33 - It's Time To Say Goodbye

56 5 10
                                    

"Kak Yura,"

Gadis bernama Yura itu menoleh sembari menampakkan senyumnya. Yurim datang mengantar. "Yurim!" Yura membuka kedua tangannya dengan lebar, bersiap memeluk sang adik.

Yurim berlari cepat dan memeluk kakaknya. Ia akan sangat rindu pada Yura.

"Apa barang-barang mu tidak ada yang di lupa?" Soobin bertanya di sebelahnya. Yura menganggukkan kepala. Ia masih menggendong Yurim. Sementara Yurim tidak berhenti melepaskan lingkaran tangannya di leher Yura.

"Yurim akan sangat rindu dengan kakak, kak Yura akan sangat jauh dengan Yurim. Nanti kak Yura maupun kak Soobin bisa melupakan Yurim." Ucap Yurim sedikit lirih. Sepertinya bocah kecil itu akan menangis. Yura mengelus puncak kepala Yurim sambil terkekeh kecil.

Di matanya, Yurim terlihat lucu. "Kak Yura dan kak Soobin akan kembali setelah sekolah kok, jangan khawatir. Kak Yura pasti akan selalu menantikan waktu untuk menelepon atau video call dengan Yurim. Hm?"

Yurim mengeluarkan air matanya, Yura jadi merasa bersalah pada adik satu-satunya. Yura mengelap air bening yang terus berjatuhan itu.

"Sudah, jangan menangis ya, kak Yura janji bakal kembali dengan membawa beberapa hadiah untuk Yurim. Bagaimana? Lagi pula, kakak dan kak Soobin bisa pulang kesini lagi ketika hari libur panjang."

Yurim menunjukkan jari kelingkingnya. Yura tersenyum kecil, ia mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari Yurim. "Kakak berjanji, akan datang jika di hari libur panjang. Dan akan kembali secepatnya."

"Kak Yura janji, jangan diingkar ya?"

Sementara mereka berbicara, pemberitahuan untuk pesawat ke Australia akan berangkat.

Yura dan Soobin sepakat akan pindah ke luar negeri. Untuk sementara. Mereka akan sekolah di negeri luar untuk pertama kali. Mereka akan membuat kenangan baru sehingga dapat melupakan sebagian kenangan yang buruk disini.

"Baiklah, sudah waktunya kak Soobin dan kak Yura pergi." Yura menarik satu koper besar miliknya. Ia melambaikan tangan pada Yurim.

Sampai ketemu lagi, Yurim. Dan selamat tinggal Hueningkai.

Tidak jauh dari tempat Yura berjalan, seseorang sedang memperhatikannya.

"Meow!" Suara kucing tidak membuat disekitarnya memperhatikan mereka. Bisa dibilang, mereka tidak kasat mata.

"Diamlah, aku disini ingin melihat apakah Yura ku baik-baik saja." Ryujin. Benar, gadis itu kembali membawa odd eyes cat yang bisa membuatnya melihat Yura.

"Aku merindukannya, sayang sekali Yura tidak dapat melihatku. Tapi, ada baiknya aku kesini, aku bisa melihat Yura sebelum ia pergi ke luar negeri."

"Aku harap, keputusannya itu benar." Ryujin tersenyum lebar melihat sesuatu yang tidak asing di tangan Yura. Gelang pilihannya. Yura terlihat menjaganya dengan baik.

"Selamat tinggal Yura,"

-мy ғιancé-

"Kau dapat surat," Minha memberikan sebuah sepucuk surat kepada suaminya. "Aku akan memasakkan makan siang untuk Hamin. Kau ingin?"

"Tidak perlu, aku akan makan diluar sebentar. Ada klien yang harus aku temui di jam makan siang." Kata Hueningkai tanpa sedikit pun menoleh ke lawan bicaranya.

"Ah, kemarin Soobin datang kesini untuk mengembalikan kalung yang sama denganku."

"Benarkah? Aku tidak tertarik untuk mendengarkannya." Hueningkai berucap dengan nada dingin.

"Baiklah, kalau begitu aku keluar." Setelah mengatakannya, Minha beranjak keluar dari ruangan pribadi Hueningkai dan menutup pintu.

Jika boleh jujur, Minha tahu siapa pengirim dari surat yang dibawanya tadi. Ia sudah tahu apa isinya karena sudah membaca surat itu terlebih dahulu.

"Goo Yura?" Hueningkai mengangkat alis. Yura mengirimkan surat kepadanya, padahal sudah jelas-jelas Yura tidak ingin ada hubungan lagi pada keluarganya.

Untuk Hueningkai.
Aku tahu, kau pasti bingung 'kan mengapa aku tiba-tiba mengirimkan mu surat?
Jawabannya simple, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku dulu sangat menyukai mu.

Hueningkai terdiam. Yura menyukainya, tapi mengapa ingin menghentikan surat pembatalan perjodohan mereka?

Itu dulu, sekarang tidak lagi.
Kau paham kan maksud ku? Aku harap begitu.
Aku tidak ingin banyak berbasa-basi. Tetapi sepertinya aku harus.
Hari ini, bertepatan dengan surat yang kau terima, aku pergi dengan Soobin diluar negeri untuk melanjutkan pendidikan kami.
Maaf, aku tidak ingin memberitahukan mu, tapi Soobin mengatakannya padaku untuk menyuruh ku memberitahukan hal ini padamu.

Hueningkai menghela napas, lagi-lagi Soobin. Hueningkai cemburu jika Yura terus saja mengungkit nama pemuda itu.

Tidak hanya itu, aku ingin membuat kenangan baru dengan Soobin.
Orang yang saat ini sedang berusaha mendekati ku secara perlahan.
Aku menyukainya, tapi aku bukan berarti mengatakan hal ini padamu untuk membuatmu cemburu. Itu tidak benar.
Aku sebenarnya mengharapkan sifat Soobin yang lembut dan pengertian itu terus tertanam di dalam dirimu. Itu yang membuat ku menyukai mu. Dulu. Tapi, kau malah berbuat seenaknya saat itu sampai rasa benci ku semakin kuat.

Hueningkai, Jung Hueningkai.
Aku mungkin tidak akan bisa melupakan nama mu, tapi aku harap, jika suatu saat kita bertemu, aku harap kau tidak mengenal ku.
Itu lebih baik.
Hubungan kita sekarang sebatas orang asing, tidak lebih.
In the past, our status is fiance
Just it.
And now, is different.

Hueningkai menggenggam ujung kertas surat Yura tanpa sadar. Entah mengapa, ia merasa tidak terima bahwa hubungan keduanya akan menjadi orang asing. Tidak saling mengenal satu sama lain.

Your my only, my fiance.
However, now it's changed, and now we're just foreign.
I hope we can get happiness in the future.
See you Hueningkai.

- Goo Yura

Hari itu, hubungan mereka benar-benar berakhir. Yura yang berusaha mendapatkan kebahagiaan, sementara Hueningkai pun melakukan hal yang sama meski sesekali terpuruk karena merindukan Yura.

Hueningkai bersandar di kursi miliknya. Ia mengangkat kepala dan menutup kedua kelopak matanya. Menghela napas kemudian berkata, "hah, aku harap demikian." Kemudian melipat kembali kertas putih itu dan membuangnya ke tempat sampah. Sementara itu, ia mengambil sebuah kalung dengan liontin angsa hitam di dalam kaca meja kerjanya, yang sebelumnya kalung tersebut telah dipakai oleh Yura.

"Terima kasih atas semuanya Yura. Maaf sudah menyakiti mu dulu, aku mencintaimu."

"Terima kasih atas semuanya Hueningkai, maaf hubungan kita sampai sini saja. Aku mencintaimu."

---

Ini baru pertama kali aku bikin cerita yang chapter-nya melebihi 30. Aku nggak tahu bagaimana cara agar cerita ini sedikit cepat selesai hingg😢
Mana lagi karena aku pengen cepat-cepat selesai-in, aku buntu di tengah-tengah. Jadi sepertinya, endingnya nggak sebagus yang diharapkan ya..😔
Maafkan :( otakku buntu bangettt, apalagi jarang banget baca cerita yang endingnya happy. Selalu sad ending :').
Tapi tetap aja, feel-nya kayaknya nggak dapat deh, hiks.. Maaf semuanyaaa. Kedepannya aku akan mencoba yang lebih baik lagi.
Terima kasih banyak yang sudah baca dan memberi dukungan pada cerita kali ini😭 sayang kalian banyak-banyakkk!

мy ғιancée | HueningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang