10

10.4K 491 20
                                    

Saat ini keanno tengah berada di rooftop sekolah bersama elvan dan reza, mereka berdua asik bermain game diponsel masing-masing. Sedangkan keanno berbaring di sofa rooftop sambil memejamkan matanya.

"Gue ada kabar paling menghebohkan!!." Seru Kavin yang baru saja datang.

"Ck. Apa? Awas aja kalo nggak penting." Ucap Elvan.

"Apa-apa?." Tanya Reza antusias.

Sedangkan keanno, dia asik memejamkan matanya, tetapi mencoba mendengar perbincangan mereka.

"Dheya hamil." Ucap Kavin berhasil membuat keanno berdiri.

Elvan dan reza terkejut "Jangan ngadi-ngadi lo." Ucap elvan.

"Yaelah. Nggak percaya lo! Gue lihat sendiri kali. Dia beneran hamil. Heboh nih SMA." Ucap Kavin.

"Terus-terus?." Tanya reza.

"Ya gue lihat dheya sama raisa pergi ke ruang guru. Paling juga dheya di keluarin dari SMA ini."

Keanno yang mendengarkan ucapan Kavin segera turun dari rooftop.

"Mau kemana lo ken?." Tanya elvan.

"Gue punya urusan." Ucap Keanno tanpa menoleh ke belakang.

"Aneh banget tu orang." Gumam kavin.

....

Keanno berjalan cepat mencari keberadaan dheya dipenjuru SMA.

Dia mengedarkan pandangannya dan hap. Ya ketemu. Dia melihat dheya dan raisa sedang duduk di salah satu bangku depan kantor guru.

Lalu keanno segera menarik tangan dheya.

"Eh."

"Lo mau bawa temen gue kamana?." Tanya raisa dingin.

Keanno mengernyit dengan nada bicara raisa. Tapi keanno mencoba mengabaikan dan segera manarik tangan dheya pergi.

"Lo mau bawa kemana temen gue?."

"Gue pinjem sebentar " ucap Keanno lalu berlalu pergi membawa dheya ke gudang sekolah.

Raisa mencoba untuk mengejar tapi dheya memberi isyarat agar raisa tak mengejarnya.

"Enggak ada yang tau kan?." Tanya Keanno datar.

"En-engga kak."

"Baguslah. Lo di DO?."

"I-iya."

Keanno tersenyum miring. "Good. Jadi urusan kita sudah beres. Terserah mau lo apain tuh anak. Mau lo gugurin atau rawat gue nggak peduli."

Lalu keanno segera pergi meninggalkan dheya yang kini tengah menatap kedepan dengan tatapan kosongnya.

Hidupnya hancur dalam sekejap, semua impiannya hancur. Tidak ada lagi kata masa depan, dia benci dirinya sendiri, sekarang dia hanya sendiri. Keluarga? Bahkan sedari kecil dia sudah tidak punya keluarga. Teman? Dia hanya mempunyai raisa dan lili.

Dheya terisak pilu dengan memukul dadanya berkali-kali. Bahkan rasa sakitnya sudah tak bisa di ungkapkan. Dia ingin sekali kembali ke pelukan tuhan, tapi dia ingat, ada malaikat kecil yang ia harus dia besarkan, dia jaga dan lindungi.

Dheya segera menghapus air matanya dengan kasar. Lalu dia mulai melangkahkam kakinya ke dalam kelasnya. Dia mengambil tas dan segera pergi, iya dheya sudah di DO dari sekolah, suka duka dheya selama hampir 2 tahun. Dimana dia hanya mendapatkan pembullyan, dia mempunyai teman sebaik raisa, dia memendam perasaan kepada kakak tingkatnya. Tapi nas, seorang yang dia sukai mengahancurkan hidupnya, masa depannya. Disini seakan-akan dheya lah yang paling bersalah.

Dheya berjalan di trotoar jalan dengan tatapan kosongnya, sesekali air matanya berjatuhan. Dia tak mempunyai bahu untuk bersandar, dia tak tahu harus membawa janinnya kemana.

Jam menunjukkan pukul 7 malam. Setelah berperang dengan hati dan perasaanya, akhirnya dheya memutuskan untuk pergi, ya pergi, dheya akan pergi jauh, sesuai keinginan keanno. Dia tak ada lagi alasan untuk tetap berada di sini.

Dengan segera dheya pulang ke panti, sudah dipastikan ibu panti akan cemas.

"Assalamualaikum." Salam dheya.

"Waalaikumsalam. Yaallah dhe. Kamu dari mana saja? Kok jam segini baru pulang sih? Raisa tadi nyariin kamu kesini loh."

Dheya tersenyum tipis "Maaf ya bu. Tadi dheya jalan-jalan sebentar."

"Yaudah. Tapi lain kali beritahu ibu panti ya."

"Iya bu. Yaudah dheya mau istirahat."

"Gih."

Lalu dheya segera memasuki kamarnya dan mengunci pintu dari dalam. Malam ini dia akan pergi.

Dengan segera dheya mengepak semua barang-barangnya. Setelah memakan waktu 3 jam lamanya yang artinya sekarang tepat pukul 10 malam.

Dheya menuliskan sepucuk surat untuk ibu panti.


•••

Dari dheya untuk ibu panti.

Dheya udah di DO dari sekolah. Dheya capek, dunia terlalu kejam buat dheya, dheya sakit, disini seakan akan dheya yang bersalah. Rasa sakit dheya sedari kecil belum sembuh dan sekarang dheya harus merasakan rasa sakit lagi, bahkan lebih parah. Sampai rasanya dheya pengen mengakhiri hidup dheya, dheya capek, ayah dari bayi ini sama sekali nggak mau tanggung jawab, bahkan dia secara terang terangan menghina anak dheya. Dheya sebagai calon ibu merasakan sakit juga. Dan disini ada amplop. Tolong berikan amplop ini kepada ayah dari bayi dheya. Dheya sayang sama ibu panti, dheya mau bilang makasih untuk ibu, yang sudah membesarkan dheya sampai sekarang. Jangan sedih, ini sudah menjadi keputusan dheya. Kapan dheya pulang? Biar waktu yang menjawab. Semoga kita dipertemukan lain waktu. Dheya sayang sama ibu dan juga adik-adik panti, ibu jaga kesehatan ya. Jangan telat makan. Dheya pamit.

•••

Setelah selesai dheya menaruh kertas dan juga amplop di meja belajarnya. Lalu ia segera pergi.

Setelah menempuh perjalanan setengah jam, dheya telah sampai di stasiun kereta, dheya segera turun dan memesan tiket malam ini juga menuju ke Jogja, yap dia memustuskan untuk pergi ke jogja.

Tak lama ada pemberitahuan bahwa kereta dari Jakarta ke Jogja ssgera berangkat. Dheya segera menaiki kereta tersebut.

"Selamat tinggal semua. Dan selamat tinggal ayah dari bayi ini." Gumam dheya sambil menatap ke luar.

....

Hallo!

Semoga suka😊

I'M PREGNANT  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang