"Aku pulang," Hueningkai pulang dengan lemas. Ia meletakkan sepatunya, menggantinya dengan sendal. Bola matanya melirik ke salah satu sendal berwarna biru langit. Milik Yura.
"Ayah!" Hamin menampakkan dirinya, kemudian berlari kecil kearah Hueningkai. Melihat wajah ceria Hamin, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Satu-satunya orang yang bisa membuatnya melupakan Yura walau sementara. "Apa hari ini bunda pulang?"
Hueningkai tidak lupa, Hamin selalu menanyakan hal yang sama ketika ia pulang. "Tidak, bunda masih punya urusan." Dan Hueningkai selalu memberikan jawaban yang sama.
"Aku sangat merindukan bunda, apa ayah tidak mempunyai nomornya? Hamin ingin mendengar suara bunda."
Hueningkai menghela napas, Hamin tidak pernah melupakan gadis itu. Selalu menanyakan kabar. "Maaf, ayah belum mendapatkan nomornya. Ayah akan menelepon bunda untukmu jika sudah dapat. Mengerti?"
Hamin mengangguk dengan senyuman lebar, "kalau begitu, aku akan menunggu masakan ayah malam ini."
Hueningkai terkekeh, ia mengacak pelan rambut Hamin. "Baiklah, baiklah, ayah akan membuatkan makanan kesukaan Hamin. Bagaimana?"
"Mau!" Hamin berseru senang. "Kalau begitu, Hamin mengerjakan tugas rumah dulu."
Hueningkai menganggukkan kepalanya, sekarang ia harus membersihkan diri.
Ting!
Ponselnya berbunyi, Hueningkai mengangkat alis. Akhir-akhir ini, ponselnya hanya diam saja. Tapi, hari ini sepertinya ada yang mengirim pesan penting padanya.
Ia mengambil ponselnya sambil berjalan kearah kamar. Melihat nama Yeonjun di notif, membuat Hueningkai tambah bingung. Apalagi lelaki itu terlihat mengirim foto.
"Huh?"
Begitu ia menekan pesan dari Yeonjun, sebuah pesan panjang dan foto dimana laki-laki bersama seorang perempuan terlihat dekat.
"Apa-apaan ini?!" Hueningkai membuka foto tersebut. Jika ia lihat lebih dekat, pemuda di dalam foto tersebut terlihat seperti dirinya. Sedangkan perempuan itu adalah Baek Nami.
Hueningkai mengetikkan pesan pada Yeonjun.
Hueningkai
Itu salah paham, tadi saat bertemu Nami, aku tidak sengaja menabraknya. Dia jatuh.
Aku bersumpah, Nami bahkan awalnya tidak mau menerima pertolongan ku, tapi aku tidak enak jadi menariknya tanpa izin.
Kau bisa tanya pada Nami.Yeonjun
Sebelum kau melihat foto, kau harus membaca pesan yang ku kirim diatasnya.
Aku akan mengurus foto ini.
Dan aku tidak menerima sumpahmu.Hueningkai lupa, Yeonjun juga mengirim pesan panjang lebar sebelumnya, ia lalu menggerakkan jarinya menggeser layar keatas.
Yeonjun
Aku tidak pernah mengatakan hal ini pada siapapun. Tapi, aku rasa aku mengetahui maksud Yura menjauhi mu. Aku ingin kau menjaga rahasia.
Yura tidak akan pernah menikah denganmu.Hueningkai membulatkan matanya melihat kalimat terakhir. Yura tidak akan menikah dengannya? Kenapa? Tapi, itu bukan kalimat terakhir dari pesannya. Masih banyak pesan berada di bawahnya yang belum ia baca.
Yeonjun
Sejak awal, Yura tidak ingin bertunangan denganmu. Karena pada akhirnya ia akan menikahi seseorang.
Ayahmu bahkan tahu hal ini, ia memang sengaja melakukannya.
Kata ayahmu, di matanya kau masih butuh seseorang untuk menjaga mu. Intinya, ia masih menganggap mu anak kecil yang butuh pendamping.
Kau tinggal di apartemen sendiri, kan?
Ayahmu meminta Yura untuk menjagamu. Maka dari itu, ia sengaja tidak meminta persetujuan mu sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
мy ғιancée | Hueningkai
Фанфик[END] "Your my only, my fiance." Note : kalau pun ceritanya sudah selesai, upayakan vote dan comment ya 😉😘 © Leyaaa7246, 2021