍂