Dheya pagi ini sedang mengayuh sepedanya pergi ke SMA Garuda untuk menuntut ilmu. Raut berbinar sedari tadi menghiasi wajah cantiknya yang saat ini tanpa polesan make up. Ia bisa saja menaiki angkot tetapi Dheya ingin menghemat pengeluarannya, lebih baik di tabung untuk masa depan, itulah pikirnya. Jarak antara SMA Garuda dan panti tempat tinggal Dheya pun tidak terlalu jauh. Jika menggunakan kendaraan seperti angkot maka akan memakan waktu sekitar 15 menit, dan jika menggunakan sepeda, maka akan memakan waktu sekitar 30 menit.
Saat sedang asik mengayuh sepedanya, dia tak sengaja melihat dari kaca spion kecil disepedanya, dibelakang terdapat mobil dengan kecepatan penuh. Ia hanya mengendikkan bahunya acuh. Tetapi naas, saat mobil itu melewatinya ada genangan air, alhasil Dheya terkena cipratan air tersebut.
"Huh pagi-pagi aja udah bikin mood buruk. Siapa sih yang ngendarai mobil? Sombong banget, nggak minta maaf lagi." Gerutu Dheya.
Tak lama Dheya tersenyum "Dheya nggakpapa kok! Harus semangat. Bentar lagi sampai." Ucap Dheya lalu segera mengayuh sepedanya lagi, menghiraukan roknya yang sedikit basah. Toh nanti kering dengan sendirinya, pikir Dheya.
Setelah beberapa saat, Dheya telah sampai di SMA Garuda, dia segera memakirkan sepedanya ditempat khusus parkir sepeda. Lalu dengan seribu langkah ia menuju kelasnya dengan wajah sumrigah.
Dheya telah sampai di kelasnya yaitu 11 mipa 2. Lalu ia segera menghampiri satu-satunya sahabat yang ia punya. "Hai Raisa selamat pagi."
Raisa yang sedang bermain handphone mendongakkan kepala, lalu tersenyum tak lama ada kernyitan heran didahinya "Pagi Dhyea, itu rok lo kenapa?."
"Tadi waktu Dheya dijalan, ada mobil yang melewati Dheya cepet banget dan parahnya ada genangan air jadi dheya kena cipratannya." Ucap Dheya sambil mendudukkan diri di bangku sebelah Raisa.
"Sabar ya. Tapi nggak terlalu parah kok." Ucap Raisa sambil meneliti Rok Dheya.
Dheya mengangguk "Iya, toh nanti kering sendiri."
Tak lama obrolan mereka terhenti karena guru matpel pagi ini telah datang.
....
Bel tanda waktu istirahat berbunyi dipenjuru sekolah.
"Laper banget gue, yuk ke kantin." Ucap Raisa.
"Iya. Ayo." Ucap Dheya, lalu mereka berdua berjalan beriringan menuju kantin sekolah.
Setelah sampai di kantin, Raisa bertanya "Lo mau pesen apa? Gue traktir."
"Nggak perlu Sa, kamu udah sering traktir aku."
"Biarin. Udah mau pesen apa? Mendingan uang saku lo, lo tabung."
"Hm yaudah makasih ya."
Raisa tersenyum "Sans." Lalu segera menuju kestand makanan.
Setelah berbicara kepada Raisa, Dheya segera mendudukkan diri dibangku yang kosong. Lalu ia mengedarkan pandangannya keseleuruh penjuru kantin, lalu tatapannya jatuh kepada seorang laki-laki yang sedang asik dengan ponselnya, tak lama laki-laki tersebut menyadari, dan juga membalas tatapan Dheya.
Cukup lama Dheya dan laki-laki tersebut tenggelam pada manik mata masing-masing, sampai sesuatu menyiram tubuh Dheya.
Byurr
Dheya yang saat itu keget pun mendongakkan kepala, melihat seseorang yang telah menyiramnya menggunakan Air.
Tak lama hampir seluruh pasang mata menatap Dheya, berbagai tatapan dilayangkan.
"Ups maaf nggak sengaja." Ucap Viola, orang yang telah menyiram Dheya.
"Makanya lo jangan sok cantik! Gadis panti aja sok belagu." Ucap Diana, teman Viola sambil menjambak rambut Dheya.
"Aws." Ringis Dheya, rasanya ia ingin menangis, bagaimana tidak, seluruh pasang mata menatap iba kepadanya, bahkan ada yang terang-terangan menyorakinya.
"HEH CABE! LO APAIN TEMEN GUE?!!." Tak lama Raisa datang dengan muka merah, tanda ia sedang marah.
"APA LO BILANG?! PUNYA NYALI JUGA LO. MENDINGAN LO JAUHI DEH SI ANAK PANTI INI. GA SE LEVEL. MENDINGAN LO TEMENAN SAMA KITA YA NGGAK GUYS" Teriak Viola balik.
"Iya bener tuh."
"Hooh. Raisa mau aja temenan sama Si Dheya."
"Bener tuh."
"Dasar anak pungut. Nggak jelas asal usulnya."Banyak cibiran jelek yang memojokkan Dheya.
"HEH DIEM LO SEMUA!! DAN LO CABE! GUE GA SUDI PUNYA TEMEN KAYA LO! NGACA DONG! DANDANAN KEK TANTE-TANTE, BEDAK SATU KILO, TU BIBIR JUGA HABIS MINUM DARAH?! ALIS MIRING KAYAK OTAK LO." Teriak Raisa menggebu gebu.
"LO NGATAIN GUE?!"
"KALO IYA KENAPA?!!."
"AWASS LO YA." Teriak viola sambil mengangkat tangannya hendak menampar Raisa.
"Kalo lo berani nyentuh adik sepupu gue, gue potong tangan lo." Ucap Keanno dingin.
"E-eh keanno. Hai sayang. Nggak kok. Kita mau salaman ya nggak Sa." Ucap Viola.
"Halah! Dia bohong tuh kak. Orang semua liat sendiri, dia mau nampar gue." Ucap Raisa.
"UDAH BUBAR SEMUA!!." Teriak Elvan, sahabat Keanno.
"Gue kasih peringatan sekali lagi sama lo! Jangan pernah sok berkuasa lagi! Atau gue depak lo dari sekolah ini." Ucap Keanno datar.
"I-ya." Ucap viola gugup, lalu Ia segera pergi dari kantin bersama diana.
"Lo nggapapa Sa?" Tanya Keanno datar.
"Nggak kok. Oiya Dhe lo nggakpapa kan?"
"Hm iya nggakpapa. Makasih ya udah nolongin." Ucap Dheya.
"Tapi seragam lo basah Dhe. Ayo gue antar ke toilet." Ucap Raisa sambil menarik lengan Dheya.
Setelah Dheya dan Raisa tak terlihat. Reza, sahabat Keanno tampak mengernyit. "Raisa sepupu lo Ken?."
Keanno mengangguk.
"Wahh boleh dong lo bantuin gue buat dapet si Raisa." Ucap Kavin berbinar.
"Ga." Ucap Keanno datar.
"Mana mau Raisa sama lo? Maunya tuh sama gue!." Ucap Reza sombong.
"Bwahahaha, dilihat dari tampang lo aja dia mungkin udah muak." Ucap Kavin sambil menepuk nepuk bahu Elvan.
"Kaya lo udah bener aja. Tuh gigi ompong sebelah lo kemanain?"
Skakmat.
"HAHAHAHA. SKAKMAT KAN LO?!" Teriak Reza sambil mengebrak gebrak meja.
"Sialan lo!." Umpat Kavin.
"Bisa diem nggak?!" Sentak Elvan.
"Nggak." Ucap Reza dan kavin bersamaan.
"Gue lakban tuh mulut!." Ucap Elvan.
"Ampun boss." Ucap Kavin.
Lalu mereka berempat segera kembali ke kelas saat mendengar bel tanda masuk berbunyi."
....
Hai semua! Gimana kabar kalian? Pasti baik dong?
Maaf cuma dikit, ini baru chapter awal, nanti semakin bertambahnya Chapter akan diperbanyak kok.
Jika terdapat kesalahan/keganjelan bisa di komentar, nayla suka kalo banyak yang komentar. Usahakan yang baik-baik ya. Yuk ramein
Semoga suka😊
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M PREGNANT
General Fiction...... 'Adheya Kiara Sakhi' atau biasa disapa Dheya, gadis yang sedari kecil tinggal dipanti asuhan. Gadis pendiam dengan wajah manisnya itu mendapatkan beasiswa di SMA Garuda, SMA kalangan atas. Sampai satu malam mengubah jalan takdirnya, pria yang...